16.11.10

Freeze



Ketika jam 8 malam tadi, saya pergi mengunjungi teman saya yang berlatih orkestra untuk Natal nanti. Tadinya saya mau coba ikut kur, tapi berhubung kurnya tidak menyanggupi, akhirnya saya menonton saja. Lebih tepatnya mendengarkan alunan musik. Tak disangka, nada yang didengar pun diluar dugaan. Menurut saya sendiri sangatlah menarik. Di sini saya sadar akan kekurangan seorang penulis. Penulis tidak dapat memasukkan alunan lagu ke sebuah cerita.

Kehebatan penulis dapat memberhetikan waktu, membuatnya menjadi sebuah cerita yang mempunyai harga mati. Ketika saya menulis "Angelina Jolie muncul dihadapanku.", maka muncul Angelina Jolie dihadapan saya. Ketika saya menulis "Diriku berada di puncak teratas di bumi.", maka diriku akan berada di puncak teratas di bumi. Itu merupakan harga mati. Tetapi ketika saya menulis "Alunan biola yang kumainkan menghanyutkan dirinya.", alunan seperti apa yang saya mainkan? Saya sendiri tidak tahu. Jika saya pun mengerti tentang musik, bagaimana pembaca yang buta akan melodi? Mereka tidak bisa membayangkan begitu saja.

Kemampuan penulis adalah memenjarakan huruf dan kalimat menjadi sebuah harga mati. Sementara para musisi mempunyai kemampuan untuk mengubah huruf dan angka menjadi alunan melodi. Sungguh sebuah kemampuan yang luar biasa.

A writer can freeze a story from time, imprisoning words and sentences. But only music that they can't freeze. That's why I adore musician.







Tidak ada komentar: