8.4.12

I Trust You

Entah itu kertas, entah itu bola kaca. Kedua benda itu mengingatkan gue akan perumpamaan tentang kepercayaan, dimana ketika kertas telah lecek ia tidak bisa kembali seperti semula maupun bola kaca yang telah pecah tak mungkin kembali. Semua hanya bisa dibetulkan jika mesin waktu Doraemon itu beneran ada. Dan sekarang gue lagi mengalami krisis kepercayaan.

Satu orang yang gue tuakan sempat menjadi tempat gue mengeluarkan uneg-uneg, sampai dia tahu luar dalem gue seperti apa. Dan gue pun tahu beberapa cerita dia yang terkadang eksklusif dicertiakan untuk beberapa kenalan dia aja. Disaat itu, gue merasa spesial. Dimana gue diperlalukan dengan spesial dimana gak semua orang dapet ketika berkenalan dengan dia. Begitu pun juga gue yang memperlakukan dia dengan spesial. Simbiosis mutualisme.

Dan gue inget satu pepatah, entah orang galau mana lagi yang buat. Tapi bener aja pepatah ini.

"Ketika kamu makin dekat dengan seseorang, terkadang ia membangun dinding yang lebih tebal supaya kamu gak bisa mengetahui dia lebih dalam lagi."

Bener aja kejadian. Singat kata, gue akhirnya tahu kadang kalo dia itu entah makin cuek, entah makin menyembunyikan diri, tapi ada aja gue tahu dari info yang dateng sendiri, dari mata kepala sendiri, atau aspek-aspek mistis lainnya. Yang terakhir becanda deh...

Sekarang kepercayaan gue ke dia udah bagaikan kertas lecek maupun bola kaca yang pecah. Tetapi gue masih menganggap dia, orang yang sangat gue hormati dan anggap tinggi. Satu-satunya orang yang mungkin tahu jelek-jelek gue ketimbang bagusnya. Orang yang mungkin gue sediain ruang khusus untuk dia bersemayam. Cuma satu kalimat yang mau gue sampein, gue masih ingin coba untuk percaya sama dia dengan sisa serpihan bola kaca yang masih ada. Maupun menoreh cerita di kertas yang udah enggak layak untuk dipakai.

Kemarin, Pastur gue juga memberi renungan di gereja. Dia cuma meminta kita untuk merenungkan satu kejadian yang ingin kita kenang. Jika itu bahagia, berterima kasihlah. Jika itu menyakitkan, maafkanlah dia. Dan dia berada diantara dua posisi itu. Gue berterima kasih karena dia pernah menjadi teman yang baik. Menjadi orang yang bisa gue kata-katain ketika gue lagi bosen. Menjadi orang yang selalu tahu rahasia gue.

Dan gue ingin memaafkan dia untuk segala hal yang udah terjadi :) Jika gue dikasih satu permintaan, gue cuma ingin balik ke masa lalu dimana gue bisa mempercayai lu 100%, dan gue ingin bercerita banyak hal yang belum sempat gue ceritakan.











and I wish you have a happy life :)

2 komentar:

icha wiratno mengatakan...

Teman emang tempat berbagi, tapi bukan berarti segalanya harus dibagi juga kan. IMO, org yg udah nikah sekalipun tetep 2 org yang berbeda badan beda pikiran, dan tiap individu punya batasan sendiri2 tentang apa aja yang bisa dia bagikan dan nggak. Ibaratnya kalo baju2 yg bagus pasti dipake keluar rumah, dan cuma ber-boxer di dalem rumah. Mungkin aja ada orang yang nongkrong di luar rumah pake boxer doang, tapi lo nggak begitu, itu terserah dia sampe sejauh mana orang lain (dalam arti yg bukan dirinya sendiri) bisa melihat apa yg perlu mereka liat dan ga perlu mereka liat.

Ini sih cuma pemikiran gw aja lho, krn gw ga pernah too attached to anybody even my closest friends, mending lo ga usah kecewa dan respect aja pilihan dia, itu akan lebih asyik buat semuanya daripada lo korek dia terus. Santai aja. People come and go kok.

Darwin - Aming mengatakan...

Hmm kepercayaannya bukan dalam konteks boxer itu sih ca wakaka. G menghargai kok, memang ada bbrp daerah di hidup orang yang gak bisa kita jamah :D Anyway thx for the advice hoho