30.1.11

Terbang

Dia masuk dengan menggunakan kemeja lengan panjang dan Marlboro di tangan kanannya. Sangat tidak standar untuk ukuran dosen dari hari-hari sebelumnya yang hanya mengenakan batik dan membawa sebuah pulpen. Hari pertemuan kami yang pertama dilewati biasa-biasa saja dengan logat Inggris Amerika macam Cinta Laura. Masih terngiang kata 'Yutup' (You Tube) menjadi 'Yiuchiub' di bibirnya. Entah memang kita yang kampung atau dia terlalu futuristik.


Masih dengan persepsi si bapak dosen dengan Marlboro di tangannya. Pelajaran pun dimulai. Cara mengajarnya sangat kaku, kami membatu seperti arca berlumut. Untungnya beberapa protes dari teman seperjuangan telah melayang ke telinganya. Setidaknya dia bisa membawakan lebih baik.

Terkadang ia menceritakan sepenggal karirnya. Dari mendapatkan tender empat milyar sampai karya-karya yang telah dibuahkannya. Yang dapat kami lakukan hanya membatu seperti arca, tapi tidak berlumut. Membatu karena terpukau akan hasil keringat yang telah dituainya selama ini. Membangun sebuah usaha bukanlah hal yang mudah.

Entah kenapa ada beberapa hal yang jiwa ini sendiri tidak pernah mengerti. Saraf-saraf luput sekejap ketika mulutnya terbuka. Sering ia memberi perumpamaan tentang langit dan tanah. Kita mungkin dapat berpijak tegap di atas tanah dan membusuk masuk liang kubur. Tetapi hidup tidak sekedar itu. Langit merupakan dimensi yang lebih luas dan tujuan akhir. Dimana hanya spesies bersayap yang dapat melawan hukum alam. Ia mengajarkan kami untuk terbang dan bernafas menggunakan bantuan pundi-pundi udara. Semoga tiga setengah tahun mendatang tubuh ini benar-benar bersayap.

Ia memang tidak pintar dalam berkata, tapi mahir mengurai makna. Selalu menceritakan tentang hal-hal diluar pelajaran yang berguna bagi kami. Tahu kapan harus berkata dan bercanda, membuat dirinya menjadi salah satu makhluk yang disegani karena bertindak dengan otak, bukan selangkangan.

Satu yang kusadari. Kukira dia hanyalah sekedar perokok aktif. Ternyata dia makhluk yang memang dilahirkan untuk mempunyai kharisma. Tidak seperti manusia pada umumnya. Dari minggu ke minggu berikutnya, kharismanya makin terpancar.

Aku tertunduk. Sempat benak ini bertanya apa itu dan darimana kharisma yang dimilikinya. Entah apa itu sebenarnya kharisma, aku sendiri tidak mengerti.

Apakah memang Tuhan memberikan kharisma ke dalam rahim sang bunda, sehingga lahir dengan memukau seperti Mahatma Gandhi? Atau memang ilmunya yang diatas manusia pada rata-rata? Mungkin juga karena faktor sifatnya yang matang pada usianya, menjadikan dirinya seperti apel merah yang enak untuk digigit dan dihisap sarinya.

Tanggal dua puluh Januari kemarin menjadi akhir dari pertemuan kami dalam kelas ini. Semester dua pun akan diganti oleh dosen lain. Walau fakta menyatakan demikian tapi darah ini tetap berteriak agar kau tidak beranjak. Masih banyak cerita yang harus kau dongeng satu per satu kepada kami sampai malam nanti. Kami belum terlelap.

Aku masih terjaga melihat kepergian dia dari Kamis yang telah lampau. Tidak ada yang terbaik maupun terburuk bagi aku maupun dia, yang ada hanyalah kenyataan yang kita sama-sama tahu apa yang telah direncanakan.

Kau telah pergi dan aku masih disini. Aku berjanji akan menjadi manusia bersayap ketika kita bertemu kembali. Walau waktu memisahkan kita, decak kagum ini memang nyata dan selalu ada. 






























Kharismamu pemenangnya.
















Aku tidak pernah tahu aku lahir di darat dan dia di udara.
Dia tidak pernah tahu bahwa dia bersayap dan aku tidak.
Yang hanya kita tahu, era kita berbeda.
Tetapi satu hal yang kau harus tahu, aku akan berusaha terbang.
Bagaimana pun caranya, untuk menggapai duniamu.

29.1.11

Kotak Pensil Haram

Suatu malam, chatting sama Anyen.

"Nyen, gile nih parah banget kotak pensil gue ilang di kampus! Mana semua isinya disitu lagi!"
"Ya elu lagian pas masuk kampus gitu menggebu-gebu isiin kotak pensil."
"Asal lu tau nyen, isi di kotak pensil gue itu gratisan semua! Dua pen boleh nemu, satu pen dapet dari kampus, dua pensel cetek (pilot) boleh nemu juga, sama stabilo beli sendiri!"
"YA IYA LAH ILANG! ISI KOTAK PENSIL LO AJA HARAM SEMUA!"
"Sialan lu."

Sosok Yang Lain

Dia memang lain dari yang dulu. Tetapi satu yang kutahu, mereka berdua memiliki sosok dan kharisma yang sama.

Jika dia yang terdahulu mengajarkan saya bagaimana menjadi besar dan bersayap, sosok dia yang baru mengajarkan saya untuk menjadi telinga dan hati.

Sekali lagi, aku tertunduk pada orang yang berbeda. Keduanya sama-sama memiliki kharisma. Dengan cara yang berbeda, kalian telah menunjukkan kedua hal tersebut.

Terima kasih telah mengajarkan banyak hal, kawan :)

27.1.11

Agama

Ah, ingin rasanya bercerita dengan pengalaman agama saya. Pengalaman agama, bukan beragama. Tulisan kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan malaikat-malaikat di surga. Setelah ditelusuri, ternyata sangatlah bodoh, misterius, dan lugu. Bahahahaha!

Ngikut orang tua


Oke, saya mulai dari awal. Buat mereka yang sudah baca tulisan saya sebelum-sebelumnya pasti sudah tau kronologisnya. Saya sendiri beragama Buddha ketika waktu kecil. Tetapi boro-boro, diajak ke Vihara aja gak pernah, sembahyang juga cuman ngikut.

Yang saya ngerti, dulu pas di Vihara saya paling doyan ngebakarin kertas ke kuali-kuali. Katanya itu duit buat di alam sana. Ada yang bentuk baju juga loh! Setelah dipikir-pikir, dibakar ya dibakar aja. Jadi abu terus dibuang. Setelah dipikir-pikir, kalau saya buka usaha gitu tajir juga kali ye, bikin perahu-perahuan kertas terus dibakar. Satu perahu harganya sepuluh ribu. Jasa saya sungguh hebat, membuat orang di dunia sana kaya.

Pengalaman murtad


Saya sendiri enggak tahu apa itu kitab suci dari agama Buddha. Kalau gak salah, namanya Tripitaka. Itupun saya tahu dari pelajaran PLKJ kelas empat atau lima SD. Katanya sih ada dua lagi. Tapi saya sendiri gak yakin dan lupa-lupa inget.

Salah KTP


Kejadian ini yang paling bikin saya syok berat. Syok apa shock ya? Ah sebodo teuing!

Umur tujuh belas adalah umur yang paling ditunggu para remaja cewek maupun cowok. Entah karena si remaja cewek bakalan pesta sweet seventeen atau memang merupakan tanda kedewasaan, atau karena si cowok sudah boleh nonton film untuk tujuh belas tahun keatas, yang sebenarnya belum umur tujuh belas tahun pun sudah ditonton.

Tapi bagi saya, momen umur tujuh belas ini menjadi momen bersejarah. Setidaknya setelah saya sadar KTP saya salah cetak. KTP saya ditulis agama Islam, saudara-saudara. Pengen nangis rasanya. Apalagi saya sadarnya setelah hampir satu tahun kemudian. Alamak! Sejarah keluarga aja gak ada yang jadi Islam. Kenapa bisa tiba-tiba muncul si Islam di KTP saya ini?! Kalau tidak segera di ubah, bisa-bisa semester 3 nanti saya masuk pelajaran agama Islam dan belajar Al-Qur'an. Gawat. Tapi saya isi di kampus agama saya Buddha. Sama-sama gawat. Saya gak pernah tahu seluk beluk dua agama tersebut.

Karpet


Pernah satu hari saya bertanya ke temen saya yang Islam.

"Eh kalo salat (baca: solat) itu pake karpet ya?"
"Lu gila, itu namanya *sensorkarenalupa*

Mampus de gue kalau beneran masuk pelajaran agama Islam.

Baptis


Saya lahir baru! Setidaknya itu kegembiraan yang saya bisa ungkapkan. Baik secara rohani, maupun jasmani alias KTP. Aduh bok rasanya deg-degan deh! Udah dibaptis, rasanya pengen cepet-cepet ganti KTP. Rencananya sih sudah lama. Tapi nyatanya sampai sekarang masih males ngurus. Enakkan ngulet di ranjang sambil nyalain AC dingin-dingin. Yang penting ubah agama dulu ah di kampus, biar gak salah masuk kelas nanti! Amin.

Permen

Halau saudara-saudari sekalian yang sudah lama menunggu postingan saya! Ehm, sebelumnya maaf dulu nih udah lama gak tinggalin jejak di ini blog. Sebenarnya saya mau posting satu cerpen sih. Udah jadi, tapi masih belum tahu judul. Ya sudahlah nanti saja. Yang pasti tunggu ya!

Kali ini saya cuma mau ngasih tahu tentang cerpen yang saya buat ini. Yang pasti cerpen ini ibarat ketika saya hanya memiliki sebuah permen. Saya ingin menikmati rasa permen itu sendiri saja dulu. Dari segi manis, asam, dan ada sedikit tambahan mentholnya. Itu semua ingin saya nikmati sendiri dahulu. Gak sendiri deh, beberapa teman saya udah menikmati juga sih, sekitar tiga atau empat orang. Tapi untuk sekarang tidak untuk kalian dulu ya. Masih ingin saya nikmati lagi permen ini. Yang pasti permen ini saya buat dengan penuh kekaguman dicampur emosi galau dan menerima kenyataan 'apa adanya jadinya ya itu'.

Oh iya, tidak lupa satu kalimat penutup tentang hidup ini.

Walau hidup kita tidak manis, ketika kita mati tetap akan menjadi permen.

Ayo apa maksudnya?













Tulis aja deh sekarang. Maksudnya kalau udah mati jadi pocong!












Apaan sih, garing banget! Dah ah lanjut ngulet dulu. Deeeeee!

25.1.11

Embak Ina

Kala malam yang hening di apotek deket rumah.

"Mbak, beli kapsul kosong 100 ya mbak."
"Naaa, kapsul kosongnya 100!"

Gak lama si embak Ina, yang dimintain bawa kapsul kosong dateng.
"Nih kantong kresek 100."
"Ha? Kuping ditaro di samping Inaaakuu sayaaaaang. Kapsul kosong, bukan kantong kresekkkkkkk."

Ternyata selama ini si embak Ina taro dimana kupingnya? Masih menjadi misteri

24.1.11

Doa Yang Egois


Seperti biasa, malam yang galau menjadi makanan saya sehari-hari. Biasanya saya menggalau bersama, tapi kali ini saya lebih memilih sendiri. Dan menghabiskannya di dalam gereja. Sembari merenungi hidup.

Terkadang saya pikir hidup ini kejam. Sebenarnya indah, cuma saya aja yang tidak bisa memaknai dari setiap isyarat yang telah diberi.

Dalam keheningan saya berdoa. Terkadang saya pikir doa saya egois. Tapi sekali lagi, saya serahkan semuanya sama yang di Atas.

Saya ingin sekali melindungi mereka yang saya kasihi dan kagumi, tetapi tubuh ini terlalu lemah.
Saya ingin sekali membuat mereka yang saya kasihi dan kagumi bahagia, tetapi saya tidak tahu apa makna bahagia di benak mereka.
Saya ingin mempunyai momen yang membekas di hati bagi mereka yang saya kasihi dan kagumi, tetapi dekat dengan mereka saja tidak

Dan beberapa doa yang hanya 6 mata ini ketahui, saya, Dia, dan BundaNya.

Tuhan, maafkan atas doa yang egois ini. Tetapi Engkau tahu mana yang terbaik untuk hidup saya dan mereka. Yang terjadi biarlah terjadi. Semua sudah menjadi rencanaMu.

Hidup Ini Indah

Tadi pagi di halte busway harmoni, seperti biasa empet-empetan dan engap-engap saking banyak yang mau ngantri blok M. Tiba-tiba seorang petugas yang rapih-rapihin barisan ngomong.

Petugas 1: "Yang laki-laki sebelah kiri, yang perempuan sebelah kanan! Ayo kamu yang di sana kalau merasa pria pindah ke kiri. Jika anda tiap hari naik busway pasti akan anda akan terbiasa. Jika semua sesuai aturan maka kalian akan merasa kehidupan ini indah."

Petugas 2: "Ah yang bener?!"

Petugas 1: "Ihihiihi." *cengengesan*

Dalam pikiran saya.

"Idih apaan sih ini orang, gak tau apa gue udah mau telat!"







Hidup ini indah.

Ibu

Aku cuma ingin menyebutkan kata 'terima kasih' yang tak habis-habisnya kepada wanita yang tak pernah kulupakan sepanjang hidupku. Walau baru tujuh bulan kita bersama, aku sudah bisa merasakan hangatnya cinta yang kau sebutkan di setiap detak jantungmu. Jantungmu adalah jantungku. Aku mendengar itu.

Kelak kau selalu memimpikan aku menjadi seseorang yang dapat menemani hari tuamu. Setidaknya itulah yang kau katakan kepada pria yang menemanimu di setiap malam. Tiada doamu yang pernah putus di dalam keheningan, tanpa seorang pun tahu, setidaknya hanya antara kau dan Dia. Mengharapkan aku menjadi eksistensi yang ada.

Terima kasih karena engkau telah menjadi tempatku berlabuh. Walau hanya sementara waktu di dunia yang semu. Tetapi maaf, memang bukan saatnya kita bertemu. Misiku sudah berakhir disini. Dia masih belum mengijinkan kita bersama selamanya. Hanya untuk tujuh bulan ini saja.

Itu sudah lebih dari cukup.








Terimakasih,










Ibu.







Dan tiada henti dirinya menyalahkan Tuhan atas kepergianku. Memang belum saatnya.

21.1.11

Aku Ada



Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa.
Bahasa yang kutahu kini hanyalah perasaan.
Aku memandangimu tanpa perlu menatap.
Aku mendengarmu tanpa perlu alat.
Aku menemuimu tanpa perlu hadir.
Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.

...

Pesan itu akan tiba padamu, batinku. Namun entah dengan cara apa.

...

Percayakah kamu? Aku selalu ada. Ke dalam perasaan inilah engkau akan bermuara, ke dalam perasaan inilah engkau akan pulang dan bertemu aku lagi. Dan perasaaan itu dapat engkau nikmati sekarang, di dalam hati. Tanpa perlu mati. Sekarang.

...

Sudah jauh engkau berenang meninggalkan pantai, basah kuyup dan megap-megap. Namun tiba-tiba kau tergerak untuk diam, merasakan ombak yang aneh mengembalikanmu mundur. Semakin kuat kau mengayuh, kau malah semakin mundur ke pasir tempat kau melangkah.

...

Seolah berkata, belum saatnya. Tempatmu di sana, kembalilah ke pasir tempat jejak-jejakmu tersimpan, kembali padanya yang menantimu dengan senyum sayang.

Pesan ini akhirnya tiba. Saat pasir tempatmu berpijak pergi ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk pantaimu erat. Akulah langit beragam warna yang mengasihimu lewat beragam cara. Engkau hanya perlu merasa dan biarkan alam berbicara.

...

Engkau tersenyum bersama segenap jiwamu, karena hari ini kita sama-sama mengetahui satu rahasia: cinta adalah aku, cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tak pernah mati. Sekalipun jasadku sudah.

...

Kali ini engkau tidak mengucapkannya seperti perpisahan, bukan juga perjumpaan, melainkan sebuah kesadaran. Rahasia kecil kita berdua: aku tahu engkau tahu aku ada.




Diringkas dari: Rectoverso, Aku Ada - Dewi Lestari.



Rectoverso



Bisa dibilang saya agak telat dalam mereview buku ini. Disamping udah keluar dari kapan hari, saya baru bacanya baru-baru ini. Tepatnya baru baca lagi baru-baru ini dan meresapinya. Yaelah.

Buku ini sendiri terdiri dari 11 cerita, dan 11 lagu tentunya. Keunikan dari buku ini adalah di setiap cerita akan  ada lagu yang mengirinya. Sehingga dapat membuat kita lebih mengkhayati cerita tersebut. Saya mo review cerita-ceritanya sedikit yaa :D

1. Curhat buat Sahabat
Simple, tapi dalem! Kita gak butuh seseorang yang mewah untuk dijadikan pacar, tetapi yang dapat melegakan dahaga layaknya air putih, bukan segelas anggur putih.

2. Malaikat Juga Tahu
Membuat kita tahu, bahwa di dunia ini masih ada cinta yang nyata dari seseorang. Malaikat juga tahu :P

3. Selamat Ulang Tahun
Sedih rasanya jika seseorang yang spesial di hati kita tidak menyebutkan 3 kata ajaib tersebut pada hari spesial.

4. Aku Ada
Walaupun jasad seseorang yang kita cintai telah tiada, kita tahu bahwa keberadaannya akan selalu ada. Ku ingin kau tahu, aku ada!

5. Hanya Isyarat
Kalau menurut saya, 'Hanya Isyarat' menceritakan cinta yang hanya sebatas kita kagumi, bukan untuk dimiliki. Ceritanya NGENA! Karena ini benar-benar saya alami HAHAHA!

6. Peluk
Tentang hati yang telah membeku, dan membuat kita dapat merasakan pahit dan manis dalam satu pelukan terakhir. :'(

7. Grew A Day Older
Hmm, kalau yang ini saya agak kurang ngerti *nanti dibaca lagi*, tapi kurang lebih menceritakan tentang cinta sesaat yang bermakna.

8. Cicak di Dinding
Cinta yang paling misterius! Walaupun kita tahu kita tidak dapat memiliki cintanya lagi, tetapi kita akan selalu menjadi cicak di dinding hatinya, selalu memperhatikan gerak-geriknya tanpa ia ketahui. Sssst!

9. Firasat
Tentang seseorang wanita yang mempunyai indra keenam, yang melepaskan kepergian seseorang yang tidak akan pernah diketahui kapan ia menghilang.

10. Tidur
Menceritakan kepulangan seorang wanita karir yang setelah bertahun-tahun lamanya tidak pulang ke rumah. Cinta yang paling pertama, cinta akan keluarga.

11. Back to Heaven's Light
Duh, ini yang paling mewek! Tentang ketegaran seorang istri akan kepergian suaminya. Mengajarkan bahwa hidup ini adalah pilihan, dan eksistensi mereka akan selalu di hati. Saya mencoba untuk memposisikan diri dalam cerita ini sebagai sang teman dari mendiang suami. Dan ketika saya membaca kalimat 'He's in my heart too', tebak saudara-saudara, saya mewek! Apalagi ketika saya memposisikan yang sudah tiada itu adalah mereka yang mempunyai kedudukan di hati saya. Tambah mewek! Oh iya cerita ini agak mirip yang 'Aku Ada', cuma kalau cerita ini dibawakan lebih pahit dan elegan, sedangkan 'Aku Ada' mempunyai rasa yang lebih manis.

Rectoverso mengajarkan bahwa cinta itu gak selalu manis kok, banyak pahitnya. Dan kita harus rela kapan saja melepaskan cinta itu ketika ia pergi. Karena cinta itu bukanlah suatu paksaan, melainkan kerelaan hati untuk menyayangi satu sama lain. Dan kita tidak akan bisa mencintai seseorang kalau kita tidak pernah disakiti. Ya kan?

Cerita dalam buku-buku ini juga gak panjang kok, cuma 3-7 halaman saja per cerita. Ringan tapi mendalam sampai ke hati. Tapi jangan lupa, didengar juga liriknya. Ups, maksud saya dibaca liriknya untuk 'Rectoverso'.

Rectoverso bisa menjadi hadiah bagi mereka yang logic oriented agar menjadi seseorang yang mempunyai emosi lebih.

20.1.11

A Teacher's Pride

The room is too dark for me. There's no one want to turn on the light. I hear the step from outside the door, I think it's a man that will be our next lecturer. Yeah, he is a man.

Wearing a long-sleeved shirt, with a brown bag on his back and Marlboro on his hand, he sit in front of the class. It's the first time we met, without an eye contact on it. There's nothing special in a glance.

The clock in front of class keep ticking, while the student in the class keep talking. I must say that he is very boring as a lecturer, I don't know why people like him can be a lecturer. But when he tells about his work, it's like he lock up our mouth with spell. A spell that even bind a tiger from its wild. I believe he's no ordinary human. He is magician.

As the spell weaken, the tigers goes wild again. But still I bow at him, quieting my mind. He never give up to make us silent. A true magician always has the other magic to beat his enemies. He goes mad. I realize that I bow down to him isn't because he is strong. He has charisma nor pride. He has presence of the leader that others doesn't. Once again, I bow down to him for eternity. He crumbles my ego in a blink of eye. He is a true well-grown man.

The times passes by, day by day, week by week until today. Last week you said the next one will be our last time to meet. It's like telling me to ask the world from leaving its rotation.

Today is the time, I'm still hoping that we will meet again someday. Only some not-too important thing that you leave to us. The clock ticking again until 12.20. The class has been dismissed, leaving five of us in front of the class. Only small talk as a memento before he go.

"This will be my last time to teach you here. Maybe I'll teach 'there' next year. Hope so."

We still hope that we meet you again someday.
We still have faith to be teach by you somewhere.

We won't see this as the end of our story. It's the beginning for our new chapter.

Someday I will be a well-grown man.
Someday I will have charisma.
Someday I will have pride.

Like you.























"Catch you later, Sir!
























Thank you."

























----------------------------
Akhirnya! Berhasil kelar nulis cerpen super pendek! Thanks for Dewi Lestari, saya terinspirasi banyak dari dia.

19.1.11

Bapak Ibu Dosen

Huahh, gak kerasa besok jadi hari terakhir belajar di kampus buat semester 1. Gimana ye rasanya? Bisa dibilang seneng iya gara-gara dapet ilmu baru, tapi bisa dibilang lebih banyak sedihnya :'(

Gimana gak sedih, itu berarti 1 semester mendekati perpisahan dengan teman sekelas. Tapi yang lebih parahnya pisah ama dosen.

Ya mungkin terdengar konyol ya alasan pisah sama dosen, tetapi gue merasa gue udah cukup PW sama mereka yang sekarang. Dari yang ngajar ngomongnya kayak orang radio gak pake berhenti tapi entertaining, yang suka menyombong-nyombongkan mata kuliahnya, yang ngajar agak kaku tapi kalo diajak bertukar pikiran tuh oke banget, sampe yang ngajarnya kayak siput lomba tapi sabarnya ya ulos.

Sekali lagi, memang terdengar agak konyol. Yaa tapi apa mau dikata, saya udah terlanjur fall in love ama mereka semua. Dari mulus ampe boroknya, nyantol di hati. Saya merasa mereka, dosen saya sekarang ini, sudah cukup pintar ngajarnya. Sayang aja gitu hubungan kita (cie ileh hubungan) berakhir di Februari (ehm).

Padahal masih banyak tanda tanya di kepala ini yang masih saya mau tanyakan pada mereka. Masih banyak cerita kehidupan mereka yang mau saya dengarkan, dari yang cerita anaknya sampai pengalaman hidup mereka.

Tapi ya namanya ada pertemuan pasti ada perpisahan lah. Mau gak mau, itu udah jadi hukum alam. Semoga saya bisa ambil sisi positifnya, bisa kenal dengan lebih banyak tetua-tetua yang berpengalaman. Negatifnya? Masih kerasa lebih banyak sih. I think 1 semester isn't enough for me to know them well.

Ketika saya membangun hubungan dengan sang pengajar, saya merasa bakalan lebih nyambung sama mereka. Nanya juga lebih gak segan. Sayang aja baru mau mengenal lebih jauh, ehh tapi dosennya udah ganti semua :(






Baru kali ini gue kangen ama dosen :$ *galau*







There's only one wish for me to them.

Enggak deh dua.







Kalo bisaaa jangan ganti dong (gak mungkin banget, but I still hope for this one). Dan kalaupun ganti, baik-baik ye *halah, masih se-kampus juga* ngajar anak orang, jadiin mereka pinter en berguna! Gak usah berguna bagi bangsa dan negara, cukup berguna sama diri sendiri aja cukup. I know you're a good lecturer. No, educater :)









Best Regards,


Maximinus Darwin
Your future employee





PS: Makasih ya selama ini udah ngajarin saya, walaupun kadang make urat hehe. Gak tau harus balas budi pake apa. I'll look forward to see you soon!

18.1.11

Nyaut

Maaf otak sedikit konslet, tapi kali ini saya akan memberi tips cara menyauti seseorang ketika ia menawari anda barang.

Pelayan Restoran
"Makan malamnya kak, ada sirloin steak impor Australia loh."
"Enggak mas, saya ini santapan malam dia." *nunjuk orang sebelah, sambil buka baju*

Embak-embak dan Enci-enci Mangdu/Pasbar/Glodok
"Boleh dipilih bajunya."
"Pilih enci/embak aja boleh gak?"



Cuma becanda aja, jangan disahutin beneran kayak gitu! Entar gue yang kena oceh lagi HAHAHA.


Pisah Jumpa



Aku berharap untuk tidak pernah bertemu denganmu, namun apa daya waktu dan kehendakNya berkata lain. Jika diperbolehkan, ingin rasanya memutar waktu dan kembali menjadi manusia yang bodoh agar tidak bertemu denganmu kelak.

Satu musim telah terlewati. Harapan yang sekarang kuanggap menjadi kutukan pun muncul. Mungkin memang aku tak akan pernah bertemu denganmu lagi. Biarlah malam berikutnya hanya keheningan dan suara jari memainkan tulisan-tulisan di atas keyboard yang sudah lapuk.

Aku tersenyum kecut, memandangi fotonya dalam layar kaca ini. Semoga perasaan ini tidak dibawa mati. Jujur saja, aku tak ingin menjadi seperti anjing yang setia kepada tuannya. Walaupun terdengar manis, tetapi sangat pahit jika sang majikan telah tiada apapun sebabnya.

Mataku masih memandangi fotonya di layar kaca. Berharap diriku menggantikan pria di sampingnya, yang memakai baju formal tersebut. Bukan dengan program-program tercanggih masa kini, tetapi dengan memutar balikkan waktu. Sekali lagi, aku berharap sesuatu yang tak mungkin terjadi.

Kali ini kusudahi memandangi fotonya dari layar kaca. Tetapi tetap saja bayang dirinya muncul di otak. Seakan dirinya adalah oksigen yang diikat oleh hemoglobin dan dialirkan ke seluruh otak.

Perpisahan memang tercipta karena pertemuan. Dengan perpisahan, aku selalu berharap akan bertemu dirinya kelak, secepatnya. Semua orang juga bilang begitu, bahwa berpisah untuk berjumpa adalah hal yang wajar. Tetapi jiwa ini tidak berkata demikian. Jiwa ini tahu kita akan berpisah untuk selamanya. Tidak akan ada koma maupun kalimat baru di kehidupan kita. Hanya titik.

Tetapi hati kecil ini selalu berharap kisah kita tidak sampai di sini. Berharap sang penulis akan bangun dari tidurnya dan meneruskan kisah ku dan dia selanjutnya. Walau aku tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti.





16.1.11

Masih, Untuk Kamu. Kamu Yang Sama.

Dengan referensi: Day3. SUATU WAKTU NANTI
dan judul dari kalimat pertama "SUATU WAKTU NANTI".

Entah kenapa tiap kali saya melihat postingan dari teman saya si Lulalen ini membuat hati semakin sendu dan galau rasanya. Terutama bagian tentang cinta-cintaan. Uhui.

Berikut saya kutip beberapa tulisan dari postingan dia di atas.


Apakah kamu tahu, setiap perbincangan kita adalah sulutan terdasyat yang saya alami?


Ketika saya berbicara dengan dia, sang mentari pagi, seperti pengalaman yang tak pernah terlupakan dalam benak pikiran saya. Selalu terngiang setiap kata-kata, dan raut wajahnya yang terkadang serius, terkadang melucu, dan terkadang terdiam seribu bahasa.


Pernah terpikir untuk pergi, mencoba untuk berhenti. Namun pada akhirnya saya selalu kembali ke kamu.


Dia seperti mariyuana. Memang terlarang, tetapi saya sendiri telah jatuh ke dalamnya. Kemanapun jalan yang saya tempuh, engkau bagai mariyuana penghilang duka lara.


Dan kita pun bisa berangkulan, entah rangkulan sesaat sebagai tanda sahabat atau rangkulan yang tak akan lepas lagi. Untuk itu, hanya Dia yang tahu.


Kata orang, jodoh memang tidak ke mana. Semua merupakan kehendakNya. Apapun yang akan diberikan Tuhan, entah kita sebatas sahabat maupun teman biasa, saya yakin itu memang yang terbaik yang telah direncanakanNya. Tetapi manusia memang telah jatuh ke dalam dosa, membuat ego saya tinggi dan menuntut Tuhan untuk lebih dari sekedar teman, tetapi bukan dambaan hati. Hanya sekedar sahabat yang peduli satu sama lainnya.


Kamu, kamu, dan kamu.

Undang-undang Gorengan

Percakapan bodoh tadi malam, pas balik dari MOI sambil jalan kaki.

"Eh win, gue jadi pengen beli gorengan nih."
"Jangan ah, sakit tenggorokan nanti."
"Iya juga ya, lagian banyak polusi di pinggir jalan."
"Ha? Polisi?"
"Iya, polusi."
"Emang kalo beli gorengan di pinggir jalan kenapa? Ditangkep polisi? Emang ada undang-undang baru ya?"

"PO-LU-SI!"



Maximinus

19 Desember 2010 menjadi hari yang penting seumur hidup saya, ketika saya dibaptis dan nama saya berubah menjadi Maximinus Darwin Boy Sxander. #blushing

Lalu terjadilah percakapan enteng antara saya dengan kito. Sedikit mengulas tentang nama Santo dan Santa, dia juga mengulas tentang nama yang menjadi pegangan hidupnya. Jika kita, sang pembawa nama berbuat salah banyak, sama saja kita mencemarkan nama mereka yang kita amini sebagai teladan kita.

Sebelumnya, saya memilih nama Maximinus karena hari pestanya sama dengan ulang tahun saya. Tetapi setelah dibaca lagi riwayat hidupnya, ada sedikit kemiripan dia dengan saya. Kami sama-sama suka menulis, tetapi karyanya sudah banyak yang hilang. Yang dikenang hanyalah jasanya melawan Arianisme.

Hal lain yang menonjol dari Santo Maximinus adalah ia suka menolong mereka yang diusik dan dikucilkan, memberikan mereka dukungan dan semangat hingga dapat berdiri kembali. Ketika saya membaca hal tersebut, saya berkaca kepada diri sendiri. Apakah saya sendiri seperti itu? Terkadang ketika saya melihat orang yang dikucilkan, saya malah sempat berpikir bahwa mereka adalah kaum bermasalah. Memang pemikiran yang bodoh.

Biarlah hidup dia menjadi teladan bagi saya yang meminjam namanya. Mengubah pemikiran yang bodoh ini menjadi sikap penolong bagi mereka yang terkucilkan.

God, please let me be the future Maximinus, who bring the glory of God to whose who are excommunicated and harassed.

15.1.11

Shinshe Gahoel

Pagi-pagi buta saya diajak, errr tepatnya sih disuruh bokap pergi ke Shinshe bareng dia. Buat yang gak tahu Shinshe tuh apa, Sinshe tuh semacem dokter dengan ilmu-ilmu dan pengobatan dari Cina deh. Awalnya gue kira Shinshe yang bakal gue ketemuin itu botak, pake kacamata tebel, demennya pajang foto macan di kamar pasien, tidak lupa dengan aksen mandarin yang totok banget.

Ehh ternyata, Shinshenya jauh yang dari gue perkirakan. Tetapi seenggaknya dia botak dan pajang foto macan. Ehm. Dan periksanya juga gak pake jarum yang ditusuk-tusuk itu loh! Kita panggil si Shinshe akung aja ya, gara-gara dia udah tua.

Si akung dengan tangannya yang udah letoy, pencet-pencet urat nadi saya dalam beberapa detik. Tetapi hasilnya yaowo, tepat pada sasaran.

"Kamu orangnya takutan dan khawatiran kalo lagi berpergian."


Jlebb, ajegile ini akung, udah tua tapi kok tahu aja gue paling bohwat sama yang namanya bawa kendaraan. Kalau diboncengin sih gak apa hehehe...

"Kamu itu orangnya gak PD sama cewek, pasti masih jomblo."


Jlebb, bener lagi. Kalau udah urusan cinta emang agak grogi walau saya bergaul dengan banyak perempuan. Dan sekali lagi, saya masih jomblo loh!

"Kamu kelas berapa?"
"Baru kuliah semester 1 kung."
"Oh, pantes jerawatan."



Jlebb, ini yang paling bener. Walaupun akung gak cek nadi, tapi ini aib bakal terlihat ke seluruh penjuru masyarakat.

"Jadi, kamu perhatiin tenggorokan, hidung, mata, dan... Jerawat! Tapi selaput mata kamu bagus loh."

Emang akung ini memang yang paling jujur, dan paling frontal yang pernah saya temui.

"Jadi ini saya kasih resepnya... Obat nomor W, nomor X, nomor Y, dan nomor Z."
"Yang W itu obat hormon!"
"Hah?! Emang hormon saya kenapa kung?"
"Biar gak gampang khawatir."

Fuh, gue kira ada masalah sama hormon testosteron gue.

"Kalo gitu obat Y buat apa?"
"Buat bersihin bintang."
"Ha?"

Bokap pun nyeletuk.

"Maksudnya buat bersihin jerawat!"

Sialan juga itu akung. Akhirnya gak lama bokap saya selesai diperiksa. Dan nanya ke akung.

"Ini obat B buat apa ya?"
"Biar gak sering karaoke (baca: ngorok)! Biasanya pasti kalo di rumah karaokenya kenceng banget."

