21.2.12

Dongeng Seekor Nyamuk


Manusia seringkali bertanya kepada Tuhan untuk apa Tuhan menciptakan binatang-binatang yang tak berguna. Kecoak yang selalu dihina-hina kaum hawa ternyata mengambil bagian dari proses penguraian. Lalat yang selalu simpang siur dimana ada bau busuk maupun di dagangan asongan mengambil bagian dari proses pembusukkan.

Lantas untuk apa vampir kecil yang selalu disebut nyamuk itu diciptakan? Banyak yang mengecam mereka hanyalah makhluk penyebar virus dan bakteri. Bahkan ada mitos yang mengatakan mereka adalah jelmaan dari drakula, selain kelelawar tentunya. Tetapi pernahkah kalian mendengar dongeng bahwa nyamuk itu berasal dari seorang pangeran?

Entah darimana dongeng ini berasal, mungkin kedengerannya dongeng ini adalah dogeng yang konyol, yang mungkin dibuat oleh seorang kakek pembual yang tinggal ditengah hutan. Tetapi sebenarnya dongeng ini benar-benar ada, dan dongeng tersebut tidak hanya terjadi pada zaman Majapahit atau ketika Soekarno masih memegang kendali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dongeng ini ada di sekitar kita, bahkan kita dapat menjadi sang pemeran utama dongeng ini.

***

Suatu hari aku terbangun dari sebuah mimpi yang indah, mimpi dimana ketika mataku membuka, ada putri yang memintaku untuk mengajaknya naik kereta kencana mengelilingi semesta. Dibawah ukiran bintang, aku pun jatuh dari kereta kencana dan terbangun dari mimpi seribu satu malam. Dan ketika aku membuka mata, aku hanyalah seekor nyamuk.


Seorang putri yang telah kukenal lama dan seorang pangeran yang berasal dari negeri seberang sana yang baru saja kukenal pergi bersamaku untuk menuntaskan misi menemukan pulau yang bernaung dibawah gugusan bintang selatan.  Tadinya hanya ada aku dan Sang Putri yang akan menunaikan misi ini. Karena merasa tidak aman, Sang Putri mengajak pangeran tersebut karena ia percaya bahwa tiga orang manusia lebih baik daripada dua.

Kami bertiga terlihat sangat akrab selama perjalanan, apalagi ketika sang putri terbangun. Lain ceritanya jika sang putri telah tertidur lelap dengan bibir mungilnya yang terlihat lucu, pangeran dari negeri sebrang berubah menjadi penyihir jahat berkedok dua. Seorang pangeran atau lebih tepatnya penyihir berkedok pangeran yang mengumandangkan perang dingin tanpa ancang-ancang terlebih dahulu, dan selalu menyimpan rencana liciknya.

Pangeran dari negeri seberang tidak pernah mendengarkan sepatah katapun yang keluar dari bibirku. Balasan dari dirinya hanya berupa “oh” maupun keheningan. Ia hanya menganggap aku sebagai sebuah dinding penghalang. Aku tak tahu lagi rencana apa yang ada di otaknya. Singkat cerita, ketika aku lengah, aku disihir menjadi seekor nyamuk. Serangga kecil yang bersayap, yang menghidupi dirinya dari darah manusia.


Kami melanjutkan perjalanan ketika matahari telah terbit. Pangeran dari negeri seberang berbohong kepada sang putri bahwa aku telah digigit sekelompok serigala dan jasadku telah menjadi seonggok daging yang tak terbentuk. Padahal Sang Putri tidak tahu aku disihir menjadi seekor nyamuk kecil, yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Berada dibawah naungan sihir dari pangeran negeri seberang, Sang Putri mencoba untuk membunuhku pelan-pelan dengan tangannya yang halus, menepok kesana dan kemari.

Putriku yang cantik, kamu tidak tahu bahwa aku adalah nyamuk tersebut. Nyamuk yang selalu menemanimu pergi kemanapun dan menjagamu siang dan malam tanpa pernah engkau sadari. Sesekali kugigit kulit halusmu itu agar kau tahu bahwa aku selalu berada disampingmu. Kau dan pangeran dari negeri seberang selalu menganggap aku hama pengganggu umat manusia. 

Di tetes keringatku yang terakhir, aku menyerah dan meminta seorang tua  yang bijak untuk memberiku ramuan yang dapat merubah diriku menjadi manusia kembali. Ramuan tersebut ampuh dan akupun kembali kepada tubuh berdaging ini. Sang putri akhirnya mengetahui bahwa diriku masih hidup, tetapi aku lebih memilih mundur dari permainan kotor ini.

Konon Sang Putri dan pangeran dari negeri seberang telah menemukan pulau dibawah gugusan bintang selatan. Aku tidak peduli mereka akan hidup bahagia selamanya atau sengsara dibawah mantra. Tetapi ketahuilah, akulah yang selalu menemanimu saat suka dan duka. Akulah yang selalu menyisipkan namamu, disetiap doa-doa yang kupanjatkan pada Tuhan yang tak pernah kutemui.

***
Ketika kamu melihat nyamuk-nyamuk berterbangan disekitarmu, janganlah engkau tepuk dia setelah engkau mengetahui dongeng ini. Mungkin saja satu diantara mereka adalah sahabat, atau bahkan kekasihmu yang selalu mengawasi dan melindungimu dari kejauhan. Mereka hanya ingin kamu sadar bahwa mereka ada, disetiap suka dan dukamu. Mereka menggigitmu bukan karena jahat dan ingin membuatmu jatuh sakit, melainkan ingin dimengerti. Betapa perihnya dilupakan dan dianggap tidak ada.

Mungkin sebagian dari kamu yang membaca dongeng ini menganggap bacaan ini hanyalah bualan belaka, dan masih terus membantai nyamuk-nyamuk yan berterbangan tanpa pandang waktu. Tetapi aku yakin, sebagian dari kamu pasti pernah disihir menjadi nyamuk. Dan tidak lupa kamu singgah di pipi orang yang kamu kasihi, menggigitnya sebagai tanda cinta dan sakit yang tak pernah tertuang.

Bandara Adisucipto, Yogyakarta
Senin, 20 Februari 2012, 16:19 PM

7 komentar:

Anonim mengatakan...

nice side of the story, what a fairy tale, do you believe that every creature must have a purpose? that there's must be meaning behind everything...well, maybe..or maybe not...

Or do you believe that the meaning must be good in the end...

i believe God creates mosquitoes so that virus and bacterias or other nano "creatures" can move place to place, from blood vein to other blood vein,

God creates health and He also creates illness, to give balances to life...

so when a mosquito bit me or come near me, i will try to kill it anyway...

hehehehe

Icha Wiratno mengatakan...

lol lucunya gw setuju sama komen di atas.. came here to say that but already said. thanks good guy greg! :p

nice story btw ming, metafornya dapet :3

Darwin - Aming mengatakan...

@anonim (kayaknya ci linda)
Yes I do, it's just a metaphor by the way :P If I'm the mosquito, what will you do? Slap me? Or even say hi and hug me all the way?

@Ica
Hahahah thank you juga ica uda mampir :*

G.O mengatakan...

Nice metaphor, if I were still a little kid, I might took this story to heart and harm no mosquito. But then again, as we reach the stage of growing up, we have to do things kids won't do for our own sake and we realize that reality is not actually always as beautiful as fairy tale is.

Darwin - Aming mengatakan...

komen elu bikin gue tambah gak mau gede ce bahahaha.

Darwin - Aming mengatakan...

And yeah, this life isn't as beautiful as fairy tale, it has no ending but it could be a happy story

Anonim mengatakan...

Nice story, I really like it..makes me think twice to hurt people, who is maybe care so much about me and I don't realize it...

Keep up the good work Win..