26.6.11

Older self

Just blogwalking to my own blog. I found my stupid self sitting there. Writing the whole LOL story, with his own style.

I really miss myself in younger age.

The way I live.
The way I laugh.
The way I love someone.

Face to Screen

Zaman sudah semakin maju, begitu juga dengan teknologi yang akhirnya mempengaruhi cara manusia untuk berinteraksi. Dari yang dulu berkomunikasi harus bertatap muka, sekarang sudah bisa dengan menggunakan telepon genggam yang bahkan sudah mempunyai fitur-fitur up to date lainnya, macam BBM, twitter, atau aplikasi lainnya.

Beberapa orang secara tidak langsung menganggap komunikasi face to face adalah hal yang basi. Secara tidak sadar mereka telah mengadaptasi face to screen untuk berkomunikasi. Dalam kata lain, mereka asik berkomunikasi dengan gadget mereka. Karena apa? Kemajuan teknologi? Saya sendiri tidak bisa menyalahkan kemajuan teknologi karena kita sendiri bukanlah makhluk yang berdiri di satu tempat yang sama.

Meskipun teknologi dapat mendekatkan yang jauh, bukan berarti kita harus menjauhkan yang dekat. Saya berkumpul bersama teman saya, kita duduk, dan mengobrol. Bukan asik berhubungan dengan yang jauh disana, yang ekspresi muka dan suaranya saja hanya tertera dalam layar kaca unyil.

Salah satu iklan Thailand berikut ini dapat merangkum postingan saya dan cukup menyindir. Thanks to Tanto who give me the link :P



23.6.11

Bapak Odesius

Seperti postingan saya yang sebelumnya, nama itu memang penting. Tetapi panggilan depan itu gak kalah pentingnya juga. Seperti Bapak, Ibu, Enci, Kuku, dan masih banyak lagi.

Semua berawal dari mata pelajaran Introduction to Performing Arts, saya meminta nomor telepon untuk menyewa ruangan aerobik untuk latihan teater ke teman saya, Wieke. Diberilah nama Odesius sebagai contact person ruang aerobik tersebut. Gak pake ba bi bu, saya langsung menelepon si Odesius-odesius itu.

"Halo selamat pagi, dengan Odesius."
"Halo Pak, saya mau sewa ruangan aerobiknya 2 jam ya. Untuk hari Jumat jam 11 pagi."
"Ohh oke Pak, semuanya 100 ribu rupiah ya. Harus di DP dulu tapi."
"Oh ya udah Pak, nanti saya kesana untuk pelunasannya ya. Makasih Pak."

Pembicaraan saya dengan Odesius berakhir sampai disitu. Tetapi tidak kisah Odesius dengan yang lainnya. Karena saya tugas Marketing yang dikerjakan dengan penuh cinta dan pengharapan. Akhirnya tugas untuk membayar DP ini jatuh ke tangan Jocelyn bersama Tuti.

Pagi ini, si Jocelyn ngoceh-ngoceh ke saya. Karena Odesius itu tidaklah lebih dari sekedar... simak dulu deh ceritanya :P

Kisah Jocelyn Mencari Odesius


"Permisi Pak, saya mau cari Bapak Odesius."
"Oh silahkan mbak, ada di atas."
"Oh iya, makasih ya Pak."

Dengan muka kaget, dia melihat papan besar bertuliskan


ODESIUS
SPA AND FITNESS CENTER

Kesimpulan: Kalian harus tahu siapa yang kalian hadapi, atau malu akan mengakhiri.






SEKIAN

21.6.11

Feriningrum

Apalah artinya sebuah nama sudah menjadi sebuah pepatah yang basi. Bukan berarti karena teman kalian berkata "Emang mau lo dikasih nama Hajat sama emak lo?" Tetapi memang karena nama itu mengandung sejuta makna. Salah satunya teman saya, Ruth Feriningrum.

Saya bertemu dia ketika pertama kali masuk kelas di kampus. Di benak saya berpikir nih anak namanya keren banget! Orang tuanya pasti kreatif deh. Yeah, orang tuanya memang kreatif. Terdengar seperti nama yang eksotis.

Ningrum sendiri artinya bening dalam bahasa Jawa (kata si empunya nama loh). Feri? Berikut sejarah yang terkuak dari bibir teman saya sendiri.

"Jadi ceritanya itu dulu emak sama bapak gue ketemunya di kapal Feri! Terus ningrum itu artinya bening dalam bahasa Jawa. Jadi deh Ruth Feriningrum!"

Sekarang saya lebih setuju dengan pepatah "Nama mengandung sejuta makna". Kalau kalian tanya itu pepatah darimana, saya ngarang sendiri.



But I wonder if...
Bapak emaknya ketemuan di bemo, namanya jadi apa ya...?

13.6.11

Mahasiswa Komunikasi

Kalau ditanya saya kuliah apa, saya dengan bangga bakalan jawab "kuliah komunikasi pak/bu. Jurusan Advertising!"

Tapi berhubung saya masih semester dua, yaa belom bisa bilang deh tugas advertising itu ngapain aja, selain menjawab bikin iklan. Kalau ditanya sekarang tugasnya apa, ya... nanti dulu deh saya kasih tahunya!

Beda sama mahasiswa jurusan lainnya. Kalau saya tanya sama anak SI, pasti dia jawabnya bikin diagram atau coding. Kalau anak desain, paling gak jauh dari bikin gambar, atau karya seni yang sangkut paut dengan menggambar. Akuntansi? Ya ngitung duit.

Kalau saya ditanya tugasnya bikin apa, erm... agak malu-malu bangga sih jawabnya. Salah satu tugas saya yang mendatang adalah nontonin kasus Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari. Bahasa singkatnya: Peterporn, Journey to Sexland.


Journey to Sexland


Beneran? Iya beneran tugas saya di kampus kayak gitu. Tapi jangan salah, nonton kasus Peterporn bukanlah suatu hal yang mudah kalau namanya dijadiin tugas. Dimana setiap urai mata Cut Tari dikaitkan dengan yang namanya scapegoating. Dimana setiap perkataan Luna Maya dikaitkan dengan yang namanya mortification. Bahkan saya harus meneliti yang namanya pentad, yang bentuk garisnya nyaris mirip sama aliran sesat.

Kalau dibilang susah? Ya lumayan lah, tergantung tugasnya ngapain juga. Tapi saya harus mengakui kalau saya menikmati banget sama tugas-tugas yang kayak gini. Penelitian tapi gak mutlak yang hasilnya pasti kayak matematika maupun kedokteran. Bahkan ketika kalian minum Starbucks dan teman kalian menghasut kalian untuk tidak minum pun bisa dijadikan teori. Itulah salah satu seni Ilmu Komunikasi.

Jadi, enak gak jadi mahasiswa komunikasi? Ya, saya harus akui enak. Tapi bukan berarti kalian harus enak-enakkan :P

9.6.11

NOTE: Postingan ini terinspirasi dari ngalor ngidul teman saya, yang memicu saya untuk mengembangkan ide ini lebih lanjut. Mudah-mudahan jurusan ini benar-benar ada. Amin!

JURUSAN: Cinta
Gelar: S.Pc; Sarjana Ilmu Percintaan
Mata Kuliah:

  1. Pengantar Ilmu Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui apa itu cinta, abstrak dan konkrit dari sebuah cinta itu sendiri, jenis-jenis cinta.
    SKS: 2
  2. Komunikasi Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui bagaimana berkomunikasi menggunakan bahasa universal, yaitu cinta. Juga belajar gombal-gembel yang dapat membuat pasangan klemar-klemer.
    SKS: 2
  3. Psikologi Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui dampak-dampak psikologis pasangan yang larut dalam asmara. Mempelajari bagaimana memperbaiki keadaan hati pasangan yang sedang galau maupun gundah gulana.
    SKS: 3
  4. Manajemen Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mempelajari supaya dapat menata waktu untuk orang yang tercinta terhadap waktu kita yang padat. Juga handal dalam me-manage hati pasangan.
    SKS: 2
  5. Logika Cinta dan Hasrat
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui perbedaan mana yang cinta, mana yang hasrat. Juga mengajarkan selalu menggunakan logika dalam menangani cinta dan hasrat. Love is blind, dude!
    SKS: 3
  6. Marketing Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui pasar cinta apa yang sedang laku di pasaran. Cinta gombal kah, cinta akan uang kah, atau Cinta Fitri yang nyaris abadi. Dengan mempelajari ilmu marketing cinta, dapat dipastikan makin handal dalam mencari pasangan dalam cinta.
    SKS: 2
  7. Statistika Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui rating-rating cinta yang sedang tren, dan menghitung rasio cinta akan lawan jenis.
    SKS: 2
  8. Filsafat Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui asal usul 'apa itu cinta' yang selama ini masih belum terkuak dalam misteri insani.
    SKS: 2
  9. Komersialisasi Cinta
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui bagaimana sebuah cinta dapat menjadi benda yang namanya UANG. Bahasa singkatnya, jual cinta demi duit.
    SKS: 3
  10. Cinta Interkultural
    Tujuan pembelajaran: Mengetahui macam-macam cinta melintasi batas negara. Bagaimana mentolerir bahasa-bahasa cinta yang berbeda tetapi sama. *cie ilehhhh*
    SKS: 3
Ahh udah ah gombal-gembelnya! Ntar malah keterusan lagi HAHAHA.

5.6.11

Emotion

Yang paling kutakutkan bukanlah kehilangan orang tua, sahabat, teman, maupun harta. Tetapi kehilangan emosi sendiri, yang menguap entah kemana.

4.6.11

Dua Gelas Iced Caramel Macchiato

Dua gelas Iced Caramel Macchiato kau taruh  di atas meja. Sebetulnya aku tidak tahu harus memesan apa, kopi itu yang kau pilih untukku, entah apa maksudnya. Tidak lupa geretan perak berukiran menara Eiffel dan sekotak rokok Marlboro menemani kita malam itu. Kau menjanjikan malam itu akan membawa buku yang kuminta. Tapi seperti biasa, kau lupa. Pikunmu itu tiada duanya.

Kau mengeluarkan sebuah buku, yang ternyata adalah dirimu sendiri, sambil menyalakan puntung rokok pertama. Konsep buku dapat dibawa ke dunia abstrak maupun konkrit.

Lembar pertama kau buka, aku melihat kau yang sendiri dalam keingintahuan dan penuh kegigihan itu. Dalam gelap kau percaya bahwa hari ini kau akan hidup, biarlah esok menjadi urusan esok.

Lembar kedua kau buka, aku melihat kau yang tertidur beratapkan bintang, kau yang bertaruh atas hidupmu, kau yang tergila-gila akan obat. Kau tidak pernah khawatir akan kemana dan menjadi apa. Karena di tepi sungai kau percaya, semua air akan bermuara ke lautan.

Lembar ketiga kau buka, aku melihat kau yang merintih dalam sakit, kau yang kehilangan satu tulang rusukmu, kau yang menjerit dalam lara. Sambil menangis kau yakin, masalah ada bukan untuk dilewati, melainkan dihadapi.

Lembar keempat kau buka. Kau yang pahit. Kau yang manis. Kau yang meminum Iced Caramel Macchiato, tahu bahwa ada sisi manis disetiap kepahitan. Tidak perlu ada yang disesali, nikmati saja apa yang terjadi.

Puntung rokok ke enam telah kau habiskan. Kau sudah menutup lembaran buku itu. Masih banyak halaman kosong yang belum kau isi. Walaupun begitu Iced Caramel Macchiato yang kau beli sudah habis. Sudah tiada lagi tersisa. Yang terkenang hanyalah rasa pahit dan manis yang dapat kau kecap sesekali.
“Hei, hidup itu udah susah, jangan dibikin susah. Enjoy your life!

Kau tersenyum sekali lagi, sambil menertawakan hidup yang absurd ini. Bukuku baru sampai lembaran kedua. Segelas kopi Macchiato yang kau beli untukku masih belum habis. Manis. Pahit. Bagaimanapun juga, itulah hidup. Kedua konsep rasa tersebut tak dapat kau pisahkan. Tak perlu mendengar apa kata orang tentang hidupmu. Hidup yang merana, hidup dengan sengsara, hidup penuh duka. Karena pada akhirnya, hanya dirimu sendiri yang tahu hidupmu. Kau sendiri yang menulis ceritamu.
.

Yang kau butuhkan dalam hidup bukanlah orang yang memberimu semuanya tanpa kau minta.
Yang kau butuhkan hanyalah mereka yang mengerti.
Mengapa burung terbang di udara,
mengapa ikan berenang di laut,
dan mengapa dirimu begitumu.
Itu sudah lebih dari cukup.





Second series of TERBANG