20.11.16

Kembali

Sudah lebih dari 60 hari kaki ini tidak menginjak ibukota.
Ibukota yang dijuluki sebagai kota penuh impian, di mana seluruh harapan umat-umat di dalamnya akan terdengar jikalau mereka berani bekerja keras. Atau sekadar kena durian runtuh saja.

Kaki ini pun mulai melangkah kembali, menulusuri napak tilas ibu dari segala kota Indonesia.
Jakarta namanya.

Dibimbing cahaya dari para pencakar langit, malam tampak cerah walau tak berbintang.
Tak pernah mata ini tersesat, walau kota diselimuti kegelapan.

Dibisiki ingar-bingar ibukota, telinga ini dengan sabar setia mendengar.
Mendengar seluruh keluh-kesah jalanan yang tak pernah tertidur di penghujung akhir minggu.

Hati ini tidak pernah merasa sendiri, padahal raga hanya sekadar menjadi sunyi diantara segala keriuhan. 

Oh Jakarta. Walaupun kaki telah merantau jauh, rindu rasanya untuk kembali.
Kembali pulang, walau hanya untuk sesaat.

24.8.16

Berdua Saja

Saatnya kita berjalan bersama.
Menua berdua.

Melewati tepi telaga,
yang sunyi tanpa suara.

Mari kita berjalan bersama.
Hingga menua, hanya berdua.

Sembari mensyukuri indahnya suaka dunia,
yang diciptakan olehNya untuk kita.

Terus lah kita berjalan bersama,
Sampai kita menua, berdua saja.


25.6.16

Pasta Perjuangan

Beberapa bulan terakhir, banyak banget tutorial-tutorial masak kekinian yang keliatannya mudah, hasilnya warbyazah, dan menggungah lidah. Tentunya kehadiran video semacam ini membuat hati riang gembirah, terutama bagi kaum-kaum kayak gue yang pengen belajar masak tapi gak pernah kesampean.

Berbekal kuota internet di penghujung bulan dan waktu satu menit, gue menonton cara membuat pasta alfredo, ato apa lah yang saosnya putih-putih gitu pake susu. Oh, gampang ya gini doang. Gumam gue sambil ngangguk-ngangguk optimis. Bahannya gampang pula, tinggal beli di supermarket deket kantor.

Pasta? Ada. Susu? Ada. Minyak zaitun? Ada. Keju, garam, gula, lada, bawang merah dan putih? Ada, ada, ada, ada, ada dan ada. Cuma daun-daun kering seperti basil dan sejenisnya (gak tahu namanya apa) yang kurang. Ya udah lah, rasanya pasti beti alias beda tipis dari yang di tutorial.

Sambil ditemani Pepey, anjing gue yang belum genap setahun, gue mepersiapkan bahan-bahan yang ada dulu. Biar tinggal dimasuk-masukkin gitu. Bawang-bawang pun diongseng dulu dan dilanjutkan dengan  merebus susu sampai buih-buihnya terlihat. Plung, pasta tercemplung ke dalamnya. Mama gue pun masuk ke dapur sebagai cameo dan bertanya, "Win, itu kan pastanya masih kering. Kok dimasukkin ke susu?"

"Iya ma, abisnya di videonya gitu.", kata gue dengan cuek dan agak sotoy. 15 menit pun berlalu. Susu yang udah dimasukin udah hampir tinggal cerita. Tapi pastanya belom empuk-empuk juga. Gue pun menuang susu lagi, berharap pasta akan matang seketika. 20 menit berlalu. Pastanya ga empuk-empuk juga. Sejak kapan masak pasta jadi segini lama? Perasaan di WarPas (Warung Pasta, tempat nongkrong anak gaul kehabisan budget) aja cepet banget. Kalo ngabisin 30 menit persediaan gas buat masak sepiring pasta doang mah, rugi ateuh!

Akhirnya gue sadar, kayaknya gue yang kurang teliti atau udah kelewat seneng ngeliat tutorial gampang, yang berakhir pada sebuah perjuangan panjang. Alhasil dapur hampir gak karuan, bekas-bekas motong belom diberesin, wajan lengket parah, dan muka gue dengan bakwan dingin pun hampir susah dibedakan.

Tanpa perlu menyediakan gambar, akhirnya pasta tersebut jadi juga dengan perjuangan tiada akhir 30 menit, gak termasuk persiapan bumbu lho. Rasanya? Hampir di bawah SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal). Gak bikin riang gembira ato menggoda lidah. Tapi lumayan jadi pelipur lara, masih naik kelas. Sukur-sukur masakannya masih jadi dan punya rasa. Lah kalo kagak? Pepey aja ogah makannya.

19.12.14

Muara Rindu

Menahan rindu sama seperti membendung air sungai yang seharusnya mengalir bebas. Semakin lama kamu bendung, semakin penuh juga rasa itu. Dan kamu tak tahu kapan akan meluap bebas, menghancurkan tembok hati yang kamu kira kokoh. Hatimu akan tenggelam, dan tak tahu bagaimana cara kembali ke permukaan

Biarkan rindu itu mengalir seperti sungai yang tahu kemana kah arahnya kan bermuara. Secara perlahan namun pasti, nelangsa namun tak membunuh, walau hati sudah lelah menunggu. Biarkan hatiku, juga hatimu, tetap diam dalam rindu. Menunggu, dan terus menunggu hingga aku kembali pada kamu dan juga diriMu.

17.12.14

On Any Book An Plumb Pleasant

Mungkin impresi pertama kalian ketika melihat judul adalah adanya kesalahan struktur kata dalam bahasa Inggris. Biar gue jawab terlebih dahulu. Hari ini gue mendapatkan pelatihan copywriting dari salah satu ECD ahensi lokal. Modul pelatihannya cukup menarik, salah satunya dengan menulis cerita dari kata-kata mural truk yang disediakan. Akhirnya saya memilih kalimat ini.

On Any Book an Plumb Pleasant

Cara bacanya seperti ini: onani bukan pelampiasan.

Oke, di satu sisi ini cukup absurd. Salah satu peserta yang berhijab pink cukup tercengang ketika melihat variasi kata mural truk yang ada. Jangan lupa bayangkan mimik wajahnya, dan kamera langsung melakukan zoom in.

Sebagai pria, gue gak setuju kalo onani itu pelampiasan. Itulah yang mendasari gue mengambil topik ini dibandingkan topik lainnya. Dengan waktu yang terbatas, gue pun menulis ceritanya seperti ini.


Judul: Onani Bukan Pelampiasan

Asep yang baru saja beranjak dewasa merasakan mimpi basah pertama. Celananya yang kering mendadak jadi lengket dan lembab dalam waktu semalam. "Bau, agak pesing.", sambil menendus celananya. Yang hanya ia ingat cuma sesosok perempuan telanjang pada bunga tidur yang terlalu indah untuk dilupakan.

Hari ke hari nafsi birahi Asep semakin tinggi. Sambil mengintip celananya, ia hanya berkata "Aku telah dewasa.". Ia pun pergi ke warnet di desa sebelah untuk membuka situs dewasa. Namun ketika sampai, hati kecilnya berkata.

Jangan!

"Asep, Asep. Apa yang kamu pikirkan?", sahut dirinya sendiri. Segera Asep pulang ke rumah untuk mengurungkan niatnya. Tak sengaja ia menemukan majalah dewasa yang dijual murah di warung sebelah.

Intermezzo: (Gue sempat berpikir, warung mana ya yang jual majalah dewasa dan murah?)

Apa daya imroh lebih kuat dari iman. Dibeli lah majalah dewasa itu esok hari sepulang sekolah. Asep, oh Asep.

"Wah, gak ada emak di rumah nih.", tanpa menunggu lama ia membuka celananya sambil memegang kelaminnya kencang-kencang. Wajahnya yang berkeringat menceritakan betapa puas onani pertamanya.

Tanpa sadar akan situasi sekeliling, emak pun pulang dan memergoki Asep yang sedang onani. "APA YANG SEDANG KAU PERBUAT?", teriak mamanya dengan penuh amarah dari neraka.

Asep yang sedang asik memegang kelaminnya hanya berdiri gemetar sambil berkata, "Onani bukan pelampiasan, tapi kebutuhan!"



Para peserta workshop cukup tercengang ketika gue membawakan topik ini. Apalagi melakukan adegan pura-pura memegang alat kelamin kencang-kencang sambil onani di depan perempuan berhijab pink.

11.12.14

Kuah Kecap

Kantin kantoran itu memang salah satu surga kuliner. Dari makanan rumahan sampe yang per porsinya harus dimasak khusus. Namun apapun variasi makanan di sana, hati gue tetap jatuh sama nasi uduk. Apalagi di sini pake empal goreng. Wih sedap mamak!

Berhubung gue orangnya males banget untuk turun ke bawah, gue dan satu tim lebih memilih bantuan OB untuk membeli makanan sebelum makan siang. Berhubung waktu itu gue mendadak harus pergi survey, nasi uduk yang tadinya gue pesan terpaksa nganggur sampai jam 5 sore. Akhirnya gue membuka kotak nasi uduk, dengan kuah kecap yang dibungkus kebanyakkan di sebelahnya. Kurang kerjaan kali ya ngasih gue kuah uda kayak ngasi air mineral gelas.

Nasi Uduk dan si Kuah Kecap
Ga pake ba bi bu, gue langsung asal sirem sedikit kuah kecap di atas nasi. Dipikir-pikir gak mau yang terlalu basah, nanti gak enak. Bener aja, kuahnya gak berasa di lidah. Berakhir lah nasib si kuah kecap di tong sampah.

Beberapa hari kemudian, gue gak sempet lagi turun ke kantin. Karena hari itu OB lagi gak bisa bantu beliin makanan, gue minta salah satu temen kerja gue, Mas Jelot, untuk beliin paket nasi uduk empal goreng. Seperti biasa, dateng dengan kuah kecap.

Kali ini gue memutuskan untuk tidak memakai kuah kecap, takut trauma ceritanya. Untuk kedua kalinya, kuah kecap harus berakhir di tong sampah. Tiba-tiba Mas Jelot kaget...

"Eh jangan dibuang, itu kan Teh Botol!"

Lah piye toh... Bukannya itu kuah kecap? Sahut gue dengan penuh kebingungan. Lagipula Teh Botol cemana yang datang tapi gak pake sedotan?

Kata Mas Jelot, cara minumnya itu harus digigit ujungnya. Berasa inget jajanan anak SD. Setelah dicoba, eh beneran aja itu Teh Botol!

Jadi kemaren ini gue makan nasi uduk pake aer teh? Hancur hati awak!

Cemana ini kantin ngasi teh nape kagak pake sedotan? KZL atuh saya!

20.11.14

Susahnya Jadi Anak Kos

Menjadi anak kos itu bukanlah hal yang mudah. Itulah satu tantangan yang baru-baru ini gue rasakan. Jadi anak kos susah banget, apalagi kalo sebelumnya gak pernah ada rencana ngekos.

"Lah terus kok seorang Aming bisa mendadak mau ngekos? Dapet kerjaan baru yak?"

Di satu sisi, iya. Tapi alasan utamanya tidak lain karena gue diusir sama mama gue. Eits jangan salah kaprah dulu, gue bukan anak durhaka macam Malin Kundang yang pergi meninggalkan mama demi menjadi femes ala penyanyi-penyanyi dangdut. Melainkan gak ada ba bi bu, mama gue mau renovasi rumah. Gue dikasih waktu deadline seminggu untuk nyari kos. Uh lala, mama jangan jadi klien di ahensi yang kasih kerjaan mepet deh.

Alhasil gue menemukan kos yang cukup strategis, dengan harga agak sedikit lebih mahal. Ya mau gak mau, udah mepet gitu ceritanya. Gue pun harus menguras sebagian tabungan gue untuk memperpanjang masa hidup gue di Ibukota Jakarta. To live or to die cyin!

Masa-masa gue bertahan hidup dimulai dari pemotongan bujet untuk membeli keperluan sehari-hari. Untuk makan pun gue jadi mempertimbangkan untuk membeli makanan yang lebih murah, kurangin nong-can (nongkrong cantik), sampai pernah beli barang yang cuma lebih murah 2-3 ribu rupiah. Sempet juga mikir kalo duit gue abis, gue makan pake apa nanti? Gue pun makin memotivasi diri untuk menjadi hemat. Namun suatu hari iman gue diuji oleh Yang Maha Kuasa.

Gue lupa membawa sampo ketika pindahan. Alhasil selama ini gue memakai sabun yang mempunyai fungsi sebagai sampo. Bisa aja sih gue pake sabun ini, tapi lebih enak dijadiin sabun karena mint-mint seger gimana gitu di badan. Selangkangannya kayak ditaruh es batu, to be precise. Gue pun memberanikan diri ke supermarket deket kantor.

Di sana gak ada sampo yang biasa gue cari. Mau balik pake sampo yang branding-nya sampo keluarga, tapi nambah dikit dapet sampo yang lebih bagus. Setelah berdiam diri 30 menit (ya, gue bisa melakukan ini ketike mencari barang sepele), gue memutuskan untuk membeli Loreal karena lagi didiskon. Tiga ribu rupiah lebih murah dari harga asli, tiga ribu rupiah lebih mahal dari si sampo keluarga itu. Gue pun pulang dengan penuh rasa bangga di dada.

Tanpa basa basi, gue langsung bergegas ke rumah untuk melakukan prosesi sakral: keramas! Kapan lagi pake sampo yang bagusan dikit tapi kena diskon? Sesampai di kamar kos, langsung gue membuka baju dan basahin badan. Gue tuang sampo berwarna putih itu, dan digosokkan di kepala. Loh kok udah gosok lama gak ada busanya? Emang gini kali ya sampo Loreal.

Sambil membasahi wajah, gue pelan-pelan membuka mata dan membaca samponya lebih detail. BANGSAT, terdengengar gema kata tersebut yang hanya memantul di kamar mandi. Ternyata yang gue beli itu conditioner! Misi mulia gue gagal total!

4.11.14

Good Morning, Cadas

Gak terasa sekarang gue udah umur 22, dan konflik batin untuk mencari kerja pun semakin besar. Rasanya tuh ya pilu banget ngeliat teman-temin yang udah dapet kerja duluan, sementara pantat gue masih nungging-nungging di ranjang. Tebar portofolio ke sana, ke sini, eh akhirnya ada yang nyantol juga! Singkat kata gue akhirnya lolos interview dan tes dari tim kreatif. Gue pun dioper ke salah satu petinggi HRD di kantor tersebut. Panggil saja dia Ms. D.

Ms. D ini terlihat cukup tegas. Pelafalan bahasa inggrisnya HarPot banget, berasa kayak ngomong sama Hermione. Layaknya seorang petinggi, setiap omongan dia itu membuat gue tersihir. Seakan-akan ada kata magis yang membuat gue tetap terjaga. Untung aja gak di expecto patronum, bisa enyah gue!

Setelah berbincang, gue pun diberitahu Ms. D untuk menunggu hasil interview sampai Jumat. Sempat berasa resah takut gak keterima, sekitar pukul 20.15 gue dapet SMS dari Ms. D mengenai penawaran lebih lanjut. Op kors gue girang banget! Cara dia melafalkan kata-kata bisa gue bayangkan dari SMS yang doi kirim. Dari nada sampai mimik, gak ada yang kesekip satu pun!

Selang beberapa hari, gue pun mengetik SMS dia kembali untuk memberi konfirmasi mengenai email yang gue kirim. Kurang lebih begini lah balasannya...

"Morning Cadas, yes i have it."

Wih, si Ms. D tau aja gue anaknya *cadas. Keren banget HRnya bisa tahu gue punya sisi cadas dalam sekali ketemu! Agen FBI kali ya? Atau dia melakukan interview mendalam kepada keluarga dan teman-temin gue secara rahasia? Who knows. Gue bangga banget dibilang cadas, sambil membayangkan nada dan mimik doi yang tegas. Selang gak beberapa lama dia SMS balik.

"Sorry got the wrong name Darwin :)"

Ya keleuz, ternyata Cadas adalah salah satu nama kandidat yang mau diinterview sama Ms. D juga. Kesimpulan: Ms. D salah sebut nama. Yah PHP nih!


*Cadas = keren


17.9.14

Kematian

Apakah itu kematian? Tentunya kematian memiliki banyak arti tergantung paham masing-masing. Kalian bisa menjawab pertanyaan ini secara harafiah atau falsafah. Bebas, tidak ada aturan baku yang berkata ya maupun tidak.

Merujuk dari KBBI, kata mati secara harafiah memiliki arti sudah hilang nyawanya atau tidak hidup lagi. Awalan ke- dengan akhiran -an menambahkan pernyataan sedang dalam keadaan. Sehingga kombinasi antara kata kerja dan imbuhan ini melahirkan sebuah makna baru: sedang dalam keadaan mati. Logikanya, jika objek tersebut sedang dalam keadaan mati, berarti kamu tidak dapat bertemu dengan dia kembali bukan?

Namun apakah kematian benar-benar membawa manusia kepada sebuah perpisahan abadi? Pernahkah kamu merasa kematian adalah awal dari sebuah perjumpaan yang engkau selalu rindukan? Terkadang kematian seorang rekan yang sangat kita kasihi dapat menjadi sebuah kapsul waktu. Membawamu ke awal perjumpaan yang abadi. Tentunya hukum ruang dan waktu tak akan berlaku di sini.

Dalam hitungan sepersekian detik, kesadaranmu akan ditarik kembali ke masa saat kamu pertama atau terakhir kali bertemu dirinya. Entah saat kamu menangis tak bisa berkata karena kamu hanyalah seorang bayi pada saat itu, atau menangis lirih dengan segala penyesalan menduri di dada. Tidak ada yang terlambat, namun semua sudah terjadi. Kamu tidak perlu repot-repot menyesali karena ini adalah sebuah pelajaran hidup.

Suatu saat kita semua pasti akan mati. Saya membebaskan kamu untuk berasumsi ini adalah sebuah pertemuan atau sebuah perpisahan. Tapi janganlah kamu takut. Ketika kamu merasa hampa, saya akan selalu senantiasa ada. Saya pun percaya kalian akan tetap ada, mendekap hangat memeluk rasa.

Kelak waktunya tiba, ini adalah sebuah momen bahagia dalam sedih, sedih dalam bahagia. Sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, tak dapat dibuktikan tapi cukup kamu rasakan. Dan di sini saya diuji untuk percaya, bahwa kamu akan selalu ada. Selamanya.


13 September 2014, 01:01

29.8.14

Les Misérables: Sebuah Pergejolakan Batin

"I am 24601!", sepenggal kalimat singkat yang dilatunkan Colm Wilkinson sebagai Jean Valjean pada drama musikal Les Misérables cukup menohok-hok-hok hati gue ketika menonton dirinya di Youtube. Secara ringkas, Les Misérables menceritakan mengenai perjuangan para pejuang revolusi Perancis (fiktif) dari berbagai sudut pandang. Lantunan nada dan liriknya yang jleb gak sekali aja ngebuat mewek ketika nonton drama musikal ini.

Walau pada penceritaan setiap karakternya tidak sedetail di buku, mereka cukup baik memberikan gambaran bagaimana gejolak batin yang dialami setiap karakter. Gue akan coba menjabarkan pergejolakan yang dialami beberapa dari tokoh-tokoh yang ada.

Jean Valjean: Apakah dia harus mengaku bahwa ia sebenarnya penjahat yang selama ini menjadi incaran polisi? Kalau saya tidak mengaku, orang yang dituduh sebagai diri saya akan masuk penjara! Jika saya mengaku, habislah saya!

Dan akhirnya saya mengaku sayalah penjahat yang selama ini kalian cari! Saya harus menyelinap diam-diam pergi dari tempat ini, meninggalkan apa yang saya miliki sekarang untuk kehidupan yang damai.

Javert: Saya adalah penegak keadilan. Sudah lama saya mengincar Jean Valjean untuk kembali dimasukkan ke dalam penjara! Namun mengapa saya menerima pertolongan dari seorang penjahat?

Kebenaran adalah abu-abu. Yang baik berbuat jahat, yang jahat berbuat baik? Saya tidak tahu mana lagi yang benar!

Eponine: Hanya Marius yang ada dipikiran saya. Tidak ada pria terbaik selain dirinya! Tapi apa daya dia cinta mati terhadap Cosette, anak dari Jean Valjean. Haruskah saya mengorbankan diri saya agar Marius tidak tertembak dikala perang?

Tubuh saya secara tidak sadar bergerak menghalangi peluru yang akan menembus tubuh Marius. Saya tidak tahu lagi apa yang saya perbuat, cinta itu buta. Semoga Marius dapat mencintai saya walau hanya sekedar ilusi, untuk yang terakhir kalinya.

Tiga tokoh yang gue jabarkan udah pasti toko favorit gue! Gak sekali aja lagu-lagu mereka gue puter terus, saking adiktifnya. Drama musikal ini menjadi refleksi buat gue yang kadang mengalami pergejolakan batin. Haruskah gue mengorbankan diri untuk seseorang? Ya mungkin belum bisa gue jawab, semoga ketika waktunya tiba, gue dapat berbuat sesuai kata hati gue.


