12.5.11

Tangan yang Merenda

Selasa, 10 Mei 2011. Papa teman saya meninggal karena sakit parah. Lebih sedihnya, ia meninggal di hari ulang tahun teman saya yang ketujuh belas. Dan teman saya adalah perempuan. Esok Rabunya menjadi hari yang kelabu di Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto. 

Informasi akan meninggalnya Sang Ayah teman saya langsung tersebar luas. Lekas saya memberi tahu guru les saya, dan memutuskan untuk pergi bersama teman saya yang lainnya. Misa untuk mendoakan kepergian Sang Ayah dimulai jam 7 malam. Kami telat, dan datang ketika homili sedang berlangsung. Karena tidak enak hati, kami langsung duduk.

Tidak berapa lama, Pastur membagikan komuni kudus kepada mereka yang mengikuti misa. Karena datang telat, saya memutuskan untuk tidak mengambil komuni kudus. Lantas teman di depan saya langsung beranjak dari tempat duduknya. Spontan saya langsung ikut mengambil komuni kudus. Sembari jalan perlahan, saya mendengar kur yang terdiri dari para orang tua yang duduk di depan sedang bernyanyi.

Apa yang kau alami kini 
mungkin tak dapat engkau mengerti 
cobaan yang engkau alami 
tak melebihi kekuatanmu 

Tuhanku tak akan memberi 
ular beracun pada yang minta roti 
satu hal tanamkan di hati 
indah semua yang Tuhan b'ri 

Tangan Tuhan sedang merenda 
suatu karya yang agung mulia 
Saatnya 'kan tiba nanti 
kau lihat pelangi kasih-Nya 

Lantas hati saya tiba-tiba bergetar. Setetes air mata jatuh dari ekor mata, mendengar betapa benar lirik yang dinyanyikan para anggota kur. Dia takkan pernah memberi kita ular beracun untuk menggigit kita sampai mati, melainkan roti yang membawa kehidupan, roti yang menguatkan iman. 

Dan tangan Tuhan sedang merenda. Entah apa yang Ia renda. Mungkin Ia sedang merenda kita menjadi sweater, untuk menghangatkan mereka yang sedang kedinginan di dalam hidupnya.

Sambil memakan komuni kudus, saya duduk kembali dan merenungi kata-kata yang teruntai.
Tangan Tuhan sedang merenda kalian menjadi lebih indah. Hidup kita hanyalah untaian benang yang terurai. Entah pola apa yang Ia buat, semua pasti indah dan punya cerita sendiri. Ia selalu ingin kita menjadi indah.



Untuk keluarga Tedjadharma, kalian pasti dikuatkan Tuhan. Ia telah memberi roti kehidupan kepada Sang Ayah yang telah berpulang, dan untaian benangnya yang terurai telah selesai direnda.


2 komentar:

Luphowixz mengatakan...

indaaah ming :)

Darwin - Aming mengatakan...

thankss je :)