IPA dan IPS, masih menjadi sebuah paradigma yang melekat di Indonesia. Paradigma akan prospek yang lebih baik jika masuk kelas IPA. Dan biasa ini dianut oleh para orang tua yang masih kolot dan akhirnya paradigma ini di"stempel" kepada anaknya. Dan lebih bodohnya lagi, anaknya percaya saja!
Banyak mereka yang masuk IPA karena gengsi, dan akhirnya membesar-besarkan mereka masuk IPA. Apa istimewanya sih memang dengan rumus dan kumpulan angka-angka yang berprostitusi di buku rumus mereka? Jika awal tujuan kuliah mereka memang cabang dari science, ya silahkan. Atau mungkin mereka belum tahu mau masuk jurusan apa? Ya silahkan juga. Tetapi jika ujung-ujungnya kuliah yang bukan pencabangan dari kelas IPA, yah untuk apa Anda susah-susah?
Scram for those who says
"Anak IPA yang masuk akun lebih dihargai karena itung-itungannya lebih bagus."
So what? Anak IPS curi start, belajar lebih dulu.
Scram for those who says
"Gue masuk IPA gara-gara temen gue di IPA semua."
Memang jika Anda masuk IPS Anda akan dimusuhi?
Scram for those who says
"Gue masuk IPA untuk menghindari hafalan."
Kalau anda berakhir di masuk bisnis, memang anda tidak menghafal?
Kalau anda berakhir di hukum, memangnya anda tidak perlu menghafal pasal-pasal juga? Sosiologi di IPS juga merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan loh dalam hukum, sangat berguna!
Scram for those who still
"Gue bangga kok pernah jadi anak IPA"
atau masih membangga-banggakan jadi anak IPA yang berakhir di jurusan kuliah gak nyambung. Behh mantap men alesan lu!
Hei kalian yang nanti akan masuk penjurusan seperti itu. Janganlah berpikir pendek! Apalagi cuma karena gengsi semata. Dunia ini luas, tidak sekedar E=mc²!
*dengan perubahan pada kalimat akhir, karena dalam kalimat "Dunia ini luas, tidak sekedar tambah, kurang, kali, bagi!" penulis merasa bahwa aspek tersebut masih berguna :P Penulis sportif loh mau ngaku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar