29.8.14

Les Misérables: Sebuah Pergejolakan Batin

"I am 24601!", sepenggal kalimat singkat yang dilatunkan Colm Wilkinson sebagai Jean Valjean pada drama musikal Les Misérables cukup menohok-hok-hok hati gue ketika menonton dirinya di Youtube. Secara ringkas, Les Misérables menceritakan mengenai perjuangan para pejuang revolusi Perancis (fiktif) dari berbagai sudut pandang. Lantunan nada dan liriknya yang jleb gak sekali aja ngebuat mewek ketika nonton drama musikal ini.

Walau pada penceritaan setiap karakternya tidak sedetail di buku, mereka cukup baik memberikan gambaran bagaimana gejolak batin yang dialami setiap karakter. Gue akan coba menjabarkan pergejolakan yang dialami beberapa dari tokoh-tokoh yang ada.

Jean Valjean: Apakah dia harus mengaku bahwa ia sebenarnya penjahat yang selama ini menjadi incaran polisi? Kalau saya tidak mengaku, orang yang dituduh sebagai diri saya akan masuk penjara! Jika saya mengaku, habislah saya!

Dan akhirnya saya mengaku sayalah penjahat yang selama ini kalian cari! Saya harus menyelinap diam-diam pergi dari tempat ini, meninggalkan apa yang saya miliki sekarang untuk kehidupan yang damai.

Javert: Saya adalah penegak keadilan. Sudah lama saya mengincar Jean Valjean untuk kembali dimasukkan ke dalam penjara! Namun mengapa saya menerima pertolongan dari seorang penjahat?

Kebenaran adalah abu-abu. Yang baik berbuat jahat, yang jahat berbuat baik? Saya tidak tahu mana lagi yang benar!

Eponine: Hanya Marius yang ada dipikiran saya. Tidak ada pria terbaik selain dirinya! Tapi apa daya dia cinta mati terhadap Cosette, anak dari Jean Valjean. Haruskah saya mengorbankan diri saya agar Marius tidak tertembak dikala perang?

Tubuh saya secara tidak sadar bergerak menghalangi peluru yang akan menembus tubuh Marius. Saya tidak tahu lagi apa yang saya perbuat, cinta itu buta. Semoga Marius dapat mencintai saya walau hanya sekedar ilusi, untuk yang terakhir kalinya.

Tiga tokoh yang gue jabarkan udah pasti toko favorit gue! Gak sekali aja lagu-lagu mereka gue puter terus, saking adiktifnya. Drama musikal ini menjadi refleksi buat gue yang kadang mengalami pergejolakan batin. Haruskah gue mengorbankan diri untuk seseorang? Ya mungkin belum bisa gue jawab, semoga ketika waktunya tiba, gue dapat berbuat sesuai kata hati gue.


Who Am I by Colm Wilkinson





26.8.14

Keluh Kesah Pekerja Industri Kreatif

Tidak bisa dipungkiri kalau pekerja di industri kreatif Indonesia semakin lama semakin berkembang. Bisa dilihat dari hasil karya para pekerja muda kreatif seperti dalam bentuk desain maupun tulisan. Namun tidak dapat dipungkiri mereka masih dipandang sebelah mata. Ironinya, mereka juga mendapat pandangan yang sama oleh sesama kolega senior. Seperti salah seorang teman saya yang menyandang gelar dari Australia dan mempunyai portofolio yang baik. Sebagai graphic designer, ia pernah ditawari gaji sebesar 2,6 juta rupiah per bulan. Itupun... kalau lulus probation!

Saya pun sebagai copywriter juga merasakan hal seperti itu. Masih banyak yang tidak bisa menghargai betapa pentingnya pekerjaan seorang penulis yang menyusun dan memperindah informasi supaya lebih mudah dicerna. Mengapa pekerjaan kita selalu dipandang sebelah mata? Bagaimana muda-mudi ingin terjun ke industri kreatif kalau mereka tidak dihargai dengan layak? Bahkan ada saja yang sudah terjun lama namun tetap bernasib sama.

Saya tidak tahu sampai kapan industri kreatif akan mengalami hal seperti ini. Diperlukan sebuah gerakan agar mereka dapat menghargai karya-karya kami. Sampai sekarang saya sendiri pun tidak tahu apakah itu. Namun saya percaya, suatu saat akan ada jalannya.




Rasanya ingin menulis lebih panjang... namun sudahlah, daripada makin manyun!

7.8.14

Dalam Secangkir Kopi

Dalam secangkir kopi, terpendam seribu memori.
Tak heran setiap perjalanan kita kuingat sangat terperinci.

Dalam secangkir kopi, tersedu luapan semangat diri.
Hangatnya kerap menyambut pagi yang dingin untuk mengawali hari.

Dalam secangkir kopi, tersimpan rahasia tuk tidak mengenal lelah.
Seperti diriku yang tidak pernah lelah melapangkan dada ketika bersamamu.

Dalam secangkir kopi, aku merindukanmu.



7 Agustus,
Ketika aku puasa kopi hanya untuk sehari.

4.8.14

Indonesia dalam AIUEO

Indonesia dulu Macan Asia.
Berdiri kokoh dengan bangga.
Penuh rasa untuk negara.
Namun semua telah sirna.

Diri menjerit tanpa henti.
Akan kemerdekaan tiada pasti.
Kini semua tinggal alegori.
Mengawang tinggi menuju mimpi.

Hanyut dalam masa lalu.
Rasa pedih terus mendayu.
Pilu terasa sedari dulu.
Memar sudah hingga biru.



Generasi kini tampil perlente.
Kalau bersanding mental tempe.
Sembako saja masih mengantre.
Namun penampilan harus kece.

Semua hal dianggap porno.
Oleh satu pemikiran kuno.
Bangsa tetap melangkah sembrono.
Kala dikomando pemimpin dongo.


18 Juli 2014, 
ketika rakyat Indonesia
bermadah pada negara.