30.1.11

Terbang

Dia masuk dengan menggunakan kemeja lengan panjang dan Marlboro di tangan kanannya. Sangat tidak standar untuk ukuran dosen dari hari-hari sebelumnya yang hanya mengenakan batik dan membawa sebuah pulpen. Hari pertemuan kami yang pertama dilewati biasa-biasa saja dengan logat Inggris Amerika macam Cinta Laura. Masih terngiang kata 'Yutup' (You Tube) menjadi 'Yiuchiub' di bibirnya. Entah memang kita yang kampung atau dia terlalu futuristik.


Masih dengan persepsi si bapak dosen dengan Marlboro di tangannya. Pelajaran pun dimulai. Cara mengajarnya sangat kaku, kami membatu seperti arca berlumut. Untungnya beberapa protes dari teman seperjuangan telah melayang ke telinganya. Setidaknya dia bisa membawakan lebih baik.

Terkadang ia menceritakan sepenggal karirnya. Dari mendapatkan tender empat milyar sampai karya-karya yang telah dibuahkannya. Yang dapat kami lakukan hanya membatu seperti arca, tapi tidak berlumut. Membatu karena terpukau akan hasil keringat yang telah dituainya selama ini. Membangun sebuah usaha bukanlah hal yang mudah.

Entah kenapa ada beberapa hal yang jiwa ini sendiri tidak pernah mengerti. Saraf-saraf luput sekejap ketika mulutnya terbuka. Sering ia memberi perumpamaan tentang langit dan tanah. Kita mungkin dapat berpijak tegap di atas tanah dan membusuk masuk liang kubur. Tetapi hidup tidak sekedar itu. Langit merupakan dimensi yang lebih luas dan tujuan akhir. Dimana hanya spesies bersayap yang dapat melawan hukum alam. Ia mengajarkan kami untuk terbang dan bernafas menggunakan bantuan pundi-pundi udara. Semoga tiga setengah tahun mendatang tubuh ini benar-benar bersayap.

Ia memang tidak pintar dalam berkata, tapi mahir mengurai makna. Selalu menceritakan tentang hal-hal diluar pelajaran yang berguna bagi kami. Tahu kapan harus berkata dan bercanda, membuat dirinya menjadi salah satu makhluk yang disegani karena bertindak dengan otak, bukan selangkangan.

Satu yang kusadari. Kukira dia hanyalah sekedar perokok aktif. Ternyata dia makhluk yang memang dilahirkan untuk mempunyai kharisma. Tidak seperti manusia pada umumnya. Dari minggu ke minggu berikutnya, kharismanya makin terpancar.

Aku tertunduk. Sempat benak ini bertanya apa itu dan darimana kharisma yang dimilikinya. Entah apa itu sebenarnya kharisma, aku sendiri tidak mengerti.

Apakah memang Tuhan memberikan kharisma ke dalam rahim sang bunda, sehingga lahir dengan memukau seperti Mahatma Gandhi? Atau memang ilmunya yang diatas manusia pada rata-rata? Mungkin juga karena faktor sifatnya yang matang pada usianya, menjadikan dirinya seperti apel merah yang enak untuk digigit dan dihisap sarinya.

Tanggal dua puluh Januari kemarin menjadi akhir dari pertemuan kami dalam kelas ini. Semester dua pun akan diganti oleh dosen lain. Walau fakta menyatakan demikian tapi darah ini tetap berteriak agar kau tidak beranjak. Masih banyak cerita yang harus kau dongeng satu per satu kepada kami sampai malam nanti. Kami belum terlelap.

Aku masih terjaga melihat kepergian dia dari Kamis yang telah lampau. Tidak ada yang terbaik maupun terburuk bagi aku maupun dia, yang ada hanyalah kenyataan yang kita sama-sama tahu apa yang telah direncanakan.

Kau telah pergi dan aku masih disini. Aku berjanji akan menjadi manusia bersayap ketika kita bertemu kembali. Walau waktu memisahkan kita, decak kagum ini memang nyata dan selalu ada. 






























Kharismamu pemenangnya.
















Aku tidak pernah tahu aku lahir di darat dan dia di udara.
Dia tidak pernah tahu bahwa dia bersayap dan aku tidak.
Yang hanya kita tahu, era kita berbeda.
Tetapi satu hal yang kau harus tahu, aku akan berusaha terbang.
Bagaimana pun caranya, untuk menggapai duniamu.

4 komentar:

hersinta mengatakan...

Saya suka pemilihan kata-katanya. Menarik, karena kamu sering membuat metafora yang berlapis maknanya. Dan bikin saya penasaran, siapakah diantara rekan saya yang kharismanya begitu memukau itu... LOL

PS: ide tadi mudah2an bisa direalisasi ya... saya akan dengan senang hati mendukung ;-)

Darwin - Aming mengatakan...

*EHM* Makasih loh mem hahahaha. Terinspirasi jg sih dari penulisan dee. Udah orangnya gak usah dicari, orangnya gak kemana2 kok LOL.

Amin deh amin, kalau bisa sih mau banget :))

IchaIchaIcha mengatakan...

ini cerpennya ming? klo gini mah ngga papa kali orangnya baca. klo ngomongin kejelkannya tuh baru.. hihihi :p

nice one ming.

Darwin - Aming mengatakan...

ia nih cha hahaha. wes ora enak juga kalo orangnya baca wkwkkw. apalagi kalo yang buat lomba entar gue tulis. kalo dibaca bisa dicekek gue :P Kalo udah jadi I'll let you know deh :D