15.3.10

Nasi Goreng

Puisi seorang anak lelaki dikala stress mau menghadapi UN


 NASI GORENG

Saat nasi goreng tek-tek lewat di depan rumah.
Serasa ada yang menggedor pintu di hati.
Andaikan kau adalah embak tukang nasi goreng, maka aku akan jadi abangnya.
Kalau kamu jadi nasi goreng, aku ingin menjadi kerupuk atau acarnya. Hayo mau yang mana?


Nasi goreng adalah lambang cintamu.
Engkau selalu menyediakan nasi goreng tersebut dikala panas.
Dengan bumbu cinta yang meresap disetiap butir nasi.
Tanpa micin, maupun bumbu yang rancu.


Taburan bawang goreng bagaikan wangi dari tubuhmu yang tak pernah lepas.
Menemani setiap hari dengan sedap.
Tak heran semua orang tergila-gila padamu.

Kerupuk yang kau gunakan berwarna merah, semerah cinta dan cabai di dalamnya.
Tak lupa acar yang mewarnai rasa kenangan kita.

Sesaat setelah kumakan, kurasakan panas dalam.
Walaupun sakit, tapi tetap saja itu salah satu wujud cintamu.
Adem sari bukanlah solusinya, hanya air putih yang mengguyur kita berdua.

Semoga kisah klasik nasi goreng ini selalu abadi, lewatlah tiap malam di depan rumahku.
Ku kan slalu siap keluar dan membeli nasi gorengmu seharga 7 ribu rupiah.

Tidak ada komentar: