3.11.10

Misteri Perjalanan Spiritualitas

Jikalau kalian biasa melihat postingan saya yang berisi hal-hal konyol atau nyeleneh, entah kenapa sekarang saya lagi ingin menulis yang agak rohani. Mungkin dikarenakan saya lahir dalam keluarga yang emang tidak mendidik saya secara agama dan saya sendiri tidak betah dengan tradisi di rumah, sehingga gue lebih memilih mencari mana yang lebih cocok buat gue.

Saya juga merasa ada panggilan ke Katolik sekarang, meskipun saya besar dalam keluarga Buddha, dan menghabiskan dari TK sampai SMA di sekolah Kristen. Alasan saya memilih Katolik sebagai landasan spiritual pun terdiri dari berbagai macam hal, yang rasanya tidak etis disebut disini. Cukup tanya saya saja secara pribadi (via fb/twit/msn), dengan senang saya akan menjawabnya.

Pencarian kebutuhan spiritual bukanlah sesuatu hal yang mudah. Bukan hal yang seperti merengek ke orang tua untuk dibelikan sebuah telepon selular dan 1 minggu kemudian barang di depan mata. Kebutuhan spiritual bukanlah sebuah hal yang dapat muncul sendirinya, muncul karena kerinduan kepada Tuhan. Dan saya sendiri yakin bahwa jalan hidup saya itu sudah digariskan oleh Tuhan.

Dari awal mula saya masuk ke dalam gereja Katolik, hingga saya benar-benar menetap di sini. Kalau ditelusuri, bisa dikatakan ini adalah sebuah kebetulan. Tetapi sekali lagi, saya yakin bahwa hal tersebut sudah digariskan Tuhan.

Berawal dari diperkenalkan oleh seorang wanita yang kebetulan di gereja Katolik di dekat rumah saya juga. Kita sudah berkenalan dari 2 SMP, tapi akhirnya baru bertemu pada saat 1 SMA. Akhirnya saya mengajak salah seoran teman saya ke gereja tersebut. Kebetulan dia memang di gereja yang sama. Minggu berikutnya, entah kenapa saya tertarik untuk melangkah ke gereja tersebut lagi. Kakipun mengajak untuk melangkah sampai ke gereja tersebut. Akhirnya saya mengikut misa saya yang kedua. Masih belum ada panggilan. Tapi ini mungkin cara Tuhan memperkenalkan saya kepada rumah ibadahNya.

Saya pun rehat pergi ke gereja, baik gereja Kristen maupun Katolik. Oh iya, dulu saya paling rajin ke gereja Kristen ketika SD. Tetapi karena malas dan beberapa faktor, saya memutuskan untuk berhenti. Kembali ke cerita, 2 tahun berlalu. Ada sebuah lomba blog yang akhirnya saya sendiri tidak menang, dan akhirnya saya berkenalan dengan salah satu peserta. Tak disangka dia tinggal satu komplek dengan saya, dan dia pun di gereja Katolik yang dulu pernah saya datangi. Lalu salah seorang teman SMP saya pun ingin dibaptis secara Katolik, akhirnya kita mulai aktif ke gereja lagi, yang nantinya teman SMA saya juga ikut. Kami pun akhirnya megnikuti kelas katekumen yang berakhir pada Natal tahun ini. Doakan ya semoga lancar!

Lalu saya bertemu dengan ketua mudika Recis (daerah saya). Saya sendiri bertemu dia karena saya suruh salah satu teman saya yang berasal dari Sanur untuk mengajak makan bersama, yang berakhir dia datang pada saat makanan sudah mau habis. Tadinya saya diajak untuk ikut dance, mengisi acara ulang tahun SDB. Tetapi saya urungkan niat itu mengingat saya tidak begitu lihai dalam hal tersebut, apalagi dalam waktu yang kurun singkat. Akhirnya sekitar satu sampai dua minggu kemudian, saya di SMS oleh ketua Recis untuk ikut dalam drama ulang tahun SDB, tetapi tidak dalam bagian dance. Akhirnya saya menerima tawaran tersebut. Saya pun akhirnya ikut dan mendapat peran sebagai pemuda yang menyolong mangga. Saya pun mulai berkenalan dengan para pemain disana, yang kebetulan sebagian adalah mudika, dan sebagian adalah para frater. Saya cukup akrab dengan 2 frater dan 1 bruder. Sayang sang bruder terkena DBD ketika 1 minggu sebelum pementasan dimulai.

Selang 2 sampai 3 minggu, saya pun diajak untuk membantu pelayanan pada misa minggu sore. Berhubung wilayah ReCis masih kekurangan orang, saya pun ikut berpartisipasi, sekalian ingin mengenal anak-anak paroki lebih jauh. Saya pun ditawarkan untuk mengikuti LDK, untuk mencari keanggotaan mudika dan memperkuat tali persahabatan. Saya pun meng iya kan tawaran tersebut. Akhirnya saya mengorbankan seminar narkoba kampus untuk mengikuti LDK ini. Dan tak disangka, kegiatan tersebut yang saya kira hanya seminar saja, ternyata terdiri dari outbond yang cukup menantang dan melatih kerjasama. Ditambah para anggota lainnya sangat membuka tangannya lebar-lebar. Padahal saya bukan siapa-siapa. Hanya seorang baru yang tidak tahu apa-apa. Jarang sekali saya melihat orang-orang seperti ini. Bahkan di kehidupan sekolah dan perkuliahan saya, sangat jarang! Tetapi saya melihat sangat banyak di tempat ini. Saya merasa nyaman, dan memutuskan untuk berkomitmen mengikuti mudika (atau sekarang lebih dikenal OMK, tetapi saya lebih suka dengan kata mudika).

Ada pun acara gereja lain saya ikuti. Dari yang melibatkan mudika sampai yang tidak. Seperti acara sumpah pemuda, dan misa penyembuhan. Disana, saya makin menyadari keajaiban rencana Tuhan. Dari titik 0, sampai ke ambang yang tidak terbatas. Saya menyadari bahwa Tuhan mengkehendaki saya di sini, menyembahnya dengan cara ini. Saya merasa nyaman didalamNya.

Dan 1 hal di dalam benak saya. Mungkin sehabis lulus saya akan melanjutkan sekolah seminari. Tetapi ini masih hal yang belum pasti. Semoga jika benar, ada panggilan khusus yang membuka jalan saya. Saya pun juga mengagumi beberapa tokoh dan terinspirasi darinya. Mungkin akan saya tulis di postingan berikutnya saja. Semoga saya bisa menulis secepatnya untuk yang berikut.

Tidak ada komentar: