15.2.11

Lampion di Gubuk

Apa gunanya, ketika kau menjadi bintang di dunia, tetapi tidak bisa menjadi lampion di gubuk? Mungkin kau berpikir menjadi seseorang yang tinggi adalah hal yang istimewa. Benda langit di malam hari tidaklah sekedar tebaran bintang. Masih ada bulan, komet, meteor, dan partikel lainnya yang tak terhitung banyaknya.

Apa daya kau jika awan datang membayangi bumi? Kehadiran kau tak tampak di mata burung hantu sekalipun. Orang pun tidak akan memandangi kau terus-menerus. Kau hanyalah cahaya terang yang fana. Terlihat nyata, namun sayu-sayu di mata. Dingin malam membuat mereka mengurung diri di bawah atap. Dan kau pun hanya menjadi latar semata selama beberapa menit.

Apa kau pernah berpikir lebih baik menjadi lampion di gubuk? Daripada kau susah payah terbang untuk menerangi atap dunia, menjadi latar dan hilang. Walau kau sendiri hanya disaksikan satu atau dua pasang mata, terangmu adalah nyata dan itulah adanya. Kehangatan yang kau pancar membuat atap rumah lebih menarik daripada atap dunia.

Biarlah malam ini, esok, dan seterusnya kau cukup menjadi lampion. Kutaruh di lantai atau ku gantung dengan kawat, menerangi setiap sudut gubuk hatiku. Tanganku akan selalu meraba keberadaanmu mencari kehangatan. Tidak perlu kau bersikeras menjadi milik dunia. Cukup terangi aku, maupun dia. Lebih baik tanpa dunia.

Tidak ada komentar: