30.11.10

Si IPA dan IPS

IPA dan IPS, masih menjadi sebuah paradigma yang melekat di Indonesia. Paradigma akan prospek yang lebih baik jika masuk kelas IPA. Dan biasa ini dianut oleh para orang tua yang masih kolot dan akhirnya paradigma ini di"stempel" kepada anaknya. Dan lebih bodohnya lagi, anaknya percaya saja!

Banyak mereka yang masuk IPA karena gengsi, dan akhirnya membesar-besarkan mereka masuk IPA. Apa istimewanya sih memang dengan rumus dan kumpulan angka-angka yang berprostitusi di buku rumus mereka? Jika awal tujuan kuliah mereka memang cabang dari science, ya silahkan. Atau mungkin mereka belum tahu mau masuk jurusan apa? Ya silahkan juga. Tetapi jika ujung-ujungnya kuliah yang bukan pencabangan dari kelas IPA, yah untuk apa Anda susah-susah?

Scram for those who says
"Anak IPA yang masuk akun lebih dihargai karena itung-itungannya lebih bagus."
So what? Anak IPS curi start, belajar lebih dulu.

Scram for those who says
"Gue masuk IPA gara-gara temen gue di IPA semua."
Memang jika Anda masuk IPS Anda akan dimusuhi?

Scram for those who says
"Gue masuk IPA untuk menghindari hafalan."
Kalau anda berakhir di masuk bisnis, memang anda tidak menghafal?
Kalau anda berakhir di hukum, memangnya anda tidak perlu menghafal pasal-pasal juga? Sosiologi di IPS juga merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan loh dalam hukum, sangat berguna!

Scram for those who still
"Gue bangga kok pernah jadi anak IPA"
atau masih membangga-banggakan jadi anak IPA yang berakhir di jurusan kuliah gak nyambung. Behh mantap men alesan lu!

Hei kalian yang nanti akan masuk penjurusan seperti itu. Janganlah berpikir pendek! Apalagi cuma karena gengsi semata. Dunia ini luas, tidak sekedar E=mc²!


*dengan perubahan pada kalimat akhir, karena dalam kalimat "Dunia ini luas, tidak sekedar tambah, kurang, kali, bagi!" penulis merasa bahwa aspek tersebut masih berguna :P Penulis sportif loh mau ngaku!



28.11.10

Hanya Sebuah Pelampiasan

Menjadi tempat pembuangan akhir bukanlah hal yang mudah bagi seorang manusia. Apalah tempat pembuangan akhir dimana semua emosi yang tidak jelas dibuang ke kita. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk kita tampung. Sama halnya dengan sampah, emosi yang saya kategorikan dalam bentuk seperti sampah ini akan terus mengendap bagaikan sampah yang sulit diurai. Entah itu lima tahun, sepuluh tahun, bahkan sampai ratusan tahun!

Luka batin bukanlah sebuah hal yang dapat dihilangkan begitu saja. Ketika kau telah melukainya, maka kau akan membuat dia mengingat akan luka tersebut, walaupun sakitnya telah hilang. Menjadikan sebuah pelajaran yang akan mengingatkannya betapa sakitnya hal tersebut.

Betapa beratnya mempunyai teman seperti itu, hanya datang ketika ia butuh saja. Ingin saja saya buang jauh-jauh teman seperti itu. Tetapi apa boleh buat, kondisi memaksa. Dia pernah berkata ingin berubah. Nyatanya? Hanya omdo saja, omong doang! Perlukah saya sendiri menjadikan diri sebagai objek penyiksaan bak TKI yang disiksa majikannya? Hei, saya bukan pembantu!

Mudah-mudahan lambat laun saya bisa lepas dari jeratan mau ini.

27.11.10

Stella Maris


Engkaulah sang bintang yang menuntun kami.
Di dalam kegelapan, Kaulah sang penunjuk jalan.
Batasku hanya di kepala air, di bawah kaki langit.
Tetapi cahayaMu menembus dimensi.
Tak melihat ruang, maupun waktu.
Bimbinglah kami dengan selamat sampai tujuan akhir.

Stella Maris adalah gelar kuno bagi Santa Perawan Maria. Dalam bahasa latin, Stella Maris berarti Bintang Samudera. Kalau menurut analisa saya sih *cie ileh analisa bok* Stella Maris diambil dari kata Stellar, yang berarti bintang, dan dari kata Maris, sepertinya sih diambil dari kata Marine yang berarti samudera, atau mungkin dari nama Maria sendiri. 

Sebagai seorang ratu yang bertindak sebagai pembimbing dan pelindung mereka yang bekerja dan berlayar di laut, membuatnya mempunyai julukan Ratu Kami Sang Bintang Samudera, diangkat sebagai pelindung misi-misi Katolik bagi para pelaut, kerasulan di laut, dan membuat banyak gereja-gereja di tepi/dekat pantai yang diberi nama Stella Maris atau Maria Sang Bintang Samudra.

Tidak heran ya kalau gereja di Pluit, dinamakan Stella Maris! Dekat sih dengan lautan. Bunda, Engkau sebagai bintang, bimbinglah jalan kami sampai tujuan dengan selamat. Amin.


25.11.10

Teman?

Seringkali saya bertemu orang yang berlabel temandi kehidupan saya. Kenapa saya menulis teman? Ya sepertinya mereka tidak pernah menganggap saya teman. Hanya tempat numpang lewat saja selama ini.

Ketika kami telah lulus SMA, kami memang jarang saling bertemu satu sama lain. Tetapi saya sendiri masih mencoba untuk menjaga hubungan pertemanan kami. Walaupun hanya sekedar bertanya ringan dan bercanda tawa.

Tidak lama setelah saya lulus, sekitar 1 bulan, saya mencoba untuk mengajak dia chatting. Tidak dibalas. Oh, kupikir dia sedang sibuk mungkin. Ya sudah lain waktu saja saya coba aja chat lagi. Kedua kali, tidak dibalas. Tiga, empat, lima dan telah kesekian kalinya, masih tidak dibalas juga.

Tidak niat, itu yang kurasakan. Tak lama ketika ada perlu ia bertanya kepada saya tentang sesuatu. Tentu saya jawab karena saya tahu, tidak enak karena dia pernah menjadi teman. Kalaupun mungkin nanti kita bertemu lagi, saya sendiri tidak mempunyai minat untuk mengajak dirinya berbicara panjang lebar. Malas.

Kau seperti lebah saja yang hanya mendatangi bunga untuk menghisap madunya, lalu kau tinggalkan begitu saja tanpa harus tahu kabar sang bunga selanjutnya.

23.11.10

Kos-kosan

Seperti biasa, hari Selasa merupakan hari mata kuliah Computer Workshop. Dan hari ini gue kira akan bebas dari kericuhan. Ternyata...

Charen: "Bapak, tenang kok hari ini Ardy gak dateng hahaha."

*tiba-tiba*

Ardy: "Helllloooo Bapaknyaa, saya bela-belain dateng loh pelajaran bapak. Tadi macet banget loh bapaknya! Saya rela-relain dateng! Hahaha." *jalan sambil joget lompat-lompat*


Oke, hari tanpa damai kembali lagi.

Hari ini Bapaknya mengajarkan Adobe InDesign. Tetapi desain yang diajarkan cukup kontroversial. Desain brosur kos-kosan. Di Surakarta lagi. Gak ada yang lebih jauh, pak? *nantangin*

Akhirnya seperti biasa, Ardy tiba-tiba nyeletuk.

Ardy: "Ehh gile ni kos-kosan. Jauh amat cuy! Gue tulis ah Kos-kosan bebas seks! Nama kosnya KOS-KOSAN TIGA PERAWAN."

Akhirnya sekelas ngakak. Dan akhirnya gue mendapatkan ide buat nama kos-kosan gue.

KOS-KOSAN ++
"Masih Perawan" di SURAKARTA

Oke, ini terlalu vulgar. Akhirnya gue ganti lagi.

KOS-KOSAN ++
"Masih Lajang" di SURAKARTA

Sounds better than "Masih Perawan".

21.11.10

Psikologi Harga

Dosen: "Jadi, kalau kita menaruh harga barang seperti Rp2.999,- maka masyarakat bakal tertarik nih daripada yang harganya Rp 3.100,-"
Mahasiswa: "Sir, kalo kasus Bakmi 99 itu gimana dong?"
Dosen: "Hah? Bakmi 99??" *mikir* "ITU MAH MERK BEGOK!"

Kabut



Terlalu kebal kabut di langit semalam. Padahal aku ingin melihat kau menari dengan indahnya. Mungkin di lain kesempatan, aku ingin melihat kau menari sekali lagi.

20.11.10

Dilema Black Berry

Sekarang yang namanya Black Berry di Indonesia udah merajalela dimana-mana. Ketika gue naek busway, gue serasa menjadi manusia terakhir di bumi yang gak pake BB. Kiri kanan pake BB. Mau Onyx kek, Gemini kek, gemintang kek, pokoknya BB!

Terkadang gue kesal sama teman gue yang memakai BB. Bukan kesal karena mereka memakai BB. Karena mereka sering kali melupakan bahwa ehhh ada gue kaleee di samping loooooo.  Pepatah mengatakan, BB mendekatkan yang jauh tetapi menjauhkan yang dekat. Serasa kalo dia BBMan sama temennya yang di Amerika, temennya jadi di sebelah dia. Dan gue yang di sebelah dia bakal langsung terbang ke Amerika. Wih kalo bisa terbang ke Amerika beneran BBMan dah ama temen lo yang di Amrik sono.

Dan ketika sekarang gue berkenalan dengan orang baru, sekarang bukanlah nomor HP yang ditanya. Tetapi mereka bakal nanya "Ehh pin BB lo dong!"
Gimana kalo gue kenalan sama lo gue tanyain "Eh pin ATM lo dong!"
Minta ya nomor HP kaleeee. Lo kate semua makhluk di dunia make BB apeeeeeeeee. *naik pitam*

Para pembaca yang menggunakan BB, salah satu responnya pasti bakal mengatakan begini.
"Ehh lo sirik gak bisa beli BB? Hahaha."
Komentar diatas pasti bakal terlontar dari mulut para ABG. *yakin seyakin-yakinnya*

Yahh gue gak melarang sih memakai BB, tetapi hormatilah teman-teman yang berada di sebelahmu daripada BB yang di tanganmu.

Tawa dan Tangis

Dimulai dengan tawa, diakhiri dengan tangis. Dimulai dengan tangis, diakhiri dengan tawa. Kurang lebih itu adalah perasaan saya sebagai seorang penulis ketika membuat sebuah tulisan. Ketika dimulai senang sudah tahu mau menulis apa, ehhh jadi sedih ketika tulisan tersebut sudah selesai. Sengsara ketika awal menulis karena tidak tahu harus memasukkan apa, ehhh pas selesai senang karena sudah tidak ada beban. Apa sih maunya? :|

18.11.10

My VERY STUPID Brother

Entah kenapa, gue merasa kok bisa ya gue punya ngko yang super bodoh begini.

  1. Dulu kira-kira udah setengah tahun pasang internet. Tiba-tiba dia minta dibuatin E-mail. Katanya dia gak ngerti cara bikinnya. Ya ampun kok bodoh banget, padahal tinggal masalah buka yahoo/hot/Gmail aja gak bisa. Terus register deh.
  2. Lagi-lagi dia minta dibikinin akun facebook. Padahal itu lebih gampang dan gak ribet kayak e-mail.
  3. Bilang kalo gue terlalu sering main komputer jadi bayaran listrik mahal. Padahal dia sendiri main komputer dari malem sampe pagi, dan itupun harus gue matiin karena dia ketiduran.
  4. Lagaknya nulis status bahasa Inggris di facebook. Padahal Inggris dasar aja dia nanya, dan akhirnya dia minta bantuan google translate.
Enek gue punya ngko kyk gini :|

Aku Disini Aja Kok!

Malam-malam melabil bersama Dian, lalu gue melihat ada orang syuting (atau shooting?) di depan Frensteak Sunter.

Cewe Galau Sedang Syuting (Shooting?): "Kamu kemana aja daritadi?!"
Gue: "AKU DARI TADI DISINI AJA KOKKKKKKKKKK!" *teriak*

16.11.10

Freeze



Ketika jam 8 malam tadi, saya pergi mengunjungi teman saya yang berlatih orkestra untuk Natal nanti. Tadinya saya mau coba ikut kur, tapi berhubung kurnya tidak menyanggupi, akhirnya saya menonton saja. Lebih tepatnya mendengarkan alunan musik. Tak disangka, nada yang didengar pun diluar dugaan. Menurut saya sendiri sangatlah menarik. Di sini saya sadar akan kekurangan seorang penulis. Penulis tidak dapat memasukkan alunan lagu ke sebuah cerita.

Kehebatan penulis dapat memberhetikan waktu, membuatnya menjadi sebuah cerita yang mempunyai harga mati. Ketika saya menulis "Angelina Jolie muncul dihadapanku.", maka muncul Angelina Jolie dihadapan saya. Ketika saya menulis "Diriku berada di puncak teratas di bumi.", maka diriku akan berada di puncak teratas di bumi. Itu merupakan harga mati. Tetapi ketika saya menulis "Alunan biola yang kumainkan menghanyutkan dirinya.", alunan seperti apa yang saya mainkan? Saya sendiri tidak tahu. Jika saya pun mengerti tentang musik, bagaimana pembaca yang buta akan melodi? Mereka tidak bisa membayangkan begitu saja.

Kemampuan penulis adalah memenjarakan huruf dan kalimat menjadi sebuah harga mati. Sementara para musisi mempunyai kemampuan untuk mengubah huruf dan angka menjadi alunan melodi. Sungguh sebuah kemampuan yang luar biasa.

A writer can freeze a story from time, imprisoning words and sentences. But only music that they can't freeze. That's why I adore musician.







Pleione


Engkau adalah bintang yang sangat cepat, Pleione. Letakmu sangat jauh dari bumi. Ingin rasanya kugapai Pleiades, tempat kau bernaung. Engkau terlalu cepat melintasi galaksi, sementara aku hanya bermodalkan kaki. Padahal kaulah yang terdekat dari bumi. Terima kasih Tuhan, kau telah melahirkan Pleione pada konstelasi Taurus.

Darwin Boy Sxander

15.11.10

Janji Pada Sebuah Bintang


Engkau tampak redup dibanding bintang lainnya. Oh, apa gerangan yang membuat kau seperti itu? Pertama kali kau menampakkan diri, engkau lebih hebat dari Nebula yang menyelimutimu! Engkaulah yang membuatku melayang ke angkasa untuk mengejarmu. Bintang ungu, suatu saat aku berjanji akan terbang melintasimu dan berada di sebelahmu. Menemanimu setiap malam, menerangi mereka yang membutuhkan terang cinta!

Darwin Boy Sxander

14.11.10

Bintang



Engkau laksana bintang di malam hari, selalu setia menemani dalam kegelapan.
Walaupun aku tak tahu bintang yang mana, tapi ku yakin ada satu yang setia menerangi jiwa.

Darwin Boy Sxander




13.11.10

Pacar Saya Bukanlah Barang

Seringkali saya mendengar perkataan ini dari teman-teman saya.

"Win, cariin cewek cakep dong buat jadi pacar."
"Iya nih gue lagi incer si X, cakep sih."
"Ah asli gue sekampus sama si selebriti X, runner-up Y, gue lagi PDKTin nih hehe."



Ya elah, saya sendiri tidak habis pikir, memangnya pacar itu adalah sebuah objek untuk dipertontonkan? Apakah kalian mencari pacar hanya dari tampak fisik saja? Sewa saja PSK warung remang-remang kalau begitu! Banyak juga kok yang cantik, asal dipermak saja pakai barang bermerk dan bedak 10 cm!

Dan seringkali saya melihat, pasangan yang berparas "Oke-dan-Oke" seringkali lebih memperlihatkan adegan cemek-cemek di daerah terlarang di publik. Tidak harus si oke dan si oke sih, tapi seringkali saya melihat yang oke hobi cemek-cemek. Kalau anda mau cemek yang empuk, pakai saja bantal! Wanita adalah objek untuk dihargai, bukan untuk dicemek-cemek (karena biasa tersangka pria yang melakukan, wanita hanya korban).

Sekali lagi, saya hanya meminta terutama untuk kaum pria, perlakukanlah pasangan anda dengan baik. Mereka bukan objek atau barang untuk dipamerkan. Mereka terlahir untuk dicintai.

11.11.10

Masa Kecil

Kemaren saya abis chat sama teman SMA, namanya Wilson. Entah dari pembicaraan apa, tiba-tiba kita ngomongin tentang masa lalu. Saya baru menyadari, bisa-bisanya pas saya kecil suka film kayak gitu ya? Salah satunya Kapten Tsubasa.


Masih pertanyaan yang sama. Bisa-bisanya kok saya suka film ginian ya? Padahal kalau saya pikir-pikir lagi ini film tuh konyol banget. Apaan tuh entah tiba-tiba Tsubasanya bisa keluar sayap pas lagi main bola, terus entar keluar elang lah, apa lah. Film ini berasa seperti Shaolin Soccer.

Yang kedua adalah Beyblade


Permainan ini sepertinya merupakan adaptasi dari gangsing (atau gasing?). Cuma mainan berbentuk stupa terbalik yang berputar. Permainannya pun sama seperti gangsing, tinggal ditarik pakai tali. Cuman benda yang satu ini talinya beda. Karena adaptasi animenya yang dikeluarkan oleh Jepang, mainan ini laku keras. Untungnya saya tidak membeli Beyblade ini sendiri. Cuma menontonnya. Pertarungannya pun dilakukan diatas arena macam kuali. Tapi bukan kuali loh! Lalu nanti Beybladenya saling tabrak-tabrakkan, terus yang jatuh selesai. Udah gitu doang. Tapi kok adiktif sekali ya? Salah satu teman saya pernah mencoba di kuali mamanya. Singkat kata, kualinya lecet. Permainan ini sungguh sangat lebay.

Yang ketiga adalah Tamiya.

Sama seperti strategi Beyblade, Tamiya juga membuat versi animenya. Hanya saja Tamiya keluar duluan, dan sempet ngeHITS sekitar 4 tahun. Sebenernya Tamiya merupakan sebuah nama merk. Sebutan untuk mobilnya adalah Mini 4WD. Ya tetapi karena positioning yang baik, maka telah menjadi sebuah trademark bahwa mobil-mobilan yang memakai dinamo ini disebut Tamiya. Kalau di animenya sih mobilnya bisa keluar api, lalu bisa meliuk-liuk, serasa mobilnya itu hidup. Yaaaa tapi itu kan cuma film, dan saya masih kecil pada saat itu. Jadi tidak heran saya menganggap hal tersebut KEREN. Yah padahal sih kalau sekarang, "Itu film apaan sih hina banget!". Pewujudan aslinya pun hanya merangkai mobil-mobilan yang sudah di pak dalam satu kemasan. Tinggal di pasang saja, sama diurus kasih oli agar selalu lancar.

Sebenarnya masih banyak lagi film-film konyol lainnya. Tetapi karena saking banyak dan hinanya, saya tidak sanggup menulis lagi. *mati rasa*

Beberapa film kartun yang saya sendiri masih sukai adalah Doraemon, Crayon Shinchan, hmmm apa lagi ya? Sepertinya hanya itu saja yang saya ingat dan gemari. Masa kecil memang banyak membawa "kenangan",

9.11.10

Buona Notte

Sempat terpikir di benak saya untuk masuk sekolah seminari. Entah itu kapan dan akan terealisasi atau tidak, kita lihat saja ke depan. Sempat melintas di pikiran dan hati, tapi memang belum mendapatkan panggilan. Saya tidak mau apa yang saya kerjakan nantinya putus di tengah jalan. Jika saya ingin benar-benar mengabdi menjadi seorang pastur, maka saya harus benar-benar mengabdi. Bukan hangat-hangat tahi ayam. Tetapi masih banyak tetek bengek yang harus diperhatikan, tidak boleh mengambil keputusan sepihak.

Oh iya, saya sendiri mengagumi beberapa tokoh rohani yang melintas di benak saya. Saya akan ceritakan satu per satu ya, jadi harap bersabar :D

Yohanes Bosco

Giovanni Melchiorre Bosco atau yang biasa kita kenal dengan John/Yohanes Bosco maupun Don (Father) Bosco lahir pada 16 Agustus 1815 di sebuah dusun kecil bernama Castelnuovo d'Asti (sekarang bernama Castelnuovo Don Bosco) di Italia. Ia adalah anak dari Margareta (lebih akrab dengan panggilan Mama Margareta).


Mama Margareta

Yohanes dididik dengan iman dan hidup dalam lingkungan kristiani di bawah bimbingan ibunya. Ia baru berusia sembilan tahun ketika ia bermimpi tentang dedikasinya mendidik kaum muda yang miskin dan terlantar. Ketika masih muda, ia sudah mulai memperkenalkan permainan kepada teman-temannya dengan diselingi berdoa dan pendidikan agama. Jika teman-temannya tidak mau diajak berdoa, maaka Bosco tidak akan memperlihatkan permainan sirkusnya. Karena pada zaman tersebut jarang sekali yang bisa bermain sirkus, tak heran anak-anak dari desa lain berbondong-bondong rela berjalan jauh untuk menontonnya. Ia telah memulai pengabdiannya kepada Tuhan dari kecil.

Mama Margareta pun senantiasa mendukungnya. Dan tidak lupa dengan "Buona Notte" atau "Goodnight Talk" yang selalu diceritakan Mama Margareta kepada Bosco. Mama Margareta selalu bercerita tentang kebaikan Tuhan, semesta yang diciptakannya, dan kasih Tuhan selalu menyertai mereka walaupun mereka miskin dan dilanda kesulitan. Tuhan selalu ada di sisi kita.

Gue gak bisa nulis banyak tentang mereka, gue akui pemahaman gue sendiri kepada para Kudus pun belom sempurna, sehingga gue masih gak berani nulis lebih jauh tentang mereka. Tetapi gue akui, gue kagum sama mereka. Berkat rencanaNya dan mereka, banyak lahir kaum-kaum muda dalam Tuhan. Salah satunya saya sendiri 0:) #PDjaya

Untuk lebih lanjut, kalau mau lihat bisa tengok di sini, sini, dan sini!


3.11.10

Misteri Perjalanan Spiritualitas

Jikalau kalian biasa melihat postingan saya yang berisi hal-hal konyol atau nyeleneh, entah kenapa sekarang saya lagi ingin menulis yang agak rohani. Mungkin dikarenakan saya lahir dalam keluarga yang emang tidak mendidik saya secara agama dan saya sendiri tidak betah dengan tradisi di rumah, sehingga gue lebih memilih mencari mana yang lebih cocok buat gue.

Saya juga merasa ada panggilan ke Katolik sekarang, meskipun saya besar dalam keluarga Buddha, dan menghabiskan dari TK sampai SMA di sekolah Kristen. Alasan saya memilih Katolik sebagai landasan spiritual pun terdiri dari berbagai macam hal, yang rasanya tidak etis disebut disini. Cukup tanya saya saja secara pribadi (via fb/twit/msn), dengan senang saya akan menjawabnya.

Pencarian kebutuhan spiritual bukanlah sesuatu hal yang mudah. Bukan hal yang seperti merengek ke orang tua untuk dibelikan sebuah telepon selular dan 1 minggu kemudian barang di depan mata. Kebutuhan spiritual bukanlah sebuah hal yang dapat muncul sendirinya, muncul karena kerinduan kepada Tuhan. Dan saya sendiri yakin bahwa jalan hidup saya itu sudah digariskan oleh Tuhan.

Dari awal mula saya masuk ke dalam gereja Katolik, hingga saya benar-benar menetap di sini. Kalau ditelusuri, bisa dikatakan ini adalah sebuah kebetulan. Tetapi sekali lagi, saya yakin bahwa hal tersebut sudah digariskan Tuhan.

Berawal dari diperkenalkan oleh seorang wanita yang kebetulan di gereja Katolik di dekat rumah saya juga. Kita sudah berkenalan dari 2 SMP, tapi akhirnya baru bertemu pada saat 1 SMA. Akhirnya saya mengajak salah seoran teman saya ke gereja tersebut. Kebetulan dia memang di gereja yang sama. Minggu berikutnya, entah kenapa saya tertarik untuk melangkah ke gereja tersebut lagi. Kakipun mengajak untuk melangkah sampai ke gereja tersebut. Akhirnya saya mengikut misa saya yang kedua. Masih belum ada panggilan. Tapi ini mungkin cara Tuhan memperkenalkan saya kepada rumah ibadahNya.

Saya pun rehat pergi ke gereja, baik gereja Kristen maupun Katolik. Oh iya, dulu saya paling rajin ke gereja Kristen ketika SD. Tetapi karena malas dan beberapa faktor, saya memutuskan untuk berhenti. Kembali ke cerita, 2 tahun berlalu. Ada sebuah lomba blog yang akhirnya saya sendiri tidak menang, dan akhirnya saya berkenalan dengan salah satu peserta. Tak disangka dia tinggal satu komplek dengan saya, dan dia pun di gereja Katolik yang dulu pernah saya datangi. Lalu salah seorang teman SMP saya pun ingin dibaptis secara Katolik, akhirnya kita mulai aktif ke gereja lagi, yang nantinya teman SMA saya juga ikut. Kami pun akhirnya megnikuti kelas katekumen yang berakhir pada Natal tahun ini. Doakan ya semoga lancar!

Lalu saya bertemu dengan ketua mudika Recis (daerah saya). Saya sendiri bertemu dia karena saya suruh salah satu teman saya yang berasal dari Sanur untuk mengajak makan bersama, yang berakhir dia datang pada saat makanan sudah mau habis. Tadinya saya diajak untuk ikut dance, mengisi acara ulang tahun SDB. Tetapi saya urungkan niat itu mengingat saya tidak begitu lihai dalam hal tersebut, apalagi dalam waktu yang kurun singkat. Akhirnya sekitar satu sampai dua minggu kemudian, saya di SMS oleh ketua Recis untuk ikut dalam drama ulang tahun SDB, tetapi tidak dalam bagian dance. Akhirnya saya menerima tawaran tersebut. Saya pun akhirnya ikut dan mendapat peran sebagai pemuda yang menyolong mangga. Saya pun mulai berkenalan dengan para pemain disana, yang kebetulan sebagian adalah mudika, dan sebagian adalah para frater. Saya cukup akrab dengan 2 frater dan 1 bruder. Sayang sang bruder terkena DBD ketika 1 minggu sebelum pementasan dimulai.

Selang 2 sampai 3 minggu, saya pun diajak untuk membantu pelayanan pada misa minggu sore. Berhubung wilayah ReCis masih kekurangan orang, saya pun ikut berpartisipasi, sekalian ingin mengenal anak-anak paroki lebih jauh. Saya pun ditawarkan untuk mengikuti LDK, untuk mencari keanggotaan mudika dan memperkuat tali persahabatan. Saya pun meng iya kan tawaran tersebut. Akhirnya saya mengorbankan seminar narkoba kampus untuk mengikuti LDK ini. Dan tak disangka, kegiatan tersebut yang saya kira hanya seminar saja, ternyata terdiri dari outbond yang cukup menantang dan melatih kerjasama. Ditambah para anggota lainnya sangat membuka tangannya lebar-lebar. Padahal saya bukan siapa-siapa. Hanya seorang baru yang tidak tahu apa-apa. Jarang sekali saya melihat orang-orang seperti ini. Bahkan di kehidupan sekolah dan perkuliahan saya, sangat jarang! Tetapi saya melihat sangat banyak di tempat ini. Saya merasa nyaman, dan memutuskan untuk berkomitmen mengikuti mudika (atau sekarang lebih dikenal OMK, tetapi saya lebih suka dengan kata mudika).

Ada pun acara gereja lain saya ikuti. Dari yang melibatkan mudika sampai yang tidak. Seperti acara sumpah pemuda, dan misa penyembuhan. Disana, saya makin menyadari keajaiban rencana Tuhan. Dari titik 0, sampai ke ambang yang tidak terbatas. Saya menyadari bahwa Tuhan mengkehendaki saya di sini, menyembahnya dengan cara ini. Saya merasa nyaman didalamNya.

Dan 1 hal di dalam benak saya. Mungkin sehabis lulus saya akan melanjutkan sekolah seminari. Tetapi ini masih hal yang belum pasti. Semoga jika benar, ada panggilan khusus yang membuka jalan saya. Saya pun juga mengagumi beberapa tokoh dan terinspirasi darinya. Mungkin akan saya tulis di postingan berikutnya saja. Semoga saya bisa menulis secepatnya untuk yang berikut.

2.11.10

Bosconian








Bosconian, 30 October 2010.
That you are YOUNG 
is enough for 
ME to 
LOVE you.
Bosconian Youth Indonesia
Paroki Santo Yohanes Bosco


1.11.10

Membayar untuk Sebuah Ilmu

Banyak temen gue mengatakan begini kepada gue.

"Eh win, kampus lo kok kecil amat sih?"
"Gedungnya nyewa kali ye."
"Ah apaan itu kampus ato kuburan kecil amat."



Ya awalnya sih gue rada panas dengerin, tapi makin lama gue denger makin biasa aja. Malah gue sempet senyum-senyum sendiri karena hal tersebut.

Yang mau gue tekankan disini, kita itu kuliah membeli ilmu, bukan untuk membeli gedung dan lain-lain. Fasilitas memang menunjang dalam menimba ilmu, tetapi memang yang terpenting adalah apa yang si dosen kasih dan bagaimana sistem pembelajarannya.

Urusan fasilitas, nomor 2. Masih bisa diakali, yang penting ilmunya. Fasilitas gampang kok dicari, tapi ilmu lebih susah dicari. Dan tidak hanya dicari saja, tetapi harus diresapi dan diterapkan.