HAHAHAHAHA! Sukurinnnnnn. Setelah itu saya pun mengambil obat. Serem bok obatnya, udah kayak tanah disedu pake air. Mana obatnya 4 bungkus lagi, buat stok 3 minggu. Sehari tiga kali. Horror ah!
Semoga obat yang dikasih bener-bener bisa membersihkan bintang di wajah. AMIN!

13.1.11

Cicak di Dinding

Gimana yaa, perasaan saya semakin hari semakin galau. Bukan galau gara-gara cinta, lebih tepatnya takut akan kehilangan seseorang dari hari-hari biasanya. Dia adalah sosok yang saya kagumi, bukan karena tebar pesonanya.

Melainkan sosok dirinya yang dewasa, menggunakan logika dan emosinya 50 banding 50. Pemikirannya yang melampau jauh dan tahu kapan harus bertindak. Ditambah ia mempunyai kesabaran ekstra. Jika saya ada di posisi dia, mungkin saya sudah didiagnosis darah tinggi karena kebanyakkan marah.

Di kamus saya, susah sekali mendeskripsikan bagaimana seseorang yang dewasa. Bahkan saya tidak pernah menganggap orang tua saya sebagai contoh yang dewasa. Di dalam hidup saya, baru dua kali saya bertemu orang seperti mereka. Semasa perkuliahan dan SMA.

Kalau diibaratkan, posisi saya itu seperti cicak di dinding yang hanya bisa melihat orang tersebut dari kejauhan. Kalau kata Dewi Lestari, hanya suara dan tapak yang menemanimu. Walau saya bukanlah siapa-siapa yang penting di dalam hidup kalian, biarlah saya menapak dalam jalan kehidupan dan gerak-gerik kalian. Mengagumi sosok dewasa kalian dalam keheningan.

Saya tahu, sebentar lagi kita akan berpisah. Bukan maut yang memisahkan, hanya sekedar waktu dan tempat saja. Tidak tahu berapa kata terima kasih yang harus saya ucapkan kepada kalian, sang dewasa di mata saya.
Saya anggap perpisahan ini adalah yang terbaik buat saya dan kalian.

Mungkin suatu hari saya akan lupa bagaimana mereka tersenyum. Mungkin suatu hari saya akan lupa bagaimana mereka marah. Tetapi satu hal yang akan selalu saya ingat, kalian adalah patokan saya untuk menjadi seseorang yang lebih dewasa. Semoga kita ditakdirkan Tuhan untuk bertemu lagi, masih banyak hal yang saya ingin tanya dan bagikan.

Sebagai cicak, yang mengawasi kalian.

Orang Gila! Orang Gila!

Apakah anda tahu saudara-saudara, tadi pagi saya ketemu orang gila! Iya, orang gilaaaaaaaaa(k)!
Untungnya sih gak nyamperin dan gak akan mungkin, toh saya lihatnya sambil naik transjakarta gitu loh hohoho. All hail Transjakarta aka Busway!

Singkat kata, di taman dekat halte Monas (yang ke blok M pasti tahu nih), saya lihat ada orang item kumel kucel-kucel. Dan otak ini pun berpikir sedang-apa-orang-itu.

Dari jauh.
"Ngapain itu orang item-item, asik bener kayaknya."

Agak dekat.
"Ngelap apaan tuh dia? Serius amat."

Makin dekat.
"Kok itu panjang-panjang dan kayak warna kulit ya? Jangan-jangan itu..."
Tambah dekat.
"AN*ENG, DIA LAGI MASTURBASI!"

Ya gusti, dosa apa saya semalam. Saya justru dateng (lebih) pagi hari ini berharap se-lift sama Senk Lotta lagi. Enggak deh, emang engko gue kuliah pagi, jadi nebeng ke halte bus hehehe...

Aduh gak usah bahas lagi deh, itu orang emang GILA(K)!

Degup Kencang Sebuah Jantung



Berdegup kencang jantungku ketika bertemu denganmu.
Bukan menceritakan akan cinta dan nafsu akan seks,
melainkan hanya kasih sayang dan kepedulian.

Tubuh ini dapat merasakan adrenalin dari jantung,
dipompa ke seluruh nadi dan naik ke otak,
kemudian turun lagi ke jantung.
Menjadi sebuah perasaan yang tak pernah putus sampai mati.

Biarlah diriku menjadi siang yang selalu di depan membimbingmu,
menjadi malam yang selalu di belakang mengawasimu.
Bukan sebagai seseorang dalam pelukanmu.
Ah, aku memang tidak pantas untuk mendapatkan itu.

Cukup bagiku untuk menjadi dinding bisu tempat kau bicara,
tanpa ada sekecap kata yang terucap.

PS: Biarlah rasa ini selalu mengalir di setiap nadi, tanpa seorang pun yang tahu.


Dari: Seorang pria.
Kepada: kekasih yang tak pernah pasti.

10.1.11

Salah Strategi

Pagi hari ini di depan halte Karet, saya melihat dua orang dari salah satu universitas yang cukup dikenal. Dengan brosur hitam putih dan senyum yang terprogram, mereka membagikan brosur-brosur tersebut. Dalam hati saya berkata


"Ini orang ngapain sih bagi brosur depan kampus gue, ngarep lo anak LSPR pindah ke kampus lo? Yang ada anak kampus lo tuh yang udah pada mencak-mencak pindah."

Ketika salah satu dari mereka menyodorkan brosur tersebut, saya langsung memasang Id card kampus saya dan jalan dengan PD. *sombong laknat*

Bukannya sensi ya (tapi emang agak sensi sih), brosurnya aja item putih, dan nyaris tulisannya itu gak bisa dilihat. Maaf ya agak kasar kata-katanya, tapi kok itu kampus bodoh banget sih mau promosi di jembatan halte transjakarta. Dan yang lebih bodohnya lagi, mereka membagi-bagikan brosur tersebut pada jam yang tidak strategis (jam setengah sembilan pagi), yang dimana para pekerja kantoran dan mahasiswa kampus saya berlalu lalang.

Dan yang lebih sedihnya lagi brosur mereka dibuang tidak lama setelah brosur tersebut dibagikan. Yang saya tahu juga, kampus mereka itu termasuk salah satu kampus yang bekerja sama dalam kegiatan Go Green malah mengingkari tugasnya sendiri. Ya saya sih gak salahin mereka yang ngebagiin, toh mereka cuma dibayar dan ditugaskan. Tetapi saya pingin mengingatkan aja sekali lagi, promosi kayak gitu mah yang ada terkesan 


"Ini kampus cari murid amad sih"


Ya sekali lagi saya cuma mau mengingatkan juga, kampus kalian itu juga salah satu yang termasuk dalam gerakan hijau tersebut, tetapi kalau strategi kalian begini terus mah yang ada kalian bisa dicela juga.

9.1.11

Teori Menjadi Anak Kuliah

*maap rada slengean*

Ketika gue beranjak kuliah, gue berasa banget ada yang berubah dari kehidupan gue. Dan akhirnya gue mencoba menyimpulkan hal tersebut menjadi teori yang disebut "Teori Menjadi Anak Kuliah" edisi hemat.

Berikut poin-poin penting teori tersebut.

  1. Say yes to KARBOHIDRAT
    Yang terpenting ketika menjadi anak kuliah adalah makanan yang dapat mengenyangkan, biasanya didominasi oleh nasi. Utamakan kenyang, baru gizi. Hal ini dikarenakan jadwal yang tidak fleksibel dan mengharuskan anda untuk terus makan di luar.
  2. Tidak bisa makan mahal
    Merupakan suatu paradigma yang hampir dirasakan oleh semua anak kuliahan. Utamakan makanan murah atau anda akan berusah payah untuk hidup di akhir bulan.

5.1.11

Hukum Salah Nama

Tidak disangka, dunia ini begitu kecil. Hari ini saya mendapatkan undangan dari langganan tahu emak saya di pasar. Undangan perkawinan, tapi perkawinan anaknya, bukan si ngko-ngko kawin lagi! Dan tiba-tiba mama saya nanya ke saya.

"Win, tau rumah Kalvin kan dimana?"
"Oh iya tau, kenapa ma?"

"Mau kasih undangan, anterin gih."

Alhasil saya anterin, berhubung rumahnya deket juga sih. Kalo jauh ogah lah yeeee. Setelah ditelusuri, ternyata teman saya ini adalah keponakan dari sepupu kakeknya, yang melahirkan bapaknya (dicerna dulu, gue sendiri bingung kalimatnya!). Lalu ia bertanya kepada teman saya tentang saudaranya yang lain.

"Tau rumah suk-suk kamu gak?"
"Oh tau, di sunter z gang y, terus 4 rumah dari arah kiri."
"Tau alamat rumahnya?"
"Enggak, ya udah titip papa aja nanti."
"Tau namanya gak?"
"Enggak juga, tapi tau nama istrinya sih. Namanya Atin."
"Oh atin." 



*asik nulis

"Ehhh, nama depannya apa?"
"Saya sih cuma tau depannya Lim, tengahnya ga tau."
"Ya udah, tulisnya Lim A Tin aja. Kan dibawahnya udah ada tulisan MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN PENULISAN NAMA."
"..."

1.1.11

Tahun Baru

Cihui, sebelum lanjut menuliskan tetek bengek bla bla bla saya mau ngucapin dulu


"HAPPY NEW YEAR 2011"
Buat kalian yang merayakan (ya iya lah pasti dirayain walau cuma tidur-tiduran), semoga dengan seiringnya tahun yang baru ini, kalian dapat menyiapkan resolusi yang baru untuk menjadi tujuan kalian. Kalau yang masih belum kesampean yaaaa selamat mengejar lagi!
 
Saya harus mengakui, tahun kemarin ditutup dengan mulus dan tahun baru yang dibuka dengan kejadian terBODOH sepanjang hidup gue. Seriusan, ini bener-bener diluar nalar.
Untungnya akhir tahun kemarin dilandasi dengan mulus bersama 12 orang lainnya, yang notaben adalah orang-orang yang tidak saya kenal. Ya udah kenal sih (baru kenalan gitu loh), ternyata mereka friendly semua lohhh.
 
Acara tadinya mau dimulai di rumah si Yosi. Ya tapi apa daya ini badan udah nempel di sofa rumahnya bos dekil, yaaa pindah markas deh akhirnya. Acara pun baru dimulai setengah sebelas lebih sedikit. Gak deh lebih banyak, hampir jem sebelas malam! Belum lagi nyalain arangnya itu mesti pake keringet darah, penuh perjuangan kayak ibu ngelahirin anaknya. Banyakkan makan asepnya daripada makan dagingnya, yang pada akhirnya kita suruh enci-enci  Chef Lisa untuk bantu goreng. Ya walau gak dibakar tetep aja makanannya enak, kan udah diracik dulu gitchuuu lohhh. 

Berikut hasil foto tindakan barbar kami.


Bahkan sempat ada TKI yang tersiksa
 
 
Tidak lupa dengan tindakan enci-enci Chef Lisa yang memberi ucapan Happy New Year menjadi HAPPY BIRTHDAY kepada temannya. Err... Siapa yang ulang tahun nci... Eh chef!

Kita pun lupa waktu. Dari makan-makan, dilanjutkan dengan pesta mercon jam dua pagi, cerita hantu sekolah dan kampus, sampai main polisi maling. Tidak terasa ternyata sudah jam 5 pagi. Sampai tersangka dan korban tepar dan celeng semua.
 
 
Sampai sang penulis blog menjadi korban sang fotografer. 
Jadi itulah seputar akhir 2010 dan awal 2011 saya. Dari tindakan yang bisa ditangkap oleh rasio sampai yang diluar akal manusia. Gak se ekstrim itu sih, tapi ya brutal deh pokoknya!