Sebuah cuap-cuap di timeline twitter bersama dengan teman saya yang punya Tuhan universal.
"*komat kamit ayat doa biar cepet tidur*"
"Ayat mana yang lu baca? Pernah bc alkitab? #nyindir"
"Ayat...ayat cinta ming."
GUBRAKKKK
27.2.11
Lift Up Your Hands
Life is not all that bad, my friend, hmmm
If you believe in yourself
If you believe there's Someone
Who walks through life without you
You'll never be alone
Just learn to reach out,
And open your heart
Lift up hands to God,
And He'll show you the way.
And He said,
'Cast your burdens upon Me
Those who are heavily laden,
Come to Me, all of you who are tired
Of carrying heavy loads,
For the yoke I will give you is easy
And My burden is light,
Come to Me and I will give you rest.'
When you feel the world is tumblin' down on you,
And you have no one that you can hold on to,
Just face the rising sun and you'll see hope,
And there's no need to run
Lift up your hands to God,
And He'll make you feel all right.
And He said,
'Cast your burdens upon Me
Those who are heavily laden,
Come to Me, all of you who are tired
Of carrying heavy loads,
For the yoke I will give you is easy
And My burden is light,
Come to Me and I will give you rest'
Thanks God, I found the answer.
Labels:
Answer
Blazer Mama
Cowok jadi MC? Biasa.
Seorang MC pakai blazer? Biasa.
Blazernya minjem? Itu juga biasa.
Blazernya warna putih? Agak gak biasa, tapi oke lah keren.
Ujung blazernya agak berbentuk lingkaran? Mungkin itu modelnya, tapi jujur itu gak biasa buat cowok.
Blazer tapi kancingnya nyentrik? Pas dilihat, patut dicurigakan.
Ketika ditanya: Blazer siapa nih?
Jawab: Emak gue.
LUAR BIASA!
Seorang MC pakai blazer? Biasa.
Blazernya minjem? Itu juga biasa.
Blazernya warna putih? Agak gak biasa, tapi oke lah keren.
Ujung blazernya agak berbentuk lingkaran? Mungkin itu modelnya, tapi jujur itu gak biasa buat cowok.
Blazer tapi kancingnya nyentrik? Pas dilihat, patut dicurigakan.
Ketika ditanya: Blazer siapa nih?
Jawab: Emak gue.
LUAR BIASA!
26.2.11
Cek Ricek
Haduh pengen saya ocehin abis-abis itu seller blazer :@
Langsung aja ke ceritanya. Singkat kata saya pesan blazer dari dia, hari Kamis di kirim. Kalau gak ada rintangan dari JNE, sampainya paling lama pasti Jumat sore. Namun pintu pagar masih harus berkata lain kepada saya. Gak ada yang nganter barang tuh.
Sabtu jam sembilan pagi saya ditelepon sama JNE. Katanya dia nanya alamat saya. Tahunya si penjual salah tulis alamat. Nomor 9 ditulisnya jadi 79. What the?! Saya langsung syok dengan tatapan mata nanar. Jam dua harus udah jalan dari Sunter ke Bekasi. Dan sebelum jam dua saya udah harus pakai itu blazer buat acara di Bekasi.
Si penjual bilang tunggu saja sampai jam enam, pasti sampai.
Saya bilang jam dua sudah harus pakai. Dia cuma bisa berkata maaf, maaf dan, maaf.
Sampai saya SMS lagi, mendingan pikirin caranya supaya bisa sampai di depan rumah jam dua gakmautahugimanacaranyaaaaaaaaaa.
Makannya, lain kali kalau udah tahu jualan barang, alamatnya jangan diLIATIN aja, tapi juga di CEK. Rasanya gak cuma saya mau timpuk bata merah aja, sekalian sama beton item kalo perlu.
Mata dipake!
Langsung aja ke ceritanya. Singkat kata saya pesan blazer dari dia, hari Kamis di kirim. Kalau gak ada rintangan dari JNE, sampainya paling lama pasti Jumat sore. Namun pintu pagar masih harus berkata lain kepada saya. Gak ada yang nganter barang tuh.
Sabtu jam sembilan pagi saya ditelepon sama JNE. Katanya dia nanya alamat saya. Tahunya si penjual salah tulis alamat. Nomor 9 ditulisnya jadi 79. What the?! Saya langsung syok dengan tatapan mata nanar. Jam dua harus udah jalan dari Sunter ke Bekasi. Dan sebelum jam dua saya udah harus pakai itu blazer buat acara di Bekasi.
Si penjual bilang tunggu saja sampai jam enam, pasti sampai.
Saya bilang jam dua sudah harus pakai. Dia cuma bisa berkata maaf, maaf dan, maaf.
Sampai saya SMS lagi, mendingan pikirin caranya supaya bisa sampai di depan rumah jam dua gakmautahugimanacaranyaaaaaaaaaa.
Makannya, lain kali kalau udah tahu jualan barang, alamatnya jangan diLIATIN aja, tapi juga di CEK. Rasanya gak cuma saya mau timpuk bata merah aja, sekalian sama beton item kalo perlu.
Mata dipake!
Labels:
cek
Hey Gay
Kalau diinget-inget, teman saya ketika SMP satu itu polos banget-nget-nget-nget. Ada satu kejadian yang sampai bikin saya gre-get-get-get. Pasti kalau kalian saya ceritakan, kalian mau jitak orangnya. Suer!
Berawal dari kegiatan mading kelas. Kebetulan teman saya yang berinisial 'M' ini tidak sekelas sama saya. Di sekolah pun jarang ketemu. Jadi dia kalau mau minta bantuan ke rumah saya, mumpung satu komplek.
Suatu sore, si M tiba-tiba gedor pintu rumah. Minta tolong ngecek tulisan satu kalimat berbahasa Inggris dan dilanjutkan dengan kalimat berbahasa Indonesia. Dihias dengan gambar dari clip art dan di print hitam putih.
Win, tolong cekkin dong ini tulisan bener apa enggak. Kata si M.
Kurang lebih tulisannya seperti ini.
Berawal dari kegiatan mading kelas. Kebetulan teman saya yang berinisial 'M' ini tidak sekelas sama saya. Di sekolah pun jarang ketemu. Jadi dia kalau mau minta bantuan ke rumah saya, mumpung satu komplek.
Suatu sore, si M tiba-tiba gedor pintu rumah. Minta tolong ngecek tulisan satu kalimat berbahasa Inggris dan dilanjutkan dengan kalimat berbahasa Indonesia. Dihias dengan gambar dari clip art dan di print hitam putih.
Win, tolong cekkin dong ini tulisan bener apa enggak. Kata si M.
Kurang lebih tulisannya seperti ini.
Hey Gays!
Kalian sudah menanti-nanti game terbaru?
Kalian sudah menanti-nanti game terbaru?
Hah? Gays? Tanya gue penuh tanda tanya di kepala.
Ia win, bener gak cara tulisnya gays? Tanya M penuh tanda tanya di kepala sampai beleber keluar.
YA AMPUN M******, YANG BENER ITU GUYS, BUKAN GAYS! Teriak saya sampai mama denger di dapur.
Kesimpulan: Gays tidak sama dengan Guys. Mereka adalah objek yang bisa disatukan, tapi berbeda. Sekian bobo dulu.
25.2.11
Tak Sadar
Kakimu berpijak pada pasir, yang diam-diam menyelinap ke sela-sela jari kakimu. Kamu menghirup napasmu dalam-dalam, mengusir hiruk pikuk polusi kota. Kamu melepas kawanan polusi di paru-parumu dalam satu hembusan yang halus, tanpa syarat. Pandanganmu tidak pernah lepas dari bola semesta, yang selalu menyinarimu di kala jingga telah datang.
Matamu selalu bertanya-tanya akankah aku pulang dari sana, wahai aku yang tak pernah kembali?
Kamu sudah tahu jawabannya, tetapi sel otak selalu membohongimu. Seakan semuanya tak pernah terjadi, di kala sore itu. Kamu melihat kepergianku di atas kapal kecil, sembari disiram jingga yang mempesona. Yang dapat kamu dekap hanya sebatas karbon dioksida yang kuhembus bersama angin darat, yang meniup tanpa dibayar. Melihatku hilang ditelan horizon dan tak pernah kembali.
Sekarang aku hanyalah sebatas kesadaran yang tak pernah tampak. Yang hanya dapat kamu lihat dengan mata tertutup. Gerak gerikku yang fana, suaraku yang abstrak. Sudah lebih dari cukup.
Kamu tak akan pernah tahu akan kehadiranku. Kehadiran yang lembut, selembut buih ombak pantai yang membasuh telapak kakimu. Menggerombol, dan menggelitik. Tersungkur dibawah kakimu tanpa pernah kamu menyadarinya. Walau hanya sebentar kembali, sebentar pergi.
Kamu tak akan pernah tahu gaungan suaraku. Hanya sebatas tarian daun kelapa yang saling membentur, maupun suara bocah-bocah yang berlarian di tepi pantai.
Kamu lelah menanti, aku yang tak pernah kembali. Sekarang jingga membasuh penuh punggungmu, dan kamu tak berani menghadapinya kembali. Suatu harga yang sangat mahal, memandang keindahan yang menaburi lukamu dengan garam.
Biarlah aku hanya menjadi sebuah kesadaran, dikala kau tak lagi terjaga.
24.2.11
Merah Bego
Percakapan antara Bapak, Ibu, dan Anak
"Win, kok mata kamu merah?"
"Merahnya cuma abis bangun tidur kok Pa."
"Iya, merahnya bukan merah. Merah bego."
Saya baru tahu ada warna merah bego. Mungkin itu warna merah yang didefinisikan untuk mata merah karena baru bangun. Titik.
"Win, kok mata kamu merah?"
"Merahnya cuma abis bangun tidur kok Pa."
"Iya, merahnya bukan merah. Merah bego."
Saya baru tahu ada warna merah bego. Mungkin itu warna merah yang didefinisikan untuk mata merah karena baru bangun. Titik.
22.2.11
Tampil Baru
Kabar gembira dan nista bagi kalian semua, para pengikut setia maupun tidak.
GHC punya header baru! Hihihi.
GHC punya header baru! Hihihi.
Hina kan? Nyahahahhahaa.
Tidak lupa ribu terima kasih dan kecup untuk Alvin Suryaputra, selaku yang menggambar hasil nista ini. Numpang beken dah lo di sini!
Labels:
header
21.2.11
Tempat Sampah
:( :( :(
Cuma ingin mengeluarkan sepatah atau mungkin setong uneg-uneg.
Pernah gak sih kalian merasa cuma menjadi sahabat, tapi hanya sebatas teman curhat? Setelah itu kalian ditinggal pergi dan hanya kembali jika ada masalah lagi, pernah?
Kadang hidup saya sendiri hanya serasa tempat sampah. Hanya untuk membuang uneg-uneg sesaat, lalu ditinggal begitu saja.
Gak heran, banyak orang yang bilang menjadi teman yang baik itu susah. Apalagi cuma sebatas kata.
Cuma ingin mengeluarkan sepatah atau mungkin setong uneg-uneg.
Pernah gak sih kalian merasa cuma menjadi sahabat, tapi hanya sebatas teman curhat? Setelah itu kalian ditinggal pergi dan hanya kembali jika ada masalah lagi, pernah?
Kadang hidup saya sendiri hanya serasa tempat sampah. Hanya untuk membuang uneg-uneg sesaat, lalu ditinggal begitu saja.
Gak heran, banyak orang yang bilang menjadi teman yang baik itu susah. Apalagi cuma sebatas kata.
Labels:
tempat sampah
20.2.11
Agama, Sebuah Kebiasaan atau Pencerahan?
Saya teringat saat saya dan teman saya, Viren, sedang chatting tentang agama. DIa pernah bertanya kepada beberapa temannya, ketika kalian memutuskan untuk mengikuti agama kalian masing-masing, apakah kalian tidak pernah melirik seperti apa agama lain daripada melihat yang sudah ada. Mereka berkata inilah jalan mereka yang ditunjukkan dari kecil.
Lantas, apakah agama sendiri adalah sebuah kebiasaan?
Apakah kalian penah berpikir, ya sudah saya cuma tahu agama in house doang sudah cukup, yang penting masuk surga. Ada satu lagu yang cukup menggelitik saya. Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada, dinyanyikan oleh Ahmad Dhani dan Chrisye. Satu penggal lirik yang simpel tapi menusuk Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadaNya?
Lantas, jika surga dan neraka tak pernah ada, apakah kalian masih mengikuti agama kalian?
Tuhan itu hanya satu, hanya saja caranya berbeda. Biarlah agama di langit, yang hanya satu, tahu mana yang baik dan buruk. Agama yang terbit dari bumi tidak lebih dari media. Ibarat jejaring sosial, ada facebook, twitter, tumblr, dan masih banyak lagi. Banyak cara untuk mencari teman disana, lantas manakah yang paling cocok untuk kalian?
Tuhan hanya satu, tetapi jalan menujuNya tersebar di penjuru bumi. Jika kalian merasa jalan dibawah telapak kaki kalian hanyalah sebuah kebiasaan, kapan kalian mencari pencerahan?
Ketika banyak agama mengatakan Tuhan itu hanya milik agama kami, apakah cenderung tidak egois? Jika tidak mengikuti agama kalian, lantas kami akan dibakar dan disate hidup-hidup di neraka? Pakai sambel kacang gak, biar sekalian lengkap? Itu adalah statement paling egois yang pernah saya dengar dari para fanatik.
Tuhan selalu mencintai segala golongan, tidak pernah melihat status maupun bentuk. Dia mencintai kaum gelandang, kaum menengah, bahkan kaum kelas atas. Ketika mereka sadar akan satu eksistensi yang tidak pernah ia lihat, maka Tuhan selalu bekerja dalam hidupnya.
Untuk menjawab pertanyaan yang belum ada
Pasti kalian juga ingin bertanya bagaimana dengan saya sendiri? Saya tidak berjalan pada satu yang diajarkan dari masih kecil. Dia sendiri memberikan saya aba-aba kapan saya harus beranjak, berlari, berenang, dan akhirnya berhenti pada satu titik. Belajar memahami titik di tempat yang Ia bisikkan, sehalus udara.
Tidak pernah ada agama yang mengajarkan keburukkan. Yang ada hanyalah macam interpretasi pengikutNya yang semena-mena. Pluralisme itu indah bukan?
Lantas, apakah agama sendiri adalah sebuah kebiasaan?
Apakah kalian penah berpikir, ya sudah saya cuma tahu agama in house doang sudah cukup, yang penting masuk surga. Ada satu lagu yang cukup menggelitik saya. Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada, dinyanyikan oleh Ahmad Dhani dan Chrisye. Satu penggal lirik yang simpel tapi menusuk Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadaNya?
Lantas, jika surga dan neraka tak pernah ada, apakah kalian masih mengikuti agama kalian?
Tuhan itu hanya satu, hanya saja caranya berbeda. Biarlah agama di langit, yang hanya satu, tahu mana yang baik dan buruk. Agama yang terbit dari bumi tidak lebih dari media. Ibarat jejaring sosial, ada facebook, twitter, tumblr, dan masih banyak lagi. Banyak cara untuk mencari teman disana, lantas manakah yang paling cocok untuk kalian?
Tuhan hanya satu, tetapi jalan menujuNya tersebar di penjuru bumi. Jika kalian merasa jalan dibawah telapak kaki kalian hanyalah sebuah kebiasaan, kapan kalian mencari pencerahan?
Ketika banyak agama mengatakan Tuhan itu hanya milik agama kami, apakah cenderung tidak egois? Jika tidak mengikuti agama kalian, lantas kami akan dibakar dan disate hidup-hidup di neraka? Pakai sambel kacang gak, biar sekalian lengkap? Itu adalah statement paling egois yang pernah saya dengar dari para fanatik.
Tuhan selalu mencintai segala golongan, tidak pernah melihat status maupun bentuk. Dia mencintai kaum gelandang, kaum menengah, bahkan kaum kelas atas. Ketika mereka sadar akan satu eksistensi yang tidak pernah ia lihat, maka Tuhan selalu bekerja dalam hidupnya.
Untuk menjawab pertanyaan yang belum ada
Pasti kalian juga ingin bertanya bagaimana dengan saya sendiri? Saya tidak berjalan pada satu yang diajarkan dari masih kecil. Dia sendiri memberikan saya aba-aba kapan saya harus beranjak, berlari, berenang, dan akhirnya berhenti pada satu titik. Belajar memahami titik di tempat yang Ia bisikkan, sehalus udara.
Tidak pernah ada agama yang mengajarkan keburukkan. Yang ada hanyalah macam interpretasi pengikutNya yang semena-mena. Pluralisme itu indah bukan?
Labels:
agama,
kebiasaan,
pencerahan
19.2.11
Ragam Cina Indonesia
Ehm ehm, sekarang saya kembali hadir lagi, ingin membahas tentang Cina. Loh, ada apa dengan Cina? Apa salah Cina? Kenapa harus Cina? Cina, cina, cina?
Saya sendiri sebagai Cina, mengalami *ehm* krisis identitas. Bukan berarti di KTP harus ditulis ras: Cina, Mongoloid, dsb. Tapi kebanyakkan Cina di Indonesia adalah Cina-cinaan! Bukan karena tidak jadi pedagang yang ulet nan handal, melainkan cuma nebeng ras: Cina doang!
Udah gak bisa bahasa mandarin, gak bisa bahasa daerah Cina maupun Taiwan. Termasuk saya ini. Saya akan bahas satu per satu tentang ragam Cina di Indonesia berdasarkan daerah. Dimulai dari yang paling murni.
1. Cili - Cina Asli
Cina asli, berarti dia benar-benar orang Cina. Bukan cuma covernya aja loh, tapi dalamnya juga. Ahli dalam melafalkan bahasa mandarin, walaupun tidak bisa bahasa daerah macam khek atau hokkian. Kebanyakkan artis favorit mereka meliputi Aaron Kwok, Andy Lau, sampai yang termodern yaitu Jay Chou. Kalau kalian bertanya kenapa bukan F4, karena F4 adalah milik dunia. Mereka terkenal dari kalangan embak-embak kampung sampai nyonya besar. Makanan andalan mereka tentunya Chinese food, tetapi makanan mereka cenderung berminyak. Maklum, makanan di tanah asalnya juga banyak yang berminyak. Asli impor eui!
2. Cime - Cina Medan
Cina keturunan Medan. Tepatnya mereka cuma numpang lahir di Medan. Tetapi karena tanah yang mereka pijak adalah Indonesia, berangsur-angsur kekuatan mereka mengeja aksara mandarin pun hilang. Salah satu peninggalan nenek moyang mereka hanyalah bahasa Hokkian yang sudah mendarah daging. Untuk para tetua Cina Medan, mereka sangat menyukai penyanyi bahasa daerah, tentunya dengan bahasa Hokkian. Tapi tidak menutup kemungkinan menyukai lagu mandarin juga. Contohnya seperti Teresa Teng, dan pelantun Shi Feng Zhen De Ai Wo, yang video klipnya sangat vintage dan lipstik merah membara sambil melantukan Tian Mi Mi. Makanan andalan mereka adalah es krim, dengan nama tempat mereka di belakangnya, Medan. Jadilah Es Krim Medan. Jujur, saya sangat suka es krim ini. Biasanya disajikan dengan roti, rasa stroberi, durian, dan coklat. Tapi harganya cukup mahal untuk skala gerobak. Mayoritas Cina di Medan adalah orang Hokkian.
3. Cibabel - Cina Bangka Belitung
Cina keturunan Babel. Bukan Babel yang ditulis di Alkitab-alkitab, melainkan kepanjangan dari Bangka Belitung. Biar cepet aja gichuu. Sama seperti nasib Cina di Indonesia, warisan dari leluhur mereka adalah bahasa Khek. Yang menjadikan Cina mayoritas di Babel adalah Khek, meskipun ada yang Teo Chiu (bener gak gini nulisnya). Eits, untuk urusan artis Babel punya favoritnya sendiri! Saya gak tahu nama mereka siapa, yang pasti papa saya pernah menyetelnya di rumah. Saya cuma ngakak-ngakak sendiri ngeliat model rambut mereka. Mengembang, tapi gak kribo. Kuliner andalannya adalah Bakmi Bangka, yang banyak ditemukan di kota Jakarta. Rasanya, gak pernah bohong! Mayoritas Cina di BaBel adalah Khek, dan beberapanya adalah Teo Chiu. Orang Khek kadang dianggap kasar karena nada bicaranya yang cenderung mencak-mencak. Saingan sama Batak kali ya hehehe. Be te we saya juga Khek looh!
4. Cinak - Cina Pontianak
Akrab dipanggil orang Khun Thien. Menurut beberapa riset, beberapa teman saya yang orang Khun Tien paling seneng ngomong "aiyooo" sebagai kata tambahan. Sebenarnya Khun Tien itu gak berdomisili di Pontianak aja sih. Tersebar di seputar Kalimantan, contohnya Singkawang. Kuliner andalannya adalah Bakmi Kepiting. Sama seperti Bakmi Bangka, banyak ditemukan di Jakarta. Mereka adalah rival.
5. Cijak - Cina Jakarta
Tionghoa yang sudah lama menetap di kota Jakarta, biasanya dari lahir. Sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk berbicara bahasa daerah seperti Khek maupun Hokkian. Selera mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Seperti penyanyi kesukaan mereka dari Teresa Teng berubah menjadi Lady Gaga. Makanan pun dimasakkin oleh pembokat, atau beli makanan di luar. Biasanya makanan Yurop aka Europe maupun Yu Es aka U.S. menjadi pilihan mereka. Katanya, Chinese Food atau makanan asli Indonesia itu basi! Padahal makanan makanan Indonesia dan Chinese Food gak ada matinya! Dapat dikatakan Ciki, Cina Krisis Identitas. Karena mereka cuma menumpang wajah dari papa mamanya.
Nih deh saya kasih bonus lagi. Baek kan? Tapi berdasarkan darah ya.
Cina Blasteran
Ketika Cina menikah dengan yang bukan Cina, dan brojol. Hasilnya? Random. Kalau sukses bisa cakepnya ajubile. Kalau gagal berarti: maaf anda belum beruntung.
Tidak perduli anda termasuk yang mana, kita semua harus cinta Indonesia! Tanah tempat kita lahir dan berpijak pertama kalinya. Dan jangan rasis juga ya, ibaratnya kita itu cuma numpang muka kok. Casing nomor dua. Mau yang mana aja boleeeeeh.
Saya sendiri sebagai Cina, mengalami *ehm* krisis identitas. Bukan berarti di KTP harus ditulis ras: Cina, Mongoloid, dsb. Tapi kebanyakkan Cina di Indonesia adalah Cina-cinaan! Bukan karena tidak jadi pedagang yang ulet nan handal, melainkan cuma nebeng ras: Cina doang!
Udah gak bisa bahasa mandarin, gak bisa bahasa daerah Cina maupun Taiwan. Termasuk saya ini. Saya akan bahas satu per satu tentang ragam Cina di Indonesia berdasarkan daerah. Dimulai dari yang paling murni.
1. Cili - Cina Asli
Cina asli, berarti dia benar-benar orang Cina. Bukan cuma covernya aja loh, tapi dalamnya juga. Ahli dalam melafalkan bahasa mandarin, walaupun tidak bisa bahasa daerah macam khek atau hokkian. Kebanyakkan artis favorit mereka meliputi Aaron Kwok, Andy Lau, sampai yang termodern yaitu Jay Chou. Kalau kalian bertanya kenapa bukan F4, karena F4 adalah milik dunia. Mereka terkenal dari kalangan embak-embak kampung sampai nyonya besar. Makanan andalan mereka tentunya Chinese food, tetapi makanan mereka cenderung berminyak. Maklum, makanan di tanah asalnya juga banyak yang berminyak. Asli impor eui!
2. Cime - Cina Medan
Cina keturunan Medan. Tepatnya mereka cuma numpang lahir di Medan. Tetapi karena tanah yang mereka pijak adalah Indonesia, berangsur-angsur kekuatan mereka mengeja aksara mandarin pun hilang. Salah satu peninggalan nenek moyang mereka hanyalah bahasa Hokkian yang sudah mendarah daging. Untuk para tetua Cina Medan, mereka sangat menyukai penyanyi bahasa daerah, tentunya dengan bahasa Hokkian. Tapi tidak menutup kemungkinan menyukai lagu mandarin juga. Contohnya seperti Teresa Teng, dan pelantun Shi Feng Zhen De Ai Wo, yang video klipnya sangat vintage dan lipstik merah membara sambil melantukan Tian Mi Mi. Makanan andalan mereka adalah es krim, dengan nama tempat mereka di belakangnya, Medan. Jadilah Es Krim Medan. Jujur, saya sangat suka es krim ini. Biasanya disajikan dengan roti, rasa stroberi, durian, dan coklat. Tapi harganya cukup mahal untuk skala gerobak. Mayoritas Cina di Medan adalah orang Hokkian.
3. Cibabel - Cina Bangka Belitung
Cina keturunan Babel. Bukan Babel yang ditulis di Alkitab-alkitab, melainkan kepanjangan dari Bangka Belitung. Biar cepet aja gichuu. Sama seperti nasib Cina di Indonesia, warisan dari leluhur mereka adalah bahasa Khek. Yang menjadikan Cina mayoritas di Babel adalah Khek, meskipun ada yang Teo Chiu (bener gak gini nulisnya). Eits, untuk urusan artis Babel punya favoritnya sendiri! Saya gak tahu nama mereka siapa, yang pasti papa saya pernah menyetelnya di rumah. Saya cuma ngakak-ngakak sendiri ngeliat model rambut mereka. Mengembang, tapi gak kribo. Kuliner andalannya adalah Bakmi Bangka, yang banyak ditemukan di kota Jakarta. Rasanya, gak pernah bohong! Mayoritas Cina di BaBel adalah Khek, dan beberapanya adalah Teo Chiu. Orang Khek kadang dianggap kasar karena nada bicaranya yang cenderung mencak-mencak. Saingan sama Batak kali ya hehehe. Be te we saya juga Khek looh!
4. Cinak - Cina Pontianak
Akrab dipanggil orang Khun Thien. Menurut beberapa riset, beberapa teman saya yang orang Khun Tien paling seneng ngomong "aiyooo" sebagai kata tambahan. Sebenarnya Khun Tien itu gak berdomisili di Pontianak aja sih. Tersebar di seputar Kalimantan, contohnya Singkawang. Kuliner andalannya adalah Bakmi Kepiting. Sama seperti Bakmi Bangka, banyak ditemukan di Jakarta. Mereka adalah rival.
5. Cijak - Cina Jakarta
Tionghoa yang sudah lama menetap di kota Jakarta, biasanya dari lahir. Sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk berbicara bahasa daerah seperti Khek maupun Hokkian. Selera mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Seperti penyanyi kesukaan mereka dari Teresa Teng berubah menjadi Lady Gaga. Makanan pun dimasakkin oleh pembokat, atau beli makanan di luar. Biasanya makanan Yurop aka Europe maupun Yu Es aka U.S. menjadi pilihan mereka. Katanya, Chinese Food atau makanan asli Indonesia itu basi! Padahal makanan makanan Indonesia dan Chinese Food gak ada matinya! Dapat dikatakan Ciki, Cina Krisis Identitas. Karena mereka cuma menumpang wajah dari papa mamanya.
Nih deh saya kasih bonus lagi. Baek kan? Tapi berdasarkan darah ya.
Cina Blasteran
Ketika Cina menikah dengan yang bukan Cina, dan brojol. Hasilnya? Random. Kalau sukses bisa cakepnya ajubile. Kalau gagal berarti: maaf anda belum beruntung.
Tidak perduli anda termasuk yang mana, kita semua harus cinta Indonesia! Tanah tempat kita lahir dan berpijak pertama kalinya. Dan jangan rasis juga ya, ibaratnya kita itu cuma numpang muka kok. Casing nomor dua. Mau yang mana aja boleeeeeh.
15.2.11
Lampion di Gubuk
Apa gunanya, ketika kau menjadi bintang di dunia, tetapi tidak bisa menjadi lampion di gubuk? Mungkin kau berpikir menjadi seseorang yang tinggi adalah hal yang istimewa. Benda langit di malam hari tidaklah sekedar tebaran bintang. Masih ada bulan, komet, meteor, dan partikel lainnya yang tak terhitung banyaknya.
Apa daya kau jika awan datang membayangi bumi? Kehadiran kau tak tampak di mata burung hantu sekalipun. Orang pun tidak akan memandangi kau terus-menerus. Kau hanyalah cahaya terang yang fana. Terlihat nyata, namun sayu-sayu di mata. Dingin malam membuat mereka mengurung diri di bawah atap. Dan kau pun hanya menjadi latar semata selama beberapa menit.
Apa kau pernah berpikir lebih baik menjadi lampion di gubuk? Daripada kau susah payah terbang untuk menerangi atap dunia, menjadi latar dan hilang. Walau kau sendiri hanya disaksikan satu atau dua pasang mata, terangmu adalah nyata dan itulah adanya. Kehangatan yang kau pancar membuat atap rumah lebih menarik daripada atap dunia.
Biarlah malam ini, esok, dan seterusnya kau cukup menjadi lampion. Kutaruh di lantai atau ku gantung dengan kawat, menerangi setiap sudut gubuk hatiku. Tanganku akan selalu meraba keberadaanmu mencari kehangatan. Tidak perlu kau bersikeras menjadi milik dunia. Cukup terangi aku, maupun dia. Lebih baik tanpa dunia.
Apa daya kau jika awan datang membayangi bumi? Kehadiran kau tak tampak di mata burung hantu sekalipun. Orang pun tidak akan memandangi kau terus-menerus. Kau hanyalah cahaya terang yang fana. Terlihat nyata, namun sayu-sayu di mata. Dingin malam membuat mereka mengurung diri di bawah atap. Dan kau pun hanya menjadi latar semata selama beberapa menit.
Apa kau pernah berpikir lebih baik menjadi lampion di gubuk? Daripada kau susah payah terbang untuk menerangi atap dunia, menjadi latar dan hilang. Walau kau sendiri hanya disaksikan satu atau dua pasang mata, terangmu adalah nyata dan itulah adanya. Kehangatan yang kau pancar membuat atap rumah lebih menarik daripada atap dunia.
Biarlah malam ini, esok, dan seterusnya kau cukup menjadi lampion. Kutaruh di lantai atau ku gantung dengan kawat, menerangi setiap sudut gubuk hatiku. Tanganku akan selalu meraba keberadaanmu mencari kehangatan. Tidak perlu kau bersikeras menjadi milik dunia. Cukup terangi aku, maupun dia. Lebih baik tanpa dunia.
Kerja Malam
Hulahuuuu maaf saya jarang ngabsen disini hahaha, baru selesai nih dari kesibukan duniawi (ehm duniawi, gak ada kata yang lebih bagus apa). Dari diterpa buku-buku berbahasa asing, lalu dilanjutkan lima novel yang dianter Pak Pos yang kabarnya sampai sekarang baru sampai buku ketiga, dan itupun baru sampai halaman dua puluh lima. A-la-mak! Gak tahu deh sisa bukunya abis kapan, walau udah liburan sih...
Anyway busway, saya baru dapat pekerjaan baru looooh. Setelah pekerjaan lama yang menyebalkan itu saya buang jauh-jauh ke dalam jamban bersama hajat keluarga, Tuhan memberi saya kesempatan lain untuk dapat pekerjaan yang lebih manusia.
Hayoooo tebak kerjaan saya apa? Saya kasih beberapa petunjuk deh.
Anyway busway, saya baru dapat pekerjaan baru looooh. Setelah pekerjaan lama yang menyebalkan itu saya buang jauh-jauh ke dalam jamban bersama hajat keluarga, Tuhan memberi saya kesempatan lain untuk dapat pekerjaan yang lebih manusia.
Hayoooo tebak kerjaan saya apa? Saya kasih beberapa petunjuk deh.
- Bekerja dalam kelompok.
Apaan tuh? Kelompok bermain? Buronan bank? Eitsss salah, mari kita lanjut ke pentunjuk kedua.
- Kerja malam.
Ngapain? Jadi jablay? Berhubungan dengan hal-hal mistis? Mangkal di Taman Lawang jadi bencong?
Eitssss asal kalian tahu, pekerjaan saya itu bersih bin halal! Gak pakai acara menjual tubuh, apalagi berubah kelamin! Dan asal kalian tahu ya, bencong itu sekarang kerjanya bukan jam malam lagi loh. Buktinya, di lampu merah Harmoni dan Kayu Putih, para bencong sudah siap beraksi dengan sepatu hak tinggi dan syal bulu-bulu. Tidak lupa dada sintesis yang membuat mereka semakin montok.
- Klien kami kebanyakkan perempuan.
Err... Kalian mengira saya gigolo? SA-LAH BE-SAR!
Jawaban yang benar, eeeeng ing eeeeeeeeeng. Saya kerja di EO loh kawan-kawan! Hihihi. Terima kasih atas semua doa dan syukuran kalian. Tidak lupa saya berbagi seribu kecup kepada mereka yang membutuhkan, terutama kepada para teman seperjuangan dan para pembaca sekalian. I love you full! Doakan ya semoga saya sukses di kerjaan kali ini!
-Aming
7.2.11
Kebakaran
Entah kejadian ini karena pepatah "mukjizat itu nyata", doa saya yang emang kelewat ajaib, atau emang udah suratan takdir dari akhir hidup sang bunga matahari. Gua Maria tempat saya berdoa kebakaran.
Ketika saya sendiri lagi galau-ing bersama Bunda dan Dia, lalu mengucapkan kata amin dalam hati sambil membuat tanda salib, ketika saya membuka mata. Voila! Kebakaran! Bunga mataharinya kebakaran! HORE! Saya kira bunga di Gua Maria tidak boleh dibuang, tapi memang terbakar. Ya udah saya asik nonton aja sambil mikir.
Aduh kok hore sih, tapi om di belakang saya malah senyum-senyum.
"Wah hebat, doa kamu kuat banget yah! Bisa sampai pertanda kebakaran begini!"
"Om, itu kebakaran om!" *panik*
"Bentar, kita tunggu bunganya kebakar abis dulu aja."
Percaya gak percaya, akhirnya kita nontonin itu bunga matahari terlahap sang jago merah. Tragis memang. Nyawa sang bunga matahari hanya sebatas tiga hari, kasihan.
Masih nontonin, saya panik dan ngomong lagi.
"Om, apinya makin gede loh." *ngelap keringet*
"Oh ya udah, kamu ambil ember aja. Tanya satpam."
"Bentar ya saya tanyain satpam."
Akhirnya saya tanya ke Pak Satpam. Dia lagi asik nonton bola atau sinetron, gak lihat jelas. Yang pasti asik nonton deh.
"Pak! Ada ember gak?"
"Ada, di deket motor situ. Emang kenapa?"
"Ada kebakaran di Gua Maria!"
"Oh kebakaran. Ya udah kamu ambil ember isi air aja."
Gila juga ini satpam. Malah asik nonton lagi dia. Langsung dah saya krasak-krusuk ambil ember.
"Om, ini embernya isi aer."
"Loh, satpamnya mana?"
"Lagi nonton!"
"Suruh aja satpamnya."
"Duh gak ada waktu deh, yang penting urusin dulu ini."
Dan akhirnya PeJe, sebutan kece Pastur Gereja dateng.
"Wah ada apa ini?"
"Peje, itu kebakaran!"
Dan si om nyamber...
"Iya PeJe, tadi pas dia lagi doa terus langsung kebakar. Hebat ya dia, harus jadi penyebar warta. Hahaha."
Dan si PeJe dan om masih melihat. Sementara saya? Panikan sampai keringet panas dingin. Ditambah satu tante-tante yang cuma nontonin. Dikate ini upacara api unggun apa!
"PeJe.... Kebakaran...."
"Oh ia cepat kamu ambil air."
"Nih saya sirem langsung."
Byurrrrr, sirem setengah ember! Dan si om nyamber lagi.
"Bukan gitu caranya, jangan langsung semuanya. Gini nih om ajarin, pelan-pelan aja."
Aduh ajegile si om. Hebat bener masih bisa ngajarin cara menyiram yang benar. Mana nyiremnya udah kayak nyirem taneman lagi, pelan-pelan tapi pasti! Akhirnya api rendam setelah tiga ronde. Sang Bunga Matahari terbakar habis sudah. Sang Bunga telah kembali ke tidurnya yang lelap. Menjadi sehitam masakan mama yang gosong.
Saya gak habis pikir, kejadian tadi masih terngiang-ngiang di pikiran saya. Malah sempat berfantasi kalau satu gereja sampai kebakar habis. Tinggal debu yang tersita. Amit-amit deh, amit-amit!
Tapi kalau diingat-ingat, ajaib juga ya kejadian tadi. Bisa pas ketika selesai berdoa baru kebakar. Ditambah patung Bunda Maria sama sekali tidak disentuh oleh lidah api. Memang di dunia ini masih banyak yang perlu dipertanyakan, dan yang dibiarkan saja tak terjawab. #apaansih
*Bunga mataharinya itu 1,5 meter loh! Terhitung dari tempat pijakan tangan pas berdoa!*
Ketika saya sendiri lagi galau-ing bersama Bunda dan Dia, lalu mengucapkan kata amin dalam hati sambil membuat tanda salib, ketika saya membuka mata. Voila! Kebakaran! Bunga mataharinya kebakaran! HORE! Saya kira bunga di Gua Maria tidak boleh dibuang, tapi memang terbakar. Ya udah saya asik nonton aja sambil mikir.
Aduh kok hore sih, tapi om di belakang saya malah senyum-senyum.
"Wah hebat, doa kamu kuat banget yah! Bisa sampai pertanda kebakaran begini!"
"Om, itu kebakaran om!" *panik*
"Bentar, kita tunggu bunganya kebakar abis dulu aja."
Percaya gak percaya, akhirnya kita nontonin itu bunga matahari terlahap sang jago merah. Tragis memang. Nyawa sang bunga matahari hanya sebatas tiga hari, kasihan.
Masih nontonin, saya panik dan ngomong lagi.
"Om, apinya makin gede loh." *ngelap keringet*
"Oh ya udah, kamu ambil ember aja. Tanya satpam."
"Bentar ya saya tanyain satpam."
Akhirnya saya tanya ke Pak Satpam. Dia lagi asik nonton bola atau sinetron, gak lihat jelas. Yang pasti asik nonton deh.
"Pak! Ada ember gak?"
"Ada, di deket motor situ. Emang kenapa?"
"Ada kebakaran di Gua Maria!"
"Oh kebakaran. Ya udah kamu ambil ember isi air aja."
Gila juga ini satpam. Malah asik nonton lagi dia. Langsung dah saya krasak-krusuk ambil ember.
"Om, ini embernya isi aer."
"Loh, satpamnya mana?"
"Lagi nonton!"
"Suruh aja satpamnya."
"Duh gak ada waktu deh, yang penting urusin dulu ini."
Dan akhirnya PeJe, sebutan kece Pastur Gereja dateng.
"Wah ada apa ini?"
"Peje, itu kebakaran!"
Dan si om nyamber...
"Iya PeJe, tadi pas dia lagi doa terus langsung kebakar. Hebat ya dia, harus jadi penyebar warta. Hahaha."
Dan si PeJe dan om masih melihat. Sementara saya? Panikan sampai keringet panas dingin. Ditambah satu tante-tante yang cuma nontonin. Dikate ini upacara api unggun apa!
"PeJe.... Kebakaran...."
"Oh ia cepat kamu ambil air."
"Nih saya sirem langsung."
Byurrrrr, sirem setengah ember! Dan si om nyamber lagi.
"Bukan gitu caranya, jangan langsung semuanya. Gini nih om ajarin, pelan-pelan aja."
Aduh ajegile si om. Hebat bener masih bisa ngajarin cara menyiram yang benar. Mana nyiremnya udah kayak nyirem taneman lagi, pelan-pelan tapi pasti! Akhirnya api rendam setelah tiga ronde. Sang Bunga Matahari terbakar habis sudah. Sang Bunga telah kembali ke tidurnya yang lelap. Menjadi sehitam masakan mama yang gosong.
Saya gak habis pikir, kejadian tadi masih terngiang-ngiang di pikiran saya. Malah sempat berfantasi kalau satu gereja sampai kebakar habis. Tinggal debu yang tersita. Amit-amit deh, amit-amit!
Tapi kalau diingat-ingat, ajaib juga ya kejadian tadi. Bisa pas ketika selesai berdoa baru kebakar. Ditambah patung Bunda Maria sama sekali tidak disentuh oleh lidah api. Memang di dunia ini masih banyak yang perlu dipertanyakan, dan yang dibiarkan saja tak terjawab. #apaansih
*Bunga mataharinya itu 1,5 meter loh! Terhitung dari tempat pijakan tangan pas berdoa!*
3.2.11
Ayam Apa
Menjelang Imlek...
"Ma, hari ini masak apa?"
"Masak sop... Ayam..."
"Ayam apa?"
"Ya ayam!"
"Iya ayam apa?"
"Ayam yang dikandang!"
"Aduh maksudnya ayam dimasak aapaaaaaaaaaa?" *groar*
"Ohh ayamnya di sop."
"..."
"Ma, hari ini masak apa?"
"Masak sop... Ayam..."
"Ayam apa?"
"Ya ayam!"
"Iya ayam apa?"
"Ayam yang dikandang!"
"Aduh maksudnya ayam dimasak aapaaaaaaaaaa?" *groar*
"Ohh ayamnya di sop."
"..."
Imlek
恭 喜 发 财,新 年 快 乐,万 事 如 意,歲 歲 平 安,年 年 有
餘 ! Happy Chinese New Year 2562 :D
Wihhhh. Senangnya hari ini imlek! Senang karena gak usah jalan-jalan buat dapet angpao, karena angpao yang dateng hihihi.
Juga hari dimana monyet-monyet cilik alias keponakan dateng ke rumah dan geratakin kamar. Groarrrr.
Wish me luck juga deh ya biar panennya banyak! hihi
餘 ! Happy Chinese New Year 2562 :D
Wihhhh. Senangnya hari ini imlek! Senang karena gak usah jalan-jalan buat dapet angpao, karena angpao yang dateng hihihi.
Juga hari dimana monyet-monyet cilik alias keponakan dateng ke rumah dan geratakin kamar. Groarrrr.
Wish me luck juga deh ya biar panennya banyak! hihi
Labels:
Imlek
Langganan:
Postingan (Atom)