31.10.10

Bakmi Ibu Tot

"Bu, bakminya ya bu."
"Sabar ngentot."
"Bu, cabenya dong bu."
"Iye kontol, sabar tot."
"HAYOLOH!" *ngagetin*

"Eh ngentot eh kontol!"

Kurang lebih, itu adalah kalimat ajaib yang diucapkan oleh ibu tukang bakmi Paroki Stella Maris. Dulu, temen gue anak Tarki pernah cerita tentang si ibu ini. Ibu ini dulu jualan di sekolah Tarki, dan emang bener-bener ajaib ini ibu. Seakan-akan 2 kata ajaib tersebut menjadi kosa kata tambahan untuk bumbu bakmi ayamnya. Gak heran, kemarena anak-anak dari Paroki Bosco pada ngisengin mereka, ditambah anak Stella Maris yang merajalela isengin si ibu. Sampe-sampe temen gue nyeletuk.

"Gue pengen nih punya satu yang kayak gini di Sunter. Bu, jualan aja ya bu di Sunter, nanti tiap hari saya datengin deh ahahah."
"Gak mau ngentot."



Benar-benar ajaib.

Sumpah! Gue Gak Tahu!

"Fel, nanti gue ikutan ya hari Sabtu.""Iye, jangan lupa dateng lu nanti. Jem 3 ye udah sampe di gereja. Entar lo ikutan nyanyi ye. Rayuan Pulau Kelapa doang kok. Bisa kan?"
"Bisa kok tenang aje."

Kurang lebih itu percakapan gue sama ci Feli 1 minggu kemaren. Gue mo coba ikutan misa sumpah pemuda. Kayak apaan sih, penasaran gitu. Gue pun jalan ke gereja, biar berangkat bareng ke Stella Maris Pluit. Dikasih baju gratis juga loh! Biar rame-rame ngeksis disana bohohohoho.


Setelah sampai di Stella Maris, kita ke gedung seberang gereja. Gue mulai curiga, bukannya nanti kita bakal nyanyi buat pelayanan misa sumpah pemuda? Makin gue naik ke atas gedung, gue makin curiga. Terlihat sebuah aula serba guna, ditambah 3 meja dengan aqua gelas diatasnya. Spontan, gue langsung nanya Putri, yang duduk di samping gue.

"Put, nanti lu main angklung ya?"
"Iya, nanti gue main angklung sama nyanyi."
"Ohh, soalnya gue nyanyi doang. Kita disini emangnya ngapain sih?"
"Lomba win."

Anjrit, lomba! Gue baru tahu pada detik itu juga, gue langsung shock 700 volt. Gue sama sekali gak pernah dateng latihan, terus ketika dateng gue disuruh pentas, dan gue gak tahu menahu sama sekali. Bahhhh!
Langsung gue toel ci Feli.

"Fel, kita lomba disini?!"
"Iya dong, lomba nyanyi hahaha."
"Buset, kok lu gak kasih tau gueee?"
"Eits, tapi gue gak nipu kan?"
"Iya sih lu bener juga, gak ngasih tau semua sama nipu itu beda =.="
"Hahaha, biar gak gugup."

Ajubile, malah tambah gugup gue. Setelah diajarin urutan-urutan ritmenya. Gue langsung PD jaya naik ke atas panggung bersama yang lain. Ci Feli pun nyamber lagi.

"Wah, ada sisa angklung nih. Lu mainin gih win."
"Ya udah sini dehhh" *
pasrah tingkat 5*

Untungnya nada yang gue mainin cuma berdendang sekali, itupun hampir sangat diujung lagu. Permainan pun dilakukan. Hasilnya hancur belebur bur bur burrrrrr. Awal-awal kagak kompak, ditambah pada bingung semua, termasuk gue bahahahaa. Tapi ya sudahlah, kita jadi TimHo aje, Tim Hore.

Kelompok kedua pun maju, ya kali ini gak gitu bagus. Sehingga masih bisa berPD jaya. Kelompok ketiga maju, mental kita down langsung. Mereka nyanyiin lagu Rayuan Pulau Kelapa juga dengan versi yang JAUH LEBIH HARMONIS MELOW-MELOW AAAAAAAAAAAAAAA.

Ibarat kata, lagu kita itu Rayuan Pulau Kelapa (kena Tsunami), dan lagu mereka itu Rayuan Pulau Kelapa (Pasca Tsunami). Punya kita huru-hara, punya mereka kelapa banget lagunya, ampe pada melambai-lambai.

Kelompok ke empat maju, dan kali ini kelompok yang sama rusuhnya kayak Paroki Yohanes Bosco. Gak heran, dari Yakobus. Masih tetangga Sunter. Ya jadi sama-sama liar lah hahaha. Tapi mereka K E R E N banget bokzzz, pemain cellonya ampe berdiri di cellonya, yang gue bingung itu begimana caranya. Gara-gara Paroki Salib Suci belom dateng, akhirnya kita memutuskan untuk duet Bosco - Yakobus apa adanya, adanya apa, jadilah begitu! Sebagai Tim Hore, kita mah seneng-seneng aje hahahaha. Secara spontan, para musisi Yakobus termasuk si Celloist yang manjat Cellonya minta duet sama Paroki kite. Buset coy, main aja masih amburadul! Tapi berkat sang komposer berbakat, permainan menjadi lebih rapih, pokoknya jadi lebih bagus deh! 


Sang MCpun akhirnya menjelaskan kriteria yang dinilai, yaitu kreativitas, semangat, dan seberapa usaha dan niat anda <- yang ini maksudnye apa??? Juri pun dipilih ketika H-7, dan baru tahu kriteria penilaian ketika 5 menit sebelum masuk ke meja juri. Benar-benar random. Yang kelima, Paroki Salib Suci (yang telat datengnya!). Gak nahan bokz suaranya. Kandidat juara emang udah ditasbihkan untuk tampil paling terakhir. Yang tim pelawak ada 2, sisanya patut dipertimbangkan untuk menang.

Ketika acara selesai, ikut misa, dan ini yang paling ditunggu-tunggu. Makan-makan gratis! Alhasil gue mencoba nguliner satu-satu dari makanan yang tersedia. Ada bakmi ayam, bakso, spaghetti, dan sate ayam! Es lilin juga ada loooh *makan lahap*. Gue pun yang paling bersemangat nguliner, terutama makan bakmi sembari ngisengin si ibu tukang bakmi karena itu ibu sangat ajaib, nanti bakal gue ceritakan. 


"Yak para manusia yang sedang berada diluar maupun di dalam dan maupun yang sedang gangguin ibu tukang bakmi, silahkan masuk. Mau dibacakan pemenangnya nihhh." Kata MC tersebut dengan muka bohwat menghadapi para mudika-mudika paroki yang liar ini.


Akhir acara, diadakan voting spontan untuk memilih tempat acara tahun depan, dan akhirnya jatuh ke tangan Santo Yakobus! Benar-benar voting yang random dalam 1 menit :|


Dan gak disangka, kita dapet juara 1 buat menghias arca Bunda Maria yang anggota tambahannya itu spontan (ya iya, anak fashion sama dkv gitu loh! Sama anak pariwisata satu! *gak nyambung*), dan dapet juara 3 buat lomba padus. Mungkin kita menang di kategori seberapa usaha dan minat anda dalam bermain! Bwahahhaha! Tapi seneng juga lah bisa pulang tanpa tangan hampa (dan perut berisi tentunya).




30.10.10

Mister HuGo

Sir HuGo, aka Husein Gozali adalah salah satu dosen di kampus gue. Orangnya udah tua, cukup tinggi *ngeliat ke atas*, dan pinter sih. Sayang kalo dia ngomong itu slow motion, jadi gue bisa boten sendiri dengerinnya.

Satu keburukannya, Sir HuGo paling gak bisa mengingat dan menyebut nama. Sering banget salah sebut nama, bahkan walaupun udah lihat absensi dia masih bisa salah sebut nama.

Salah satu kisahnya ketika ia baru masuk ke kelas gue.


"Anang... Anang... Mana yang namanya Anang? Anang Wijaya."
"Ha? Nama saya Arian Wijaya pak, bukan Anang."



Mungkin kasus Anang-KD masih melekat di hati bapak "basi kaleee, udah ganti jamannya Luna-Ariel". Sir HuGo juga suka lupa menyebut nama, padahal ia baru menyebut nama tersebut kurang dari 1 menit. Berikut kisahnya, ketika sedang sesi tanya jawab.

"Yak, yang nilainya kurang silahkan jawab. Sebentar saya lihat absensi dulu. Dewi Sindy ada?"
"Ada pak!"
"Jelaskan bla bla bla bla" *
lupa pertanyannnya*
"Aduh gak tau pak!"
"Oke saya oper ke orang lain dulu."

Setelah dioper.

"Ayo, kamu jawab lagi. Dewi... Dewi Sandra!"
"Nama saya Dewi Sindy pak!"
"Oh ia Dewi Sindy, maaf bapak salah sebut. Dulu Dewi Sandra murid disini sih."

Gue pun nyeletuk.

"Ah, itu mah Sandra Dewi pak! Murid sendiri kok lupa."
"Ehhh, maksud saya Dewi Rezer deh, hahaha."
"..."



Yee si bapak, jauh bener ampe Dewi Sandra. Meskipun begitu, dosen yang satu ini sabarnya setengah hidup menghadapi murid yang hiperaktif gak bisa diatur ini, betah-betah ya pak di kelas kamu walaupun ngeselin hehehe. Janji deh gak ribut, tapi dikurangin volume suaranya aja ya :D

26.10.10

Hand of A Stranger, Who Heal Us

Dirinya asing. Aku tak mengenal dirinya. Ia menatap, dan memegang tanganku seperti saudaranya sendiri.
26 Oktober 2010, salah satu kejadian bersejarah terjadi. Aku tertabrak motor, untung saja hanya keseleo di tangan dan bengkak di kaki. Itu merupakan sebuah keajaiban yang besar. Mataku tidak luput dari brosur yang ku ambil sendiri pada hari Minggu di Gereja. Hari ini bertepatan dengan mass healing yang diadakan oleh seorang Pastur dari Filipina. Namanya Fernando Surez. Cukup eksotis untuk sebuah nama, seperti tokoh telenovela Maria Mercedes.

Jarum jam sudah menunjukkan angka setengah tujuh. Setengah tujuh malam tepatnya. Terburu-buru, tanpa ba bi bu gue mengambil sepatu yang biasa dipakai untuk pergi ke kampus. Sayangnya basah. Tanpa ba bi bu lagi, pantofel yang sangat tidak nyaman itu terpaksa kupakai. Agak sedikit keras di kaki. Untungnya Clement lagi disini, profesinya sejenak berubah menjadi supir semi pribadi.

Sudah disangka, gereja terlalu ramai untuk diriku seorang diri. Mereka yang masuk diwajibkan memakai sebuah plester, yang nantinya bertuliskan apa yang ingin disembuhkan. Dalam bahasa Inggris tentunya, Pasturnya tidak mengerti apa itu Bahasa. Ada yang menulis bad eyes sight, migrain, cancer, dan masih banyak lagi. Kak Stecy yang membantu mereka menuliskan. Percakapan pendek terjadi.

"Win, lu sakit apa?"
"Sakit di tangan nih, abis ketabrak motor!"
"Kapan?"
"Tadi siang nih, di depan Cempaka Mas. Jadi gue nulisnya apa nih? Bingung gue."
"Tulis aja ACCIDENT."

Tanpa komentar, tangan langsung menulis ACCIDENT di plester tersebut, lalu ditempelkan ke baju. Diriku sendiri sedikit tertawa konyol, bagaimana jika Pastur melihat plester ACCIDENT di bajuku ini? Mungkin reaksinya bisa tertawa 7 turunan. Ya sudahlah, sudah ditulis begini. Nanti saja gantinya kalau memang sudah kepepet. Kali ini aku duduk paling belakang, sendiri, kiri kanan merupakan orang yang tak dikenal. Duduk saja lah, daripada tidak dapat tempat. Toh lebih baik duduk daripada berdiri kan?

Disebelah kiri ku seorang wanita berbaju hitam, agak jauh dariku. Sebelah kanan, seorang wanita berbaju kuning dengan suaminya. Mukanya terlihat sedikit ramah, tetapi dia cukup jauh dari posisiku sekarang ini. Ketika Misa dimulai, bagai magnet diriku tertarik ke kanan. Bukan karena suka, tetapi karena alunan lagu yang memerintahkan kami untuk saling bergandeng tangan. Tangannya halus, lembut. Bukan secara fisik, tapi secara psikologis. Entah kenapa hanya terasa damai, itu saja. Tidak lebih.

Ibarat sang Pencipta, awalnya ia merupakan seseorang yang tidak kenal. Kita tidak tahu siapa itu sang Pencipta. Ia mengulurkan tanganNya, dan kita sebagai manusia memegang tangannya dengan erat. Yang terasa hanyalah damai, bebas dari beban hidup. Cukup terharu dengan kejadian ini. Air mata hampir menetes, tetapi tidak jadi. Malu dengan yang lain, ditahan saja untuk nanti dirumah!

Ketika penyembuhan dimulai, banyak dari mereka yang sembuh. Dari yang lumpuh jadi berjalan normal, ada yang migrainnya hilang, sampai dadanya mengecil. Ya, dadanya mengecil. Ia mengidap kanker payudara dan sembuh. Mereka pun memberi kesaksian secara langsung di depan altar. Apa yang disembuhkan, sudah berapa lama mengidapnya. Ternyata banyak lebih parah dari diriku yang cuma tertabrak motor ini.

Aku pun maju ke depan. Masih dengan label ACCIDENT, untungnya ada plester di depan. Akhirnya ku ganti dengan PAIN ON HAND. Takut Pasturnya bingung harus berdoa apa, dia kira nanti diriku yang "polos" ini meminta kecelakaan bertubi-tubi lagi! Ah jangan sampai. Ketika sampai di depan, tangan yang bekas kecelakaan ini dijamah. Awalnya masih terasa sakit, tetapi lama kelamaan menjadi lebih baik, walaupun masih agak sedikit sakit. Ketika disuruh kesaksian, sang MC bertanya.

"Nama kamu siapa, sakit apa, dan dari kapan?"
"My name is Darwin. I have a pain on my hand, and now it's healed."
"When did you feel pain on your hand?"
"This afternoon..."

Ketika orang-orang bersaksi "Saya sakit kanker, sudah 7 tahun.", "Saya sakit psoblablaa sudah 5  tahun.". Lah? Gue (maaf ya pake gue, pake aku agak najis kalo buat kalimat ini) yang bisa dibilang baru kejadian tadi siang, malah motornya yang nyaris rusak, masih minta disembuhin lagi! Muluk banget ye, masih bagus selamat dan gak luka serius. Gue sendiri tadinya juga pingin nitip doa sama Pastur. Tetapi niat tersebut gue urungkan saja. Karena memang, selama ini bokap gue udah mengalami kesembuhan secara sedikit demi sedikit. Masih banyak dari mereka yang lebih membutuhkan berkatNya daripada gue, maupun bokap gue. Masih ada yang jauh lebih parah dan nyaris gak bisa disembuhkan. Disini gue belajar lagi, bahwa selama ini Tangan Tuhan emang udah bekerja kok. Cuma kitanya aja yang gak sadar dan gak pernah bersyukur, selalu minta lebih, lebih, dan lebih. Bersyukurlah buat apa yang udah kita dapatkan, baik secara fisik maupun mental, karena apa yang Ia tahu apa yang akan Ia berikan kepada kita, itu semua pasti yang terbaik untuk kita semua.

Genggaman tanganNya tidak pernah terlepas, Ia selalu setia menggenggam kita. Hanya kita saja yang tidak sadar telah digenggam oleh Nya! Ketika kita melihat ke atas, kita baru sadar bahwa selama ini ada yang menggenggam kita agar tidak jatuh. Jatuh jauh sampai ke lubang hitam tiada henti.

23.10.10

Salah Kostum

Sebuah cerpen pendek, terinspirasi dari pengalaman gue beberapa menit yang lalu.

Vincent kebingungan. Ia kehabisan ide tentang apa yang akan dipakainya untuk ke resepsi pernikahan anak rekan kerja ayahnya. Terlintas hanya setelan biasa yang selalu dipakainya setiap ada pesta. Vincent panik, ia segera mengambil telepon selularnya lalu menelpon sobatnya, Indy.

"Indy, sepertinya gue salah kostum nih! Gue serasa mau ke pesta Sweet Seventeen!"
"Emang lu mau kemana cen?"
"Ke pesta pernikahan. Duh gimana nih?"
"Emangnya lu pake apa lagi?"
"Gaun."















***Sang pengarang tidak benar-benar memakai gaun ke pesta pernikahan. Ini hanyalah kisah fiktif. FIKTIF!***

19.10.10

Kolom SAHABAT ku

Terima kasih selama ini kau telah mengisi hatiku yang kosong.
Meskipun kau mengisinya pada salah tempat, yaitu kolom "SAHABAT".
Tetapi saya tetap berterima kasih padamu karena telah mengisi kolom yang salah sampai pada hari ini.
Kuharap engkau selalu mengisi, dan mengisinya dan tak pernah jenuh.
Tidak perlu sampai kepenuhan, nanti kau keteteran membereskannya.
Carilah kolom "CINTA" di tempat lain, di tempat yang kau rasa cocok.
Ketika kau telah mengisi kolom tersebut, jangan main ke kolom lain lagi ya.
Tanpa diriku, duniamu tetap berputar.
Berputar, seiring roda kehidupan yang tak terduga.
Mungkin ketika roda kehidupanmu melintas di atas paku, ada orang lain yang bersedia menambalnya.
Berjalanlah bersamanya sampai tujuan akhir.
Jika ia membawamu ke tempat yang salah, bilang saja padaku, biar ku usir dia!
Dukungan ini akan selalu bergema di telingamu, sampai akhir nanti.

18.10.10

Mertua Saya Bukan Pembantu

Setelah Doa Rosario, tepatnya pada hari ini pukul 20.45

Pak Anton: "Jadi gitu, pembantu saya gigitin jari anak saya pas dia kejang-kejang gara-gara flu. Ampe kuku kakinya copot! Untung anak saya gak jadi lewat."
Tante X Pemilik Rumah: "Pembantunya yang tua itu ya?"
Pak Anton: "Pembantu saya mah dari dulu cuma satu. Pembantu saya lagian yang kecil itu. Yang tua mah mertua saya nci!"

Gue: *nahan ketawa*

17.10.10

Kerjaan di Rumah, Kerjaan Penting

Minggu, 17 Oktober 2010. Di kawasan outbond Eagle Hill, Megamendung.

Ojong: "Duh gila, susah banget nih bukain tutup galon aer."
Gue : "Kenape jong? Sini gue bantuin deh. Ini mah kerjaan gue di rumah."
Ojong: "Tutupnya nih. Yang ini susah banget, gak bisa dibuka. Di rumah gue juga kerjaan gue ini."
Robby: "Ah, ternyata kerjaan gue masih lebih penting. Kerjaan gue kuliah. HAHAHA"
Gue dan Ojong: "..."


14.10.10

Ujung Dunia


Hail Mary, full of Grace,
The Lord is with thee;
Blessed art thou among women,
and blessed is the fruit
of thy womb, Jesus.
Holy Mary, Mother of God,
pray for us sinners,
now and at the hour of our death. Amen.

Bulan Oktober, merupakan salah satu bulan suci bagi umat Katolik. Biasanya mereka melakukan doa rosario di dalam lingkungan mereka, dan memanjatkan permohonan kepada Tuhan Yesus. Ini kedua kalinya gue ikut doa rosario. Maklum, anak baru.

Ketika gue dateng, gue menyadari kalo gue adalah remaja seorang diri. Gak seorang diri sih, paling yang seumuran gue cuma berdua ato bertiga dari 20. Sisanya tante-tante dan bapak-bapak. Ketika gue masuk rumah pada hari pertama dan kedua, gue merasa panas. Sang empunya rumah pun bilang "Maaf loh panas, gak ada kipas ato AC disini."

Spontan om Anton, wakil ketua wilayah di tempat gue bilang "Nanti pas berdoa adem deh dijamin, kalo Roh Kudus turun."

Amin om amin, ternyata apa yang dibilang om Anton itu bener, gue sama sekali gak ngerasa panas di tengah ruangan yang kecil dengan kapasitas 16-20 orang di dalamnya. Malah serasa adem kayak pake AC disetel 22 derajat celcius loh. Emang berkat Tuhan itu gak berkesudahan.

Di komunitas tempat kami berdoa rosario, ada 1 om-om yang terasa familiar, padahal gue belom pernah ngeliat loh! Yang familiar itu bukan mukanya, tapi tingkah lakunya. Mirip gue! Sehabis doa rosario, dia make-make kalung rosario kekecilan di kepalanya, serasa penari India terus ketawa-ketawa. Gue sambil mikir, ini orang kok mirip gue ya? Terus om-om singgung dia juga.

"Asal lo tau aja, dia ini mantan frater loh."
"Ia mantan frater, tapi setelah ketemu Tesia imannya gak kuat."
"Imrohnya goyang tuh! Hahaha!"

Si om cuma ketawa-ketawa aja, dan gue emang sempat dan masih berpikir mau jadi pastur. Ternyata dunia itu emang sempit. Gue gak perlu ke ujung dunia buat nyari yang mirip sama gue. Toh di komplek sendiri juga udah ada.

13.10.10

Kehidupan Kampus Nan Ajaib - Masih Cowok

London School, kelas 14-8A, pukul 08.50

Gue: "Emang lu berapa bersodara Jane?"
Jane: "Asal lo tahu ya, gue itu cuma 2 bersodara! Adek gue 7 tahun dan masih cowok!"
Gue: "Err... Masih cowok? Kapan jadi ceweknya?"

12.10.10

Alta Vide

Maap sebesar-besarnya kepada para pengikut sekalian, gue baru sempet nulis lagi nih. Dari kemaren udah gatel garuk-garuk mau nulis tapi gak kesampean hehehe.

Berawal dari sebuah forum, forum WG, gue sering main ke bagian ForKat aka Forum Katolik. Sering main sama user forkat juga dong, hai GlenX, Snu, Caecil, nanda, ben2, andreas_nc hehe.

Beberapa hari yang lalu, Andreas_NC chat sama gue via ym. Dia bilang ada tugas padus 10 Oktober di Gereja St. Yohanes Bosco. Otomatis, gue kaget. Secara itu gereja yang tiap minggu gue datengin getoo lohh. Akhirnya gue putuskan untuk dateng, buat foto-foto ama rekam mereka lagi nyanyi.

Tadinya sih begitu, tetapi ketika gue dateng tugas gue pun bertambah. Dari tukang foto dan rekam, jadi anggota choir dadakan. Mampus dah gue, gue aja gak tau lagu yang dinyanyiin lagu apa. Gara-gara sebelah gue si NC suara bass, akhirnya gue beralih dari tenor menjadi bass-wannabe. Dari lagu Sanctus, Kyrie Eleison, Doa Seorang Anak (yang ini bagus deh), dll.

Proses padus sampai pertengahan acara lancar. Pastur Budi selaku yang memimpin misa perkawinan pun mengajak kita berlutut. Err, iya berlutut. Karena gue duduk di kursi darurat, maka gue gak berlutut di busa yang biasa buat berdoa, tapi gue berlutut di lantai!

Pastur Budi: "Tuhan, berilah mereka kekuatan untuk saling mengasihi..."


Dalam hati gue
Gue: "Tuhan cepetan dong doanya, lutut gue udah mau ancur, pegel abis!"



Pastur Budi: "Amin."
Gue: "Anjrit dreas, gue berlutut di lantai, lutut gue rasanya mau remuk!"

Oke, penyiksaan selesai. Akhirnya gue bisa sedikit menghela nafas. Tapi, 15 menit kemudian gue berlutut LAGI di lantai. Cobaan itu emang gak dateng sekali. Dan akhirnya gue bisa bener-bener lega ketika misa berakhir. 



Rasanya gimana ya? Seneng bercampur sakit lutut. Kenalan sama anak-anak Alta Vide choir, yang suaranya mantap ya owohh. Apalagi ketuanya, saingan Beyonce gue rasa, tapi versi laki. Hai anak-anak Alta Vide, NC, dua Kevin, Sam, Chika, ChaCha, David, dan lainnya yang lupa berkenalan ato gue lupa namanya, kalian keren-keren loh hahaha.


Btw, gue lagi naksir sama salah satu lagu kawinan yang dinyanyiin Alta Vide, judulnya "Doa Seorang Anak".
Ya gue tau meskipun ini lagu kawinan, tapi ini lagu menyentuh abis.








Di dalam doamu kau sebut namaku. 
Di dalam harapmu kau sebut namaku. 
Di dalam segala hal namaku di hatimu.
Tak dapat kubalas cintamu, ayahku. 
Takkan kulupakan nasihatmu, ibu. 
Hormati orang tuamu agar lanjut umurmu di bumi.
Trima kasih ayah dan ibu. kasih sayangmu padaku.
 Pengorbananmu, meneteskan peluh 'tuk kebahagiaanku. 
Tuhan lindungi ayah ibuku. Dalam doa, kuberseru. 
Tetes airmatamu yang kau tabur, dituai bahagia.

Tetes airmatamu yang kau tabur, dituai bahagia.

Satu yang bisa gue rasain, ini lagu dalem banget jleb jleb jleb. Gue sempet berkaca-kaca ketika denger ini lagu, apalagi lirik terakhirnya. God Bless Alta Vide Choir! Amen.

3.10.10

Rapot Yesus

Lame joke.

Suatu hari seorang anak kecil menemukan rapor milik Yesus semasa ia bersekolah. Setelah dilihat, ternyata Yesus hanya memiliki satu nilai A, dan sisanya D, termasuk pelajaran agama! Kenapa tuh? Kok bisa?

Ternyata ketika pelajaran agama, ia ditanya oleh sang guru agama tentang kitab Kejadian.

"Siapa yang membuat langit, bumi, dan segala isinya?"
"Bapakku."

Nilai D akhirnya jatuh di tangan.



Begitu juga pelajaran olahraga. Ketika sedang belajar berenang, semua murid langsung melompat masuk ke kolam dan berenang menuju seberang. Tetapi Yesus tidak berenang, Ia berjalan di atas air. Sekali lagi, Ia mendapat nilai D.

Tetapi ketika pelajaran kimia, ia mendapat nilai A. Ketika teman-temannya belajar perubahan molekul dan zat-zat, hanya Yesus yang berhasil melakukan prakteknya. Ia mengubah air menjadi anggur. Singkat kata, nilai A di tangan.

1.10.10

Pentas Drama, Cowok Cantik, dan Sang Bibir Terakhir

Yay! Sebelom menulis embel-embel postingan gue yang gak  berisi lainnya, gue mau ngucapin terima kasih dulu sebesar-besarnya buat para pendukung pentas drama tentang sejarah Don Bosco. Dari Yesus Kristus yang udah buat kita semua bisa menjalaninya dengan baik, lightingnya, pemain-pemainnya, orkes, yang ngingetin, dan tidak lupa para penonton yang udah hadir. Terima kasih bangetzzzz pake z. :D
Oke, cukup kata sambutannya. Mari kita kembali ke isi yang gak penting!

Sore hari, langit cukup gemuruh kayak mencret, atau apapun itulah yang mirip mencret. Gue langsung cepet-cepet pergi ke gereja untuk siap-siap drama. Dan cobaan pertama kali yang harus gue lalui adalah di make up para tante-tante. Dan ternyata yang dandanin adalah si tante yang biasa motong rambut gue.

"Oh kamu yang main Darwin? Kamu jadi apa? Mau didandanin apa aja? Tante kasih bedak, sama eyeshadow aja ya."


"AJA?!", tante? Bagi gue itu udah cobaan untuk berat. Tapi itu bukan masalah, karena gue pernah mendapat dandanan yang lebih ekstrim lagi. Bagi yang ikutin postingan gue, pasti tau deh dimana gue dandan sampe pake eyeshadow udah kayak mata dibogem preman.

Berikut salah satu korbannya.

Percaya gak percaya, abis di dandanin dia kayak Britney Spears!

Setelah didandanin, gue langsung cepet-cepet kabur. Karena bagi mereka yang belum beruntung, mereka mendapat bonus lipstik yang merupakan hasil operan dari bibir ke bibir.

Dan ini dia, salah satu korbannya lagi (dan lagi).

Bibir ke 5

Makin cantikkkk

Dan secara tak sengaja, gue melihat frater (ato foster? ato bukan dua-duanya?) memakai baju I LOVE MIYABI lagi didandanin. Ahhhh mau bajunyaaaaaaaa! Dapet dimana yaaa?

I LOVE MIYABI

Para lelaki-pun menjadi cantik. Ya mereka "cantik".

Pria "cantik"

Dan ini adalah yang terparah separah-parahnya gue pernah liat. Mau ngakak tiada henti, kayak yang jadi setan bencong di "Si Manis Jembatan Ancol".

Si Manis Jembatan Ancol

Sejenak gue berpikir, kita ini mau drama ato bikin video klip? Video klipnya Naif - Posesif, dimana pake bencong pake syal bulu-bulu sambil lari-larian di pinggir jalan. Para frater-frater yang menjadi korban "kekerasan" para tante-tante ini pun sejenak menjadi bencong yang melancong di dalam gereja. Tapi kata si tante sih ini biar kalo di panggung keliatan nyentrik, biar gak jelek keliatannya. Ya pokoknya gitu lah, biar ok di panggung.

Ketika para frater, bruder dan kawan-kawan lainnya (termasuk gue) telah menjadi korban "kekerasan" dan hampir mau manggung, tiba-tiba gue dipanggil salah satu tante-tante yang ngedandanin mereka.

"Ehh kamu sini deh, kok bibirnya belom berwarna? Sini tante kasih lipstik. Lipstiknya murah sih gampang pudar nih. Ayo sini."

Ternyata, gue menjadi korban bibir terakhir dari lipstik yang telah dioper dari bibir ke bibir.