Who Am I by Colm Wilkinson





26.8.14

Keluh Kesah Pekerja Industri Kreatif

Tidak bisa dipungkiri kalau pekerja di industri kreatif Indonesia semakin lama semakin berkembang. Bisa dilihat dari hasil karya para pekerja muda kreatif seperti dalam bentuk desain maupun tulisan. Namun tidak dapat dipungkiri mereka masih dipandang sebelah mata. Ironinya, mereka juga mendapat pandangan yang sama oleh sesama kolega senior. Seperti salah seorang teman saya yang menyandang gelar dari Australia dan mempunyai portofolio yang baik. Sebagai graphic designer, ia pernah ditawari gaji sebesar 2,6 juta rupiah per bulan. Itupun... kalau lulus probation!

Saya pun sebagai copywriter juga merasakan hal seperti itu. Masih banyak yang tidak bisa menghargai betapa pentingnya pekerjaan seorang penulis yang menyusun dan memperindah informasi supaya lebih mudah dicerna. Mengapa pekerjaan kita selalu dipandang sebelah mata? Bagaimana muda-mudi ingin terjun ke industri kreatif kalau mereka tidak dihargai dengan layak? Bahkan ada saja yang sudah terjun lama namun tetap bernasib sama.

Saya tidak tahu sampai kapan industri kreatif akan mengalami hal seperti ini. Diperlukan sebuah gerakan agar mereka dapat menghargai karya-karya kami. Sampai sekarang saya sendiri pun tidak tahu apakah itu. Namun saya percaya, suatu saat akan ada jalannya.




Rasanya ingin menulis lebih panjang... namun sudahlah, daripada makin manyun!

7.8.14

Dalam Secangkir Kopi

Dalam secangkir kopi, terpendam seribu memori.
Tak heran setiap perjalanan kita kuingat sangat terperinci.

Dalam secangkir kopi, tersedu luapan semangat diri.
Hangatnya kerap menyambut pagi yang dingin untuk mengawali hari.

Dalam secangkir kopi, tersimpan rahasia tuk tidak mengenal lelah.
Seperti diriku yang tidak pernah lelah melapangkan dada ketika bersamamu.

Dalam secangkir kopi, aku merindukanmu.



7 Agustus,
Ketika aku puasa kopi hanya untuk sehari.

4.8.14

Indonesia dalam AIUEO

Indonesia dulu Macan Asia.
Berdiri kokoh dengan bangga.
Penuh rasa untuk negara.
Namun semua telah sirna.

Diri menjerit tanpa henti.
Akan kemerdekaan tiada pasti.
Kini semua tinggal alegori.
Mengawang tinggi menuju mimpi.

Hanyut dalam masa lalu.
Rasa pedih terus mendayu.
Pilu terasa sedari dulu.
Memar sudah hingga biru.



Generasi kini tampil perlente.
Kalau bersanding mental tempe.
Sembako saja masih mengantre.
Namun penampilan harus kece.

Semua hal dianggap porno.
Oleh satu pemikiran kuno.
Bangsa tetap melangkah sembrono.
Kala dikomando pemimpin dongo.


18 Juli 2014, 
ketika rakyat Indonesia
bermadah pada negara.

21.11.13

Wonderful Indonesia: Dibalik Kabut Pagi Bromo


Secara administratif, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terletak di 4 Kabupaten. Yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabutan Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan. Bukan lagi diduakan, tapi diempatkan! Ah memangnya enak jadi milik bersama. Untungnya Bromo bisa diakses dari berbagai tempat. Yaitu Probolinggo, Malang, dan Pasuruan.



Berbagai perlengkapan anti dingin kupersiapkan malam sebelumnya. Berharap esok hari aku dapat melihat mentari terbit di Bromo di bulan Februari. Sebenarnya ini sama saja seperti berharap memenangkan sebuah lotre. Ngapain jalan-jalan di musim hujan? Pertanyaan klasik beberapa orang sebelum aku berangkat ke Jawa Timur. Apalagi ini termasuk jalan-jalan dengan modal nekat. Pergi dengan persiapan dan uang minim, hanya pergi dengan satu teman. Apalagi di tengah jalan kita berpisah karena berbeda tujuan.

Ah, ya sudahlah. Tiket sudah dibeli, apa mau dikata? Kalau kata Mpok Atiek, dibayar gak dibayar yang penting show must goes on! Apapun yang terjadi nantinya, gak usah dipikirin dulu. Bahkan sebenarnya Bromo ini tidak termasuk salah satu rute perjalananku. Seharusnya dari Ijen, aku lanjut ke Kediri. Cuma siapa yang sangka bisa bertemu pelancong dari Samarinda di Ijen dan mengajakku ke Bromo. Kuanggap saja perjalanan ini seperti sungai yang mengalir. Kamu tidak akan tahu kemana ia mengalir, tapi akan bermuara ke laut jua.

Kami sudah tidur seperti hamster. Tiga pria dalam satu ranjang, dengan kaki-kaki saling menimpa. Mencari kehangatan jasmani, bukan batin. Kupikir aku tidak akan bisa melewati malam ini. Dinginnya bukan lagi menusuk kulit, tetapi menusuk sampai ke tulang. 

Saat menaiki Jeep, aku masih berharap-harap cemas apakah dapat melihat mentari terbit di Bromo. Kucoba menghilangkan kekhawatiran itu dengan menikmati 3 tusuk kentang bulat yang digoreng. Masih hangat. Jam empat pagi kami telah menanjaki Penanjakan 1. Mengambil tempat paling depan, dengan resiko ditiup-tiup angin yang kelewatan dingin.

Sinar berwarna oranye telah terlihat di ufuk timur. Ah, kabut yang disana, menyingkirlah! Perlahan matahari tampak semakin bulat, memperlihatkan kemegahannya. Terlalu indah. Mungkin itu mengapa rakyat Indonesia menyebut bintang bersinar itu bernama matahari, mata sang Dewa Wisnu.


Bukan rahasia lagi menikmati mentari terbit di Bromo adalah satu momen tak terlupakan di dalam hidup. Tapi pernahkah kamu bertanya mengapa mentari terbit di Bromo begitu indah? Mungkin ini bukan soal matahari tersebut terbit di Bromo, tetapi bagaimana kamu berjuang untuk melihatnya terbit. Mungkin kamu termasuk salah satu yang beruntung.

Mari lihat sudut lain Bromo!




Semua foto merupakan hasil dokumentasi pribadi semasa melancong di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Cerita yang ditulis juga merupakan pengalaman pribadi. Tulisan ini merupakan rangkaian lomba Indonesia.Travel



29.10.13

Sangkar Burung

Burung tidak pernah bertanya mengapa ia terlahir mempunyai sayap.
Begitu juga mengapa dirinya harus bertarung menjadi sang penguasa langit.
Yang ia tahu hanya terbang bebas setinggi angkasa, melintasi cakrawala di ufuk Timur.

Tidak semua burung bernasib sama.
Adapula burung yang hidup di dalam sangkar.
Entah itu pilihan hidupnya atau memang pilihan satu-satunya.
Namun ia tidak pernah bertanya kepada nasibnya, atau berjuang mengubah nasibnya.
Yang ia tahu hanya menjadi primadona di mata seorang tuan yang memberinya makan dua kali sehari.

Aku tidak ingin hidup seperti burung di dalam sangkar.
Menjadi primadona namun tak bisa berbuat apa-apa.
Padahal setiap manusia terlahir dengan segudang anugerah.

Aku tidak ingin hidup dibalik jeruji mimpi.
Mempunyai sepasang sayap namun tidak pernah terbang tinggi mengejar mimpi.
Padahal setiap manusia mempunyai sejuta mimpi.

Aku hanya ingin terbang bebas,
melintas kebahagiaan yang tiada batas.


27.9.13

Tips Mencari Tempat Magang

Sebagai mahasiswa semester tujuh yang masih belom dapat magang, gua menulis ini walau gua tahu kenyataan itu pahit. Dan untungnya gak cuma gua doang yang belum dapat magang. Masih ada puluhan mahasiswa lainnya yang masih berkutat dengan rumah-kampus-rumah-kampus. Salah satunya gua yang meluangkan waktu untuk kelarin skripsi dulu. Biar liburan pengangguran saya gak sia-sia amat. Yak untuk kalian yang mencari magang, berikut beberapa tips yang (mudah-mudahan) efektif:


  1. Hoki. Yak hoki itu bener-bener diperlukan untuk cari magang. Salah satu bukti nyata adalah temen gue, Lina. Baru dua hari yang lalu dia mengirim CV ala kadarnya yang masih di format MS Word, foto tidak formal, dan dikirim ke berbagai advertising agency membabi buta. Dan yang parahnya, dia kirim masih dalam satu email. Jadi di CC ke tempat-tempat lainnya. And voila! Lina kemarin dipanggil oleh XM Gravity untuk magang disana. Sementara gua? Dikirim satu-satu, diformatin PDF, application letter, portfolio, tapi tetep aja gak ada yang nerima.
  2. Koneksi. Semakin anda pintar "melacur" ke temen-temen atau bahkan senior anda, mungkin anda bisa dimasukkan secara cuma-cuma. Mungkin ya, gak janji loh ah!
  3. Posisi yang diinginkan. Gak semua posisi terbuka seperti bapak yang menyambut anaknya yang hilang. Bisa jadi posisi itu terbuka sempit seperti bapak yang gak ngijinin anaknya masuk rumah karena pulang kemalaman.
Sekali lagi, mudah-mudahan tips ini bermanfaat. Percaya ya silahkan, gak percaya ya gak apa. Selamat mencari magang, saudara-saudaraku yang senasib sepenanggunan!

18.9.13

Pindah Jurusan

Kalau kalian dikasih kesempatan untuk pindah jurusan, kalian mau pindah ke jurusan apa? Gua pribadi akan pindah ke jurusan yang menurut orang abstrak. Dengan harapan gue bakal dapat jodoh kalau dia nanya gue di kampus belajar apa (ehm). Berikut beberapa kandidat jurusan yang bakal gue terjunin:
  1. Oseanografi. Biar kalau ditanya di kampus belajar apa, gue jawab "Saya di kampus belajar mengenali dalamnya laut yang biru dan segala penghuninya. Seperti putri duyung kayak kamu."
  2. Astronomi. Biar kalau ditanya di kampus belajar apa, gue jawab "Saya di kampus belajar mengenali bintang-bintang di alam semesta. Termasuk bintang di mata kamu."
OH TUHAN BERIKAN SAYA PACAR!!!

*tangisan jomblo ngenes*

12.9.13

Hai!

Hai hai hai hai hai hai hai!

Rasanya udah lama gak pulang ke rumah (baca: buka blog). Dan ternyata udah debuan gak karu-karuan... Ah mari sejenak lupakan EYD, gue ingin menulis blog ini dengan agak santai (masih hawa liburan ceritanya).

Kalau ada pertanyaan: lo sekarang sibuk ngapain sih, Ming? Berikut daftar kesibukkan gue (eem).


  1. Sibuk Non-Skripsi: Ada yang pernah mendengar istilah ini? Intinya sih gak jauh beda dari TAnya anak DKV. Cuma akan dilibetkan dengan beberapa teori sebelum tugas akhir berupa desain dibuat. Gue sendiri bakalan ngerjain Perancangan Kampanye Donasi Buku bagi Taman Bacaan Pelangi. Jadi TBP ini adalah taman bacaaan yang bergerak di Indonesia Timur. Menurut data BPS yang agak kacrut, Indonesia Timur itu mempunyai angka melek huruf terendah diantara bagian Indonesia lainnya.

    Logo Taman Bacaan Pelangi

    Yaa doakan gue bisa merealisasikan proyek ini. Sehingga bisa jadi portofolio gue buat S2 diluar negeri juga. AMIN!
  2. Sibuk cari magang: Dimana temen-temen gue udah pada dapet tempat magang, gua masih leha-lehi di rumah atau bolak-balik kampus cuma untuk nyari peninggalan pakar-pakar komunikasi untuk non-skripsi gue. Alasan pertamague belom dapat magang  adalah karena gue terhitung magang per 18 September 2013 (akibat gak dateng briefing magang pertama). Jadi yaa... Masih hawa-hawa liburan gitu deh. Alasan kedua karena belom kirim juga...
  3. Sibuk ngedit foto: Karena liburan yang saking panjangnya, gue menyempatkan diri untuk backpacking keliling Jawa (terutama Jawa Timur) dan ngeeksplor keindahan Yogyakarta. Sekarang banyak video dan foto yang harus gue edit sebelum berjamur. Eh tapi kalo video entar dulu deh, tunggu ganti Mac (kapan ya?).
  4. Sibuk berdoa: Supaya ada yang mau beliin Macbook Pro
Yahhh begitulah nasib mahasiswa semi pengangguran terselubung. Semoga dengan postingan kali ini membuat para abang-abang atau embak-embak HRD melirik gue untuk jadi anak magang di advertising agency mereka. Ngarep!

9.2.13

Backpacking Trip: Malangnya Nasibku; Day 1

30 Ribu Ajah

"30 ribu aja bang.", kalimat pertama yang bikin gue gengges dikala matahari nongol aja belom. Mau gak mau gue dan temen gue, Calvin, harus membayar 30 ribu untuk pindah dari terminal 2 ke terminal 3. Singkat kata: kita salah turun terminal. Dengan muka bantal, si abang taxi tetap menyalakan argonya seakan-akan bikin gue pengen naik darah. Anjirrr dari terminal 3 sampe terminal 2 harganya ga lebih dari 10 ribu. Ah tapi ya sudah lah apa mau dikata. Gue pun dan Calvin cuma cembetutan tampan sambil menunggu terminal 3 yang tidak kunjung buka.

Tiba-tiba datang seorang kakek tua yang datang ikutan nunggu sambil ngajak ngobrol. Setelah beberapa lama ngobrol, dia kasih kartu nama dia ke kita.


PT. INDO****S
Pertambangan Emas

Ir. R. Eddy S*******
Direktur Utama

Tahu perasaan gue gimana? It's like a FVFVFVFVFVFVKKK didepan gue sekarang adalah seorang bos tambang emas, dan muka gue so bantal saat itu. Gue dan Calvin cuma bisa metat metot melotot, bingung harus ngomong apa. Anyway selain bosnya para emas-emas, Pak Eddy ini juga seorang pendiri Tetada di Jakarta. Pada bingung kan pasti Tetada itu apaan. Yaa pokoknya belajar tenaga dalem deh, tapi gak bisa hame-hame ha.

Malangnya Nasibku

Sesampai di Bandara Juanda, (untungnya) kita langsung dijemput oleh seorang temen gue yang kebetulan tinggal di Surabaya. Ya awloh makasih banget bisa hemat ongkos. Ditraktir makan pula *ups*. Demi mengejar waktu, kita pun langsung cuss ke Terminal Bungurasih menuju Agrosari di Malang.

Beda banget sama angkot di Jakarta, di Malang kode-kode rute disimbolkan dengan nama depan. Misalkan AL - Agrosari sampai Landungsari, AG - Agrosari sampai Gadang. Nada penyebutan AL dan AG pun agak beda, yang AL harus agak cempreng sedangkan AG agak maskulin. Ok itu gak penting.

Dalam rangka menuju kota Batu, kita harus naik angkot lagi yang warnanya cukup ketchi, yaitu ungu muda yang nyaris mirip pink. Dan disana kita ditipu, katanya angkot itu lewat jalan Diponegoro tapi tahunya enggak. Nyatanyaaa ni supir angkot ngajakin ngomongnya muter-muter banget, bilang mau bantu cariin tapi at the end ngecas 50 ribu. Shit abis. Dengan muka yang dijutek-jutekkin gue nyodorin cebanan dan ngomong "20 ribu aja. Mau ga?"

Akhirnya kita turun dengan berat hati ngeluarin 20 ribu untuk pencarian hotel yang gak lebih dari 3 menit. Malangnya nasibku di kota Malang :(

Batu Night Spectacular

Dengan modal googling gak lebih dari sejem 1 minggu sebelum berangkat, gue menemukan sebuah tempat bernama Batu Night Spectacular di Kota Batu. Tempat ini macam pasar malam, cuma bukanya tiap malam aja dan permanen. Wahananya pun terawat dan rame pisan untuk ukuran tempat yang cuma sepanjang Mall Kelapa Gading.




Tiket masuknya cukup murah. Tapi kalau mau main bayar lagi per wahana kurang lebih 10-15 ribu. Ya elah sama aja jatohnya mahal. Setelah makan-makan, gue langsung mengajak temen gue ke Taman Lampion. Tapi sayangnya temen gue ora mau dan gue harus masuk sendiri. Ya iya sih, ini taman kan memang untuk orang pacaran. Tapi minat gue kan cuma mau difoto-foto :"(



Disini gue juga tertarik sama satu wahana yang namanya Mega Mix.


Jadiii kita bakal naik ke piringan itu dan diputer-puter sambil dibolak-balikkin. Karena ja'im gak mau naik duluan, akhirnya gue nungguin orang lain masuk duluan. Yang pengen naik artis juga kali ya pada ja'im semua. Jadi mau gak mau gue kudu naik duluan juga. Dan ketika gue naik, gue cuma ber enam dari 40-an seat...

"Aaaa.... Aaa...", teriak gue dengan nada super datar. Takut sih pengen teriak pas naik Mega Mix. Tapi apa daya rasa ja'im mengalahkan segalanya karena gak ada yang teriak.

Puas bermain di BNS, gue sedikit melirik-lirik alun-alun kota di malam hari. Pulang dengan keadaan capek sambil melihat isi dompet.

Buset 25% budget gue udah ludes buat foya-foya!

31.1.13

Chasing The Moon

Kemarin malam (secara belum jem 12 teng) gue sedikit beruntung. Langit berwarna biru gelap, tanpa awan dan gue bener-bener sendiri malam itu. Oh man, ketika itu juga gue merasa selama ini gue udah lama banget gak pulang dari gereja jalan kaki karena faktor teman-temin yang bisa ditebengin dan ada pula yang berbaik hati nganterin.

Saat gue jalan sendiri, gue tersadar bahwa gue belakangan ini kurang punya waktu sendiri. I mean ketika lu benar-benar sendiri karena lu yang mau. Bukan karena ditinggal temen ato gak punya gawean untuk kemana-mana. Gue butuh privasi untuk berbicara sama diri gue sendiri, dan bersama alam tentunya. Oh iya gue mau jelasin juga kalau belakangan ini gue ingin sedang mencoba kembali ke kehidupan spiritual lagi. For the sake of myself. Dan kali ini gue ditemenin sama bulan untuk ngobrol. She's quite pretty tonight

Eh jangan salah sangka ya, bukannya gue kayak gini seteress, gila, atau sinonim dan sanak saudara lainnya. Bahkan dulu gue sering berkontak dengan angin, langit, dan senja. Karena gue percaya Dia selalu menggunakan berbagai cara untuk berbicara pada manusia.

Ok, mari kita lanjutkan perbincangan gue dengan bulan. Gue berkeluh kesah mengenai pertemanan gue yang terkadang terkesan palsu, dilandaskan atas asas keibaan dan. Iba yang bukan karena dari dalam hati, tetapi memang karena mereka merasa ini hanya kewajiban, atau bisa jadi formalitas. Sehingga malam ini membuat gue merasa dekat kembali dengan bulan.

Hati gue memutuskan untuk kembali ke diri gue yang dulu, bersikap lebih individualis dalam beberapa aspek. Mungkin salah satunya pertemanan, yang membuat gue akan menjadi lebih pemilih dan gak percayaan. Entah itu berhasil atau enggak, jadi atau enggak, gue lihat aja nanti.

Jika ditanya kenapa gue lebih memilih untuk menjadi individualis, gue cuma bisa jawab 1 kata. Pilu. Hati gue selalu nyeri, tetapi gak tahu nyerinya ada dimana. Mau diobatin juga bingung caranya gimana. Mungkin salah satunya kembali menjadi lebih individualis, dan pilunya bisa saja hilang dalam sekejap.

Jangan salahkan gue jika gue begini. Gue juga gak akan salahin kalian kok. Memang gak ada pihak yang salah. Kalian baik, cuma mungkin kita hidup di dua dunia yang berbeda. Jadi jangan heran kalau gue mencoba jalan hidup yang sedikit berbeda. Jadi jika ada salah-salah dan ada sikap gue yang gak sreg, gue bilang aja sekarang sori yaaa :)

"When your time comes, you have to chase the moon."

Mungkin kalimat tersebut punya interpretasi ganda. Tapi gue punya makna gue sendiri akan kalimat tersebut. Gue yakin someday beyond the moon I will find a man there who will become my best partner. And he is me.





Darwin Boy Sxander
31 Januari 2013; 1:58 AM
Chasing The Moon