Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa.
Bahasa yang kutahu kini hanyalah perasaan.
Aku memandangimu tanpa perlu menatap.
Aku mendengarmu tanpa perlu alat.
Aku menemuimu tanpa perlu hadir.
Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.
...
Pesan itu akan tiba padamu, batinku. Namun entah dengan cara apa.
...
Percayakah kamu? Aku selalu ada. Ke dalam perasaan inilah engkau akan bermuara, ke dalam perasaan inilah engkau akan pulang dan bertemu aku lagi. Dan perasaaan itu dapat engkau nikmati sekarang, di dalam hati. Tanpa perlu mati. Sekarang.
...
Sudah jauh engkau berenang meninggalkan pantai, basah kuyup dan megap-megap. Namun tiba-tiba kau tergerak untuk diam, merasakan ombak yang aneh mengembalikanmu mundur. Semakin kuat kau mengayuh, kau malah semakin mundur ke pasir tempat kau melangkah.
...
Seolah berkata, belum saatnya. Tempatmu di sana, kembalilah ke pasir tempat jejak-jejakmu tersimpan, kembali padanya yang menantimu dengan senyum sayang.
Pesan ini akhirnya tiba. Saat pasir tempatmu berpijak pergi ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk pantaimu erat. Akulah langit beragam warna yang mengasihimu lewat beragam cara. Engkau hanya perlu merasa dan biarkan alam berbicara.
...
Engkau tersenyum bersama segenap jiwamu, karena hari ini kita sama-sama mengetahui satu rahasia: cinta adalah aku, cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tak pernah mati. Sekalipun jasadku sudah.
...
Kali ini engkau tidak mengucapkannya seperti perpisahan, bukan juga perjumpaan, melainkan sebuah kesadaran. Rahasia kecil kita berdua: aku tahu engkau tahu aku ada.
Diringkas dari: Rectoverso, Aku Ada - Dewi Lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar