Di malam yang dingin itu, kau merengkuh kedinginan karena AC langsung menyorot langsung ke tubuhmu. Spontan tanganmu menyilang di depan dadamu.
Tidak hanya aku saja yang menemanimu malam itu. Botol-botol bir di samping tempat tidurmu sempat menjadi teman kita sebelum kau tertidur pulas dan hanya menyisakan aku dan bir tersebut. Rambutmu terurai-urai tak karuan di tempat tidurmu, membuatku semakin iba melihat kondisimu yang makin kacau bagai diterpa badai.
Sambil kau tertidur pulas, perutku yang lapar membuatku teringat akan PJ - Pajak Jadian yang harus dipenuhi ketika salah satu dari kita mendapat pacar. Aku sangat bahagia disaat kau bahagia, sampai-sampai aku membuat kau harus membayar tagihan makan pajak jadian sebesar seperlima dari gaji bulananmu. Sekarang giliranku menguras seperlima dari gaji bulananku untuk minum-minum, sebagai balas dendam kekecewaan kau akan kekasih kau yang telah menduakan dirimu. Kuteguk kembali sisa bir yang tersisa sampai habis.
Malam semakin larut, kutarik selimut yang tertimbun dibawah kakimu agar kau tidak kedinginan. Dibawah alam sadarmu kau mengucapkan satu nama dari ratusan orang yang mencintaimu, dan itu bukan aku, melainkan dia yang pernah memiliki hatimu. Kutarik kembali selimut sampai ke pundakmu. Selimut yang akan menyelimuti hatimu yang telah beku kepadaku. Dan semoga ketika es itu telah mencair, akulah yang akan terus menyelimuti malammu, sampai mